Hal paling mengesalkan bagi saya dan tiada bandingannya adalah memperdebatkan masalah agama. Karena agama bukan untuk diperdebatkan apalagi diperselisihkan tapi diamalkan. Sebisa mungkin saya menjauh dari kegiatan semacam itu. Tetapi, sebagai makhluk social tentu tidak mungkin untuk tidak bersentuhan dengannya.
Yang paling aneh adalah ketika ada yang bertanya “Ukhti, apa pendapat anti tentang ‘blablabla’” lalu ketika dijawab pandangan saya mengenainya dan ternyata bertentangan dengan pendapatnya sendiri ia malah meradang, menghujat. Ada yang mengatakan saya seorang Wahaby, Syi’ah, Ahli Tahlil.. bahkan yang lebih menyakitkan ada yang mengatakan saya seorang munafik hanya karena saya menentang pendapatnya tentang beberapa hal khilafiyah yang bukan pada tataran akidah.
Mereka tidak puas jika saya mengatakan “I’m Muslim, that is it!”
Dalam pikiran mereka sudah terbentuk stigma sedemikian rupa bahwa Islam itu harus berkotak-kotak. Punah sudah kasih mereka terhadap sesama Muslim, berganti curiga kemudian menghakimi.
Kebanyakan dari mereka yang suka sekali menstigmatisasi adalah orang-orang yang tidak saling mengenal. Namun demikian, jika mereka tidak mengenal seseorang mengapa mereka mudah-mudah mengatakan hal yang tidak mereka ketahui?
Niatan yang tulus untuk menyatukan tidak dihargai, malah dicerca, dihina dan dikatakan tidak realistis. Padahal tidak satupun ajaran Islam yang menghalalkan pertikaian dalam agama. Allah SWT melalui Rasul-Nya mengajarkan kita tentang akidah yang bersih, yang bahkan seorang Arab pegununganpun akan mudah mengerti dan menerimanya karena Islam berasal dari yang Menguasi manusia.
Allah SWT telah memberikan karakter bagi umat Islam dengan sebutan ummatan wahidah ‘umat yang satu’
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku” Al Anbiyaa' : 92
Karena itu, sudah selayaknya jika setiap muslim berusaha merealisasikan persatuan tersebut, hingga tercipta satu kekuatan yang hebat dan kokoh untuk menghadapi kekuatan jahat. Rasulullah Saw benar-benar telah memperingatkan kita agar kita tidak berselisih. Karena perselisihan akan menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok yang cenderung saling cerca, bahkan saling membunuh.
Al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa permusuhan tersebut hanyalah perilaku orang-orang kafir,
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,” Ali 'Imran : 105
Allah SWT telah menetapkan semua kebaikan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan. Sedangkan berbagai permasalahan dalam Al-Qur’an yang bersifat mujmal (global) dijelaskan rinciannya oleh Rasulullah Saw melalui sunnahnya. Karenanya, persatuan hanya bisa digalang dengan cara berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya. Dua hal itu adalah Kitabullah dan sunnahku” (HR. Hakim)
Penyebab utama perpecahan umat adalah perdebatan dalam masalah-masalah agama, sehingga menyebabkan perselisihan dalam masalah-masalah fundamental, yang akan membawa perpecahan dan tercerai-berai dalam berbagai jalan kesesatan. Karenanya, dalam Al-Qur’an kita temukan perintah untuk senantiasa komitmen pada hukum-hukum Allah SWT dan menjauhi setiap penyakit yang berusaha menembus kemurniannya.
Dalam rangka mengantisipasi perpecahan, Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika terjadi perbedaan pendapat dan dapat mengarah pada perselisihan, maka Rasulullah Saw menyarankan untuk berhenti, sehingga hati dan pikiran kembali jernih dan dapat mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan penuh keikhlasan
“Baca dan pelajarilah Al-Qur’an, selama hatimu bersatu. Jika kalian berselisih paham, maka berhentilah” (HR. Bukhari)
Banyak hadist Rasulullah saw yang melarang perpecahan dan memerintahkan persatuan. salah satunya,
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga perkara bagi kalian, yaitu Dia ridha jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh pada tali Allah dan tidak bercerai-berai dan ketiga setia kepada orang yang telah Allah serahi untuk menjalankan urusan kalian…” (HR. Muslim)
Dampak dari terlibatnya manusia kedalam perselisihan yang berkaitan dengan masalah akidah adalah akidah itu sendiri akan menjadi goyah bagi mereka, iman mereka rapuh sehingga akidah tidak lagi berpengaruh terhadap perilaku individu dan iman tidak lagi mempunyai kekuasaan terhadap amal perbuatan, naudzubillah.
Tahanlah lidah kalian ya ikhwah.. janganlah menyakiti sesama. Gunakan kebaikan yang ada pada kalian untuk kemanfaatan umat. Ilmu kalian tidak bermanfaat, sungguh. Jika hanya terpendam dalam untaian kata tanpa merefleksikannya dalam sikap.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” Ali 'Imran : 103
Sumber bacaan
1. Al-Wafi Syarah Arba’in An-Nawawiyah, hal : 72-74
2. Aqidah Islamiyah : Sayyid Sabiq, hal : 15
3. Tafsir Al-Bayan surah Al Anbiyaa’ & Ali ‘Imron
4. Tafsir Ibnu Katsir surah Ali ‘Imron ayat 103