“Acaranya mulai jam berapa?” , “Jam 7.30”
Dan setelah satu jam lebih berada ditempat, “Sorry ya telat…”
Pernah nggak sobat Gen-Q mengalami hal ini, janjian dengan seorang teman yang punya ‘jam rusak’? ini hanya istilah pribadi saja. Entah itu adalah sebuah janji ‘resmi’ atau tidak jika dihadapi dengan mengentengkan saja atau memudahkannya adalah suatu hal yang kurang terpuji. Atau sobat pernah dalam keadaan begini, “Di informasikan bahwa acara akan dimulai pukul 08.00”. Mendapat informasi tentang sebuah acara lewat sms, email atau lisan, tapi setelah satu jam kemudian… acara baru di isi panitia dengan ‘kasak-kusuk’ antara panitia dan bahkan tanpa kata “Sorry”. Kalau sobat belum pernah mengalaminya berarti sobat adalah manusia paling berbahagia.
Sehingga kadang sudah tersetel dalam program kerja otak saya begini, “Kalau acara dari ini akan telat satu jam, kalau acara dari anu akan telat 30 menit, kalau acara dari itu lebih baik datang sesudah lewat satu jam”. Entah sobat lain bagaimana mensikapinya, tapi bagi saya hal ini sangat mengganggu. Dan mirisnya ketidak disiplinan waktu ini berlanjut terus menerus, di lestarikan, di budayakan kemudian menjadi kebiasaan.
Kebiasaan buruk ini merebak dikalangan umat Islam bak jamur, dapat ditemukan dimana saja. Kebanyakannya tidak mengatur waktunya dengan baik. Menganggap masih banyak waktu, kenapa tidak di buang-buang saja? Atau biasanya dalih yang sering dipergunakan adalah ada hal lain yang harus dikerjakan dulu. Loh, bukannya kita di tuntut untuk dapat mengatur waktu? Sebagai umat muslim, seharusnya kita mafhum akan pentingnya disiplin dalam waktu karena sholat lima waktu yang kita kerjakan itu memiliki waktu-waktu khusus yang tidak boleh di dahului atau di belakangi.
Sholat dalam ajaran islam di seumpamakan dengan tiang agama, sesuai sabda Rasulullah Saw yang artinya “barang siapa mengerjakan sholat berarti menegakkan agamaya dan barang siapa meninggalkan sholat berarti meruntuhkan agamanya”. Dalam hal ini islam juga mengajarkan disiplin waktu, karena dengan disipilin manusia bisa mencapai cita-citanya. Dan dengan sholat kita diajarkan agar lebih menghargai waktu agar digunakan dengan sebaik-baiknya. Ini juga bisa disebut dengan sholat islam mengajarkan profesisionalisme
Selain shalat sebenarnya syariat pun telah menggambarkan beberapa pekerjaan yang harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Seperti haji, zakat (baik zakat fitr atau zakat mâl), puasa, berkurban, memberi nafkah, hutang, gadai, bertamu, haid, nifas dan lain-lain. Dari sini Islam ingin mengisyaratkan akan pentingnya penentuan waktu dan banyaknya kemaslahatan dan manfaat yang ada didalamnya.
Suatu ketika Abdullah bin Mas'ud bertanya pada Rasulullah SAW: " Wahai Rasulullah pekerjaan apakah yang paling Allah cintai?", Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Taat pada orang tua". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah."
Hadis di atas diriwayatkan lebih dari satu imam, sebut saja Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Ahmad, Dârul Quthni dan yang lainnya.
Dr Abdul Fattah Abu Ghuddah menyimpulkan bahwa dalam hadist tersebut terdapat kunci kesuksesan Umat Islam, yaitu dengan memanfaatkan waktu. Ia berargumen karena shalat termasuk ibadah yang sudah ditentukan waktunya. Jika seorang Muslim melaksanakannya tepat waktu, dan juga selalu memperhatikan setiap pekerjaan pada waktunya maka hal itu akan membuat semuanya dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya karena ia sudah menjadi sebuah kebiasaan dan watak dalam prilaku dan kehidupan seorang Muslim.
Islam adalah agama yang sangat menekankan kedisiplinan, tetapi ummat Islam lah yang banyak melanggar disiplin dan membuang-buang waktu.
Perhatian kita terhadap penggunaan waktu memang sesuatu yang harus kita lakukan secara serius, hal ini mengingat; Pertama, Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul memberikan perhatian yang begitu besar terhadap waktu. Kedua, sejarah menunjukkan bahwa generasi Islam pertama dan seterusnya begitu memperhatikan penggunaan waktu sehingga sejumlah dampak positif dapat kita rasakan dengan ilmu yang berkembang secara pesat, prestasi amal shaleh yang mengagumkan, perjuangan yang sangat cemerlang, kemenangan yang begitu nyata dalam menghadapi berbagai kekuatan dunia dan peradaban yang sangat kokoh. Ketiga, kondisi umat islam yang saat ini berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, mengingat sebagian besar kaum muslimin saat ini sering mengabaikan penggunaan waktu secara maksimal untuk hal-hal yang positif.