Tampilkan postingan dengan label Kajian Umum. Tampilkan semua postingan
Berkah Dalam Musibah
By : Ave Ry
Pernah nggak sih sobat Gen-Q berpikir “Orang jahat itu kenapa hidupnya lama terus baik-baik aja, sedangkan orang baik itu lebih cepat mendahului dan banyak cobaannya”
Kalau Gen-Q pernah berpikir begitu. Ternyata, baru siang ini mendapat jawabannya. Tepatnya ketika mendengar untaian nasihat Ust. Abu Yahya Badrussalam. Beliau membawakan sebuah hadist dari Anas bin Malik r.a
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hambaNya, Allah akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah membalasnya pada hari kiamat.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim)
Dalam tausyahnya, beliau memerinci tanda-tanda seorang hamba yang diinginkan Allah Subhana wa ta’Ala kebaikan baginya, yaitu :
1. Dibukanya pintu amal sebelum kematian menjelang.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal.” Dikatakan, “Apakah dijadikan beramal itu?” Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridla kepadanya.” (HR Ahmad)
2. Dipercepat sanksinya di dunia.
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hambaNya, Allah akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah membalasnya pada hari kiamat.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik)
3. Diberikan cobaan.
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR Ahmad dan Al Bukhari dari Abu Hurairah)
Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu janji Allah:
“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (Baqarah : 155)
Cobaan itu untuk menggugurkan dosa dan mengangkat derajat.
“Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR Ahmad)
4. Difaqihkan dalam agama.
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Kefaqihan adalah pemahaman yang Allah berikan kepada seorang hamba. Pemahaman yang lurus terhadap Al Qur’an dan hadits berasal dari kebeningan hati dan aqidah yang shahih. Karena hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan dapat memahami Al Qur’an dan hadits dengan benar. Sebagaimana yang dikabarkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kaum khawarij yang membaca Al Qur’an:
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Al Qur’an. Bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan Al Qur’an mereka, shalat dan puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an dan menyangka bahwa Al Qur’an mendukung mereka padahal Al Qur’an tidak mendukung mereka.” (HR Muslim)
Itu semua akibat kedangkalan ilmu dan mengikuti hawa nafsu, sehingga mereka tidak diberikan pemahaman yang benar terhadap Al Qur’an dan hadits. Mereka mengira bahwa ayat Al Qur’am mendukung perbuatan mereka, padahal tidak demikian. Tentu yang memahaminya adalah orang-orang yang Allah faqihkan dalam agama dan selamatkan dari hawa nafsu.
5. Diberikan kesabaran.
“Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Kesabaran dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan. Badan tak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman tak akan hidup tanpa kesabaran. Untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya amat membutuhkan kesabaran. Karena Iblis dan balatentaranya tak pernah diam untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.
“Tidak ada yang diberikan (sifat-sifat yang terpuji ini) kecuali orang-orang yang sabar, dan tidak ada yang diberikannya kecuali orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushilat : 35)
So, bagi sobat yang saat ini tengah ditimpa musibah, jangan dulu mengeluh, La Tahla! Bisa jadi Allah sedang memberikan kebaikan yang banyak kepada kita dengan musibah tersebut, tapi dengan berbekal kesabaran yang baik dalam melaluinya tentu. Semoga dalam musibah yang tengah kita hadapi mendatangkan keberkahan Allah dalam kehidupan kita.
"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau inginkan kebaikan padanya, beri kami kesabaran untuk menjalani perintahMu dan menjauhi laranganMu, beri kami kesabaran dalam menghadapi musibah yang menerpa, beri kami kefaqihan dalam agama dan bukakan untuk kami pintu amal shalih sebelum wafat kami"
Sumber : Ust. Abu Yahya Badrussalam, Lc (Rekaman Radio Rodja)
Ini Guru Ngaji Saya, Tapi Saya Nggak Lulus-Lulus
By : Ave Ry
“Ini guru ngaji saya, tapi saya nggak lulus-lulus”,
Kalimat ini sengaja Gen-Q jadikan Judul artikel karena kalimat serupa diucapkan berkali-kali oleh seorang tokoh yang sekarang ini sedang menjadi pembicaraan. Siapakah dia??? Eng ing eng… baca dulu lagi aja!
Kamis hari libur yang terjepit ini memang sudah direncanakan Gen-Q untuk mengikuti kajian di Menara Masjid Raya Bogor. Kajian yang rutin diadakan ini dulu sebelum kerja ‘kantoran’ ini sering Gen-Q ikuti, tapi apa daya sekarang hanya bisa datang pas bertepatan liburan.
Awal mengikuti sangat bersemangat karena memang sudah rindu untuk ‘diceramahi’ oleh Ustad yang jarang-jarang ada alias langka, Ustadnya ‘galak’!. Biasanya kan ustad-ustad Gen-Q itu pembawaannya lemah lembut.
Eh, tidak taunya Ustad kali ini malah bukan membahas kajian malah membicarakan Capres, capcus deh! Bla, bla, bla kenapa umat harus mendukung capres ini dan menjauhi capres itu, bla, bla, bla. Oke fix, udah tau juga! Hmm, pasalnya nih… kenapa agak berat dan malas untuk mendengarnya karena Gen-Q sudah antipati sama keduanya. Bahkan Gen-Q sampai marah-marah sama beberapa teman, “Kenapa sih kita berkoalisi dan mendukung ‘dia’? dua-duanya sama rata, nggak ada bagusnya!”
Ternyata jawabannya baru aja Gen-Q peroleh
“Kenapa sih saya dukung Prabowo? Kenapa tiba-tiba ustad Sambo dukung Prabowo? Jadi ada asbabun nuzulnya…” begitu pembukaan ustad mengawali kisah ‘ajaib’ beliau dengan sang tokoh.
“Jadi, singkat cerita ketika kerusuhan terjadi dimasa Orba, Prabowo dituding dalang dari peristiwa penculikan. Dan diisukan akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Habibie, ternyata sekarang Habibie meminta maaf pada Prabowo karena kenyataannya moncong meriam itu diarahkan keluar istana, bukan kedalam! Jadi sebetulnya Prabowo itu malah ingin melindungi istana dari para perusuh.”
“Tapi apa dikata, singkat cerita lagi akhirnya Prabowo pun hijrah ke Jordania. Dan disaat yang bersamaan ada orang arab yang mengundang saya untuk belajar disana (Jordania)”
Hmm, cerita kok lama-lama menarik ya? Lanjut ustad,
“Setelah saya sampai disana, ternyata saya ditelantarkan. Saya ditinggalkan diperkampungan gurun dimana tidak ada satupun orang Indonesia. Untung tiket saya pulang pergi, dan berbekal uang yang saya bawa. Disana saya ditumpangkan disalah satu gedung tempat mahasiswa yang sedang berlibur, kebetulan gedung itu berdekatan dengan masjid. Di masjid itulah saya bertemu dengan seorang Malaysia berdarah Bandung.”
Sebenarnya cerita ustad ini sangat panjang, tapi untuk men-singkat halaman, Gen-Q lompati saja ya!
“Akhirnya saya dikenalkan oleh Taufik Ridho yang sekarang menjadi Sekjen PKS, dirumah beliau saya numpang selama tiga bulan. Tapi kelamaan menumpang tidak enak juga rasanya, akhirnya saya bekerja sebagai office boy, jaga warnet. Disuruh ini itu, beli minuman, qahwa. Tidak lama berselang seorang teman di Bogor menghubungi nomor istri saya karena beliau ingat saya sedang di Jordan. Katanya, ‘antum datang sore ini ke hotel ini’. Dan jadilah saat itu saya datang ke hotel yang dimaksud”
“Disana sudah banyak orang, termasuk disana ada mas Prabowo, Edi Prabowo, Fadli Zon dan teman saya itu. Lalu teman saya itu bilang kepada Prabowo untuk belajar (Islam) karena nantinya akan berguna bagi ummat dan kebetulan ada teman saya, Ustad Sambo. Kemudian saya pun mengajar mas Prabowo, dari dulu sampai sekarang saya tetap manggilnya 'mas'. Sekali dalam seminggu, ngajinya sih baru iqro tapi semangat belajar beliau tinggi mengingat usia yang sudah tua. Mengaji hanya setengah jam, ngobrolnya dua jam. Dan itupun hanya berselang sekitar sepuluh bulan karena saya akan berhaji dan pulang ke Indonesia. Peristiwa itu sudah lama, sekitar lima belas tahun yang lalu"
"Ketika balik ke Indonesia ternyata kami dipertemukan kembali. Ternyata memang ada hikmahnya. Dipertemukan saat menjelang pilpres. Sekitar maghrib itu Taufik Ridho yang Sekjen PKS (Ini kenapa pas bilang PKS muka ustad menghadap Gen-Q? Udah ada stempel barangkali! haha, diulang-ulangnya pula) meminta saya untuk menghadiri deklarasi dukungan PKS untuk Prabowo-Hatta. Disana saya tidak kenal satupun, karena saya bukan orang PKS. Tapi disana Edi Prabowo melihat saya dan akhirnya saya diajak masuk ruang VIP tempat para petinggi PKS. Disana saya bertemu dengan Taufik Ridho dan diperkenalkan dengan Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Hilmi. Taufik Ridho memperkenalkan saya bahwa saya adalah gurunya (spiritual) Prabowo kepada para petinggi itu"
"Tapi tidak lama, karena saat itu Prabowo sudah datang dan orang-orang mengantri salaman. Para petinggi itu sudah berada didepan sedangkan saya agak dibelakang. Tapi ketika mendekati barisan saya, saya agak menyela dan menyapa, 'apa kabar mas, masih ingat saya?', ternyata diluar dugaan sambutan beliau. (Seperti dikutip dalam situs hidayatullah.com berikut). Prabowo memeluk saya dan berkata kepada orang-orang, 'Ini Guru Ngaji Saya, Tapi Saya Nggak Lulus-Lulus'.
Yupz, kalimat itu berulang kali diucapkan Prabowo saat masih di Jordan sampai di Islamic Center Bekasi kemarin Sabtu (24/5/2014) pagi.
Taufik Ridho pun berpesan pada ustad agar mau mendampingi Prabowo, maksudnya memberikan nasihat-nasihat karena ustad juga berkata Prabowo itu tergantung teman, kalau temannya sholat ia sholat. Jadi baguslah, sekarang Prabowo berteman dengan orang-orang yang sholat. Keberatan dihati Gen-Q pun terobati
Taufik Ridho pun berpesan pada ustad agar mau mendampingi Prabowo, maksudnya memberikan nasihat-nasihat karena ustad juga berkata Prabowo itu tergantung teman, kalau temannya sholat ia sholat. Jadi baguslah, sekarang Prabowo berteman dengan orang-orang yang sholat. Keberatan dihati Gen-Q pun terobati
Rewind ke awal uraian sebelum ustad bercerita, "akhofu dhoruroin" yaitu sebuah konsep dalam ushul fiqih, memilih yang paling ringan mudharatnya. Saat ini kita dihadapkan pada dua keburukan dan ummat dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mereka tidak sukai. Ada baiknya kita menyimak kesimpulan dari Ibnu Taimiyah di mana beliau pernah berkata,
لَيْسَ
الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ الْخَيْرَ مِنْ الشَّرِّ وَإِنَّمَا
الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ خَيْرَ الْخَيْرَيْنِ وَشَرَّ الشَّرَّيْنِ
“Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan."
Jadi ada pilihan yang sama buruk dan baiknya, namun beda kelas. Jadi ada yang baik dan ada yang lebih baik, juga ada yang buruk dan ada yang lebih buruk lagi. Syaikh As Sa’di melantunkan syair dalam pelajaran kaedah fikih beliau,
فإن تزاحم عدد المصالح
يقدم الأعلى من المصالح
يقدم الأعلى من المصالح
Apabila bertabrakan beberapa maslahat
Maslahat yang lebih utama itulah yang lebih didahulukan
Maslahat yang lebih utama itulah yang lebih didahulukan
وَضِدُّ تَزَاحُمُ المفَاسِدِ
يُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ المفَاسِدِ
يُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ المفَاسِدِ
Lawannya, jika bertabakan dua mafsadat (kerusakan),
Pilihlah mafsadat yang paling ringan
Pilihlah mafsadat yang paling ringan
Bahaya JIL
By : Ave RySekarang ini sedang marak-maraknya Gerakan #Indonesia Tanpa JIL. Hal ini akibat dari gerakan kaum JIL sendiri yang berdemo dengan mengusung tema “ Indonesia Tanpa FPI “. Demo yang di ikuti oleh sekitar 60 orang dan kemudian media nasional membesar-besarkannya hingga mereka katakan mencapai ribuan orang yang ikut berdemo menentang FPI. Mulai saat itulah terdapat tentangan keras dari segenap umat Islam. Baik itu para ulama, kaum intelektual Islam, umat Muslim yang paham maupun yang awam, maupun para elite politik yang mengambil kesempatan ini sebagai ajang “Carmuk” alias cari muka.
Namun demikian, masih banyak saja umat Muslim yang bertanya-tanya apa itu JIL? Pertanyaan ini tentunya dilontarkan oleh kalangan umat yang awam. Tulisan ini hanya satu dari ribuan tulisan yang bertujuan untuk mengenalkan pada umat akan hakikat sebenarnya dari JIL. Agar umat semakin aware, dan kemudian bias siap siaga untuk berpaling apabila bertemu dengan kalangan JIL.
Namun demikian, masih banyak saja umat Muslim yang bertanya-tanya apa itu JIL? Pertanyaan ini tentunya dilontarkan oleh kalangan umat yang awam. Tulisan ini hanya satu dari ribuan tulisan yang bertujuan untuk mengenalkan pada umat akan hakikat sebenarnya dari JIL. Agar umat semakin aware, dan kemudian bias siap siaga untuk berpaling apabila bertemu dengan kalangan JIL.
Islam dan Liberal adalah dua istilah yang antagonis, saling berhadap-hadapan tidak mungkin bisa bertemu. Namun demikian ada sekelompok orang di Indonesia yang rela menamakan dirinya dengan Jaringan Islam Liberal (JIL). Suatu penamaan yang “pas” dengan orang-orangnya atau pikiran-pikiran dan agendanya. Islam adalah pengakuan bahwa apa yang mereka suarakan adalah haq tetapi pada hakikatnya suara mereka itu adalah bathil karena liberal tidak sesuai dengan Islam yang diwahyukan dan yang disampaikan oleh Rasul Muhammad Saw, akan tetapi yang mereka suarakan adalah bid’ah yang ditawarkan oleh orang-orang yang ingkar kepada Muhammad Rasulullah Saw.
Di Indonesia muncul Nurcholis Madjid (murid dari Fazlur Rahman di Chicago) yang memelopori gerakan firqah liberal bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wachid. (Adiyan Husaini dalam makalah Islam Liberal dan misinya menukil dari Greg Barton, Sabili no. 15: 88). Nurcholis Madjid telah memulai gagasan pembaruannya sejak tahun l970-an. Pada saat itu ia telah rnenyuarakan pluralisme agama dengan menyatakan: “Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh diatas dasar paham kenisbian (relativisme) bentuk-bentuk formal agama ini dan pengakuan bersama akan kemutlakan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama” (Nurcholis Madjid: 239). Lalu sekarang muncullah apa yang disebut JIL (Jaringan Islam Liberal) yang menghasung ide-ide Nurcholis Madjid dan para pemikir-pemikir lain yang cocok dengan pikirannya.
Akan tetapi kalau kita urut maka pokok pikiran mereka sebenarnya lebih tua dari itu. Paham mereka yang rasionalis dalam beragama kembali pada guru besar kesesatan yaitu Iblis Ia’natullah ‘alaih. (Ali Ibn Abi aI-’Izz: 395) karena itu JIL bisa diplesetkan dengan “Jalan Iblis Laknat”. Sedang paham sekuleris dalam bermasyarakat dan bernegara berakhir sanadnya pada masyarakat Eropa yang mendobrak tokoh-tokoh gereja yang melahirkan moto Render Unto The Caesar what The Caesar’s and to the God what the God’s (Serahkan apa yang menjadi hak Kaisar kepada kaisar dan apa yang menjadi hak Tuhan kepada Tuhan). (Muhammad Imarah: 45)
Karena itu ada yang mengatakan: “Cak Nur Cuma meminjam pendekatan Kristen yang membidani lahirnya peradaban barat” Sedangkan paham pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi (468-543 H) yang merekomendasikan keimanan Fir’aun dan mengunggulkannya atas nabi Musa 'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)
Karena itu ada yang mengatakan: “Cak Nur Cuma meminjam pendekatan Kristen yang membidani lahirnya peradaban barat” Sedangkan paham pluralisme yang mereka agungkan bersambung sanadnya kepada lbn Arabi (468-543 H) yang merekomendasikan keimanan Fir’aun dan mengunggulkannya atas nabi Musa 'alaihis salam (Muhammad Fahd Syaqfah: 229-230)
Misi Firqah Liberal adalah untuk menghadang (tepatnya: rnenghancurkan) gerakan islam fundamentalis (www.islamlib.com). mereka menulis: “sudah tentu, jika tidak ada upaya-upaya untuk mencegah dominannya pandangan keagamaan yang militan itu, boleh jadi, dalam waktu yang panjang, pandangan-pandangan kelompok keagamaan yang militan ini bisa menjadi dominan. Hal ini jika benar terjadi, akan mempunyai akibat buruk buat usaha memantapkan demokratisasi di Indonesia. Sebab pandangan keagamaan yang militan biasanya menimbulkan ketegangan antar kelompok-kelompok agama yang ada. Sebut saja antara islam dan Kristen. Pandangan-pandangan kegamaan yang terbuka (inklusif) plural, dan humanis adalah salah satu nilai-nilai pokok yang mendasari suatu kehidupan yang demokratis.”
Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima cirri-ciri; yaitu
(1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap Barat,
(2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu
dengan membangkitkan kembali masa lalu itu
(3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam
(4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan negara,
(5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan.
Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)
Yang dimaksud dengan Islam Fundamentalis yang menjadi lawan firqah liberal adalah orang yang memiliki lima cirri-ciri; yaitu
(1) mereka yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap Barat,
(2) mereka yang bertekad mengembalikan peradaban Islam masa lalu
dengan membangkitkan kembali masa lalu itu
(3) mereka yang bertujuan menerapkan syariat Islam
(4) mereka yang mempropagandakan bahwa islam adalah agama dan negara,
(5) mereka menjadikan masa lalu itu sebagai penuntun (petunjuk) untuk masa depan.
Demikian yang dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon (Muhammad Imarah : 75)
Bahaya Firqah Liberal
1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diridhai oleh Allah SWT, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diridhai oleh Iblis, Barat dan para Thaghut lainnya.
2) Mereka lebih menyukai atribut-atribut fasik dari pada gelar-gelar keimanan karena itu mereka benci kepada kata-kata jihad, sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam Liberal. Allah SWT berfirman:
"Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)
3) Mereka beriman kepada sebagian kandungan al-Qur’an dan meragukan kemudian menolak sebagian yang lain, supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan “jalan baru” dalam menafsiri al-Qur’an. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal. Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafsir al-Ashri 1i alQur’an menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) dengan “maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi kebutuhannya.” (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Senin 4 Muharram 1423).
Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka pantaslah mengapa Rasulullah Saw bersabda:
"Yang paling saya khawatirkan atas kalian adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Qur’an." Orang-orang yang seperti inilah yang merusak agama ini. Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perusak Islam, mereka mengajak kepada kepada Al-Qur’an padahal merekalah yang mencampakkan Al-Qur’an. Mengapa demikian ? Karena mereka bodoh terhadap sunnah. (Lihat Ahmad Thn Umar al-Mahmashani: 388-389)
4) Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam Islam, karena mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat.
5) Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya mengandalkan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam LiberaL, Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. An-Nisaa’ 115).
6) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku
sebagai “pembaharu” bahkan “super pembaharu” yaitu neo modernis. Allah berfirman:
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).
7) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki.
8) Mereka memecah belah umat Islam karena gagasan mereka adalah bid’ah dan setiap bid’ah pasti memecah belah.
9) Mereka memiliki basis pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup.
10) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan “asbun” dan asal “comot” Lihat saja buku Charless Kurzman, Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan kedalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh Ihwan al-Muslimin). Bahayanya adalah mereka tidak bisa diam, padahal diam mereka adalab emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim) (Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan seterusnya).
Ahlul batil selain menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq. Allah ta'ala berfirman:
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. JIka kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73).
Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu “sederhana” tidak memiliki landasan keilmuan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)
1) Mereka tidak menyuarakan Islam yang diridhai oleh Allah SWT, tetapi menyuarakan pemikiran-pemikiran yang diridhai oleh Iblis, Barat dan para Thaghut lainnya.
2) Mereka lebih menyukai atribut-atribut fasik dari pada gelar-gelar keimanan karena itu mereka benci kepada kata-kata jihad, sunnah, salaf dan lain-lainnya dan mereka rela menyebut Islamnya dengan Islam Liberal. Allah SWT berfirman:
"Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman". (QS. Al-Hujurat 11)
3) Mereka beriman kepada sebagian kandungan al-Qur’an dan meragukan kemudian menolak sebagian yang lain, supaya penolakan mereka terkesan sopan dan ilmiyah mereka menciptakan “jalan baru” dalam menafsiri al-Qur’an. Mereka menyebutnya dengan Tafsir Kontekstual, Tafsir Hermeneutik, Tafsir Kritis dan Tafsir Liberal. Sebagai contoh, Musthofa Mahmud dalam kitabnya al-Tafsir al-Ashri 1i alQur’an menafsiri ayat ( -Faq tho 'u aidiyahumaa- ) dengan “maka putuslah usaha mencuri mereka dengan memberi santunan dan mencukupi kebutuhannya.” (Syeikh Mansyhur Hasan Salman, di Surabaya, Senin 4 Muharram 1423).
Dan tafsir seperti ini juga diikuti juga di Indonesia. Maka pantaslah mengapa Rasulullah Saw bersabda:
"Yang paling saya khawatirkan atas kalian adalah orang munafik yang pandai bicara. Dia membantah dengan Al-Qur’an." Orang-orang yang seperti inilah yang merusak agama ini. Mereka mengklaim diri mereka sebagai pembaharu Islam padahal merekalah perusak Islam, mereka mengajak kepada kepada Al-Qur’an padahal merekalah yang mencampakkan Al-Qur’an. Mengapa demikian ? Karena mereka bodoh terhadap sunnah. (Lihat Ahmad Thn Umar al-Mahmashani: 388-389)
4) Mereka menolak paradigma keilmuwan dan syarat-syarat ijtihad yang ada dalam Islam, karena mereka merasa rendah berhadapan dengan budaya barat, maka mereka melihat Islam dengan hati dan otak orang Barat.
5) Mereka tidak mengikuti jalan yang ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya dan seluruh orang-orang mukmin. Bagi mereka pemahaman yang hanya mengandalkan pada ketentuan teks-teks normatif agama serta pada bentuk-bentuk Formalisme Sejarah Islam paling awal adalah kurang memadai dan agama ini akan menjadi agama yang ahistoris dan eksklusif (Syamsul Arifin; Menakar Otentitas Islam LiberaL, Jawa Pos 1-2-2002). Mereka lupa bahwa sikap seperti inilah yang diancam oleh Allah:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali." (QS. An-Nisaa’ 115).
6) Mereka tidak memiliki ulama dan tidak percaya kepada ilmu ulama. Mereka lebih percaya kepada nafsunya sendiri, sebab mereka mengaku
sebagai “pembaharu” bahkan “super pembaharu” yaitu neo modernis. Allah berfirman:
Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi," mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman," mereka menjawab, "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman." Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al-Baqarah 11-13).
7) Kesamaan cita-cita mereka dengan cita-cita Amerika, yaitu menjadikan Turki sebagai model bagi seluruh negara Islam. Prof. Dr. John L. Esposito menegaskan bahwa Amerika tidak akan rela sebelum seluruh negara-negara Islam tampil seperti Turki.
8) Mereka memecah belah umat Islam karena gagasan mereka adalah bid’ah dan setiap bid’ah pasti memecah belah.
9) Mereka memiliki basis pendidikan yang banyak melahirkan pemikir-pemikir liberal, memiliki media yang cukup dan jaringan internasional dan dana yang cukup.
10) Mereka tidak memiliki manhaj yang jelas sehingga gagasannya terkesan “asbun” dan asal “comot” Lihat saja buku Charless Kurzman, Rasyid Ridha yang salafi (revivalis) itupun dimasukkan kedalam kelompok liberal, begitu pula Muhammad Nashir (tokoh Masyumi) dan Yusuf Qardhawi (tokoh Ihwan al-Muslimin). Bahayanya adalah mereka tidak bisa diam, padahal diam mereka adalab emas, memang begitu berat jihad menahan lisan. Tidak akan mampu melakukannya kecuali seorang yang mukmin.
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengucapkan yang baik atau hendaklah ia diam." (HR. Bukhari dan Muslim) (Lihat Husain al-Uwaisyah: 9 dan seterusnya).
Ahlul batil selain menghimpun kekuatan untuk memusuhi ahlul haq. Allah ta'ala berfirman:
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. JIka kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS. Al-Anfaal 73).
Sementara itu Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menyebut mereka berbahaya sebab mereka itu “sederhana” tidak memiliki landasan keilmuan yang kuat dan tidak memiliki aqidah yang mapan. (lihat Bahaya Islam Liberal: 40, 64-65)
Sebagian Dikutip dari Tulisan : Abu Hamzah Agus Hasan Bashari
Tag :
Kajian Umum,