Mengapa Engkau Malas Mencari Ilmu?

By : Ave Ry

Pertanyaan mengapa engkau malas mencari ilmu, dan terkadang mengapa engkau malas menuju majlis ilmu atau mengapa engkau begitu keberatan menuju majlis ilmu?

Pertanyaan yang tak urung membuat Gen-Q gusar. Tiga pertanyaan berbeda dengan alasan besar yang berbeda pula. Menurut pengalaman, mengapa seseorang malas mencari ilmu adalah karena ‘cuek’, tidak begitu memperdulikan seberapa besar pengetahuannya akan agama bertumbuh.

Pertanyaan mengapa malas menuju majlis ilmu, sebagian besarnya adalah karena kesibukan seseorang akan dunianya. Sedangkan seseorang yang begitu keberatan menuju majlis ilmu memiliki alasan yang lebih spesifik, utamanya adalah jarak yang menyita waktu, tenaga dan harta. Atau bagi wanita misal, ia keberatan karena jauhnya jarak majlis yang mengharuskan ia safar tanpa didampingi mahramnya.

Pentingnya ilmu sudah barang tentu telah diketahui banyak ummat Muslim dimanapun ia berada. Namun, berbagai alasan menjadi dinding penghalang bagi mereka yang masih malas dan lalai dalam menjalankannya. Padahal, Rasulullah pernah bersabda :

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Mashaa Allah, tidakkah kita menginginkan kebaikan dari Sang Maha Pemberi? Lantas bagaimana cara seseorang akan faqih dalam agamanya jika ia tidak menempuh salah satu cara terbaiknya? Yaitu dengan cara menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu.

”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

Dan termasuk ke dalam makna menempuh jalan untuk mencari ilmu; menempuh jalan hakiki (yang sesungguhnya), yaitu berjalan dengan kaki atau menggunakan kendaraan menuju majelis para ulama.

Masuk juga ke dalam makna ini, menempuh jalan maknawi yang mengantarkan untuk menghasilkan ilmu; seperti menghapal, mempelajari, mengulang-ulang, menelaah, menulis, memahami dan hal lain yang termasuk jalan-jalan maknawi yang bisa menghantarkan kepada ilmu.

Dan sabda Nabi – shollallohu ‘alaihi wa sallam –, “Niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”

Bisa bermakna, bahwa Allah memudahkan baginya ilmu yang dia cari dan dia tempuh jalannya. Allah akan memudahkan ilmu baginya. Karena ilmu adalah jalan yang menghantarkan kepada surga. Dan ini seperti firman Allah ta’ala,

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” Al-Qamar : 17

Dan terkadang Allah memudahkan bagi penuntut ilmu, ilmu-ilmu lain yang akan bermanfaat baginya, dan menjadi penghantar kepada surga. Sebagaimana telah dikatakan,

“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya, Alloh akan memberikan kepadanya ilmu yang belum dia ketahui.” (Faidhul Qadir karya al-Munawi 4/510-511, dan Kasyful Khofaa` karya al-‘Ajluni 2/347)

Juga sebagaimana telah dikatakan dala tafsir Ibnu Katsir, “Pahala kebaikan, adalah kebaikan yang lain.” Hal ini telah ditunjukkan oleh firman Alloh ta’ala,

“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” Maryam : 17

Dan bahkan, jika masih ada diantara ummat Muslim yang masih lalai dan malas dalam mencari ilmu, maka Syaikh Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi memberikan nasihat yang sangat berharga :

Nasihatku tinggalkanlah kemalasan dan kelalaian. Jika terjadi padamu, maka paksakanlah. Jika seseorang tulus menjalaninya... dia tidak akan malas dan lalai. Bukankah ada perkataan, “Ditempat ini akan ada 1000 riyal untukmu jika engkau mampu menunggu beberapa saat. Demi Allah, kamu harus menunggunya sampai tiba hari kiamat! Jika keadaannya demikian, janganlah engkau tidur dan bermalas-malasan.

Apa yang terjadi padamu? Bagaimana dengan ganjaran Allah yang tak ternilai?
Malas dan lalai seperti apa yang menghampirimu? Kemalasan dan kelalaian tidak akan terjadi, jika engkau renungkan apa yang ada disisi Allah.

Kemalasan dan kelalaian yang seperti apa saat seseorang berada dalam Majlis Ilmu? Sementara dia tahu para malaikat mengelilinginya.

Kemalasan dan lalai yang seperti ketika ia duduk dalam sebuah Majlis, sementara ia sedang berurusan dengan Rajanya raja. Tuhan Yang Awal dan Yang Akhir! Seorang hamba yang berpaling dari dunia dan mendekat kepada Tuhannya!

Kemalasan dan kelalaian seperti apa yang menghampirimu? Di saat engkau memegang Kitabullah dalam genggaman?

“Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Yang ditinggikan lagi disucikan. Di tangan para penulis (malaikat)”. Abasa : 13-15

Kemalasan dan kelalaian seperti apa yang menghampiri? Sementara engkau sedang membuka Kitabullah? Yang di dalamnya mengandung berita dan kisah yang membuat seseorang tidak bisa tidur. Yang membuat airmata mengalir dan membuat hati khusyu’.

Kemalasan dan kelalaian seperti apa yang menghampirimu? Dikala engkau bersungguh-sungguh dan tidak bermain-main didalamnya. Jika engkau menempuh kebenaran maka kebathilan pun lenyap.

Kemalasan dan kelalaian yang seperti apa? Itu karena kita tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Malas dan lalai, menghampiri karena kita tidak mengerti ada dimana kita!

Seseorang mendatangi Majlis Ilmu, namun dia tidak sadar bahwa Allah mendengar dan melihatnya! Seandainya engkau tahu! Apa ada yang lebih baik saat engkau megambil Kitabullah? Seandainya engkau tahu!

Dengan siapakah engkau akan berurusan saat meninggalkan rumah menuju Majlis Ilmu? Seandainya engkau tahu! Dikala engkau bangun diakhir malam, lalu engkau pun letih dan kelelahan. Sementara engkau membaca Kitabullah, atau membaca Sunnah Rasulullah, demi memelihara ummat.

Tahukah engkau bahwa para malaikat turun? Karena engkau melakukan amal sholih. Derajatmu ditinggikan dan pintu-pintu surga terbuka untukmu. Inilah yang menjadi alasan engkau duduk, inilah yang engkau tulis, dengarkan dan membacanya. Yang mengingatkanmu hakikat dunia dan hari kemudian. Inilah yang baca, dengarkan, yang engkau lihat dan pahami. Yang akan meninggikan derajatmu. Yang akan menebus dosa-dosamu.

Apa engkau sadar? Pasa saat engkau tinggalkan rumahmu, engkau pergi menuntut ilmu, engkau tulus pada Tuhanmu dalam mencarinya, dan Allah mengetahui isi hatimu, tida yang engkau harapkan kecuali Dia.

Atau mungkin engkau mungkin pergi karena suatu urusan, atau engkau pergi setelah bangun diwaktu malamnya. Dan engkau pun berkata, “Aku ingin tetapi mencari rid dalam keadaan seperti ini demi mencari ridho Tuhanku”. Lalu engkau pergi menuju majlis ilmu karena Allah tanpa riya’ dan sum’ah, maka Malaikat pun turun, diutus untuk menyaksikan perbuatanmu yang engkau lakukan karena Allah. Ketika tiba di majlis ilu engaku memperoleh kebaikan, derajatmu pun diangkat. Betapa luar biasanya seorang penuntut ilmu, kembali kerumah seperti bayi yang baru lahir.

Begitu besar faidah dan keutamaan dalam mencari ilmu sehingga alangkah sayangnya bagi ummat Muslim yang melalaikannya.

Persoalan kemudian timbul pada wanita Muslimah yang turut dalam mencari ilmu sehingga mengharuskannya untuk safar (bepergian), padahal seorang wanita dilarang safar dalam sehari-semalam jika tidak didampingi mahramnya. Dalam masalah ini, ada dua hal yang diperhatikan, yaitu ;

PERTAMA: 'Urf (pandangan masyarakat setempat) terhadap jarak antara tempat tersebut. Jika mereka menganggap itu bukan termasuk safar maka hukumnya BOLEH. Dan sebaliknya, jika mereka menganggapnya sudah termasuk jarak safar maka hukumnya TIDAK BOLEH. Akan tetapi ketidak-bolehan ini juga tidak secara mutlak, tapi dilihat pada hal selanjutnya.

KEDUA: Melihat pada kondisi wanita tersebut dalam hal pengetahuan dan pemahamannya tentang agama dan juga jenis Ilmu yang akan dikaji dalam majlis ta'lim tersebut. Yakni jika ia seorang awam yang tidak mengerti apa-apa tentang aqidah islam yang benar, dan tata cara beribadah sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya, sementara di rumahnya atau di kampung halamannya tidak ada orang atau majlis ta'lim yang mengajarkan Aqidah Islam yang lurus dan tata cara ibadah kepada Allah dengan benar, sehingga ia tetap terbelenggu oleh kebodohannya jika menetap di rumahnya, maka dalam kondisi seperti ini ia BOLEH atau bahkan sangat dianjurkan untuk keluar dari rumahnya untuk menghadiri majlis ta’lim dalam rangka mencegah mudhorot (bahaya) yang lebih besar, yaitu bahaya yang ditimbulkan oleh kebodohannya tentang agama Islam.

Di dalam sebuah kaedah fiqih disebutkan: idza tazaahamat al-mafsadataani urtukiba adnaahuma. Artinya: "apabila berdesakan (dalam satu waktu) 2 mafsadat (bahaya/kerusakan) maka hendaknya memilih mafsadat yang paling kecil. Dan yang perlu diperhatikan, ketika ia keluar menuju majlis ta'lim hendaknya berpakaian syar'i, tidak memakai wangi-wangian, menjaga adab-adab safar, menjauhi larangan-larangan Allah, dan segera kembali ke rumahnya setelah selesai dari hajatnya.

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

Sumber :
1. Video ceramah oleh Syaikh Muhammad al-Mukhtar asy-Syinqithi
2. Materi kajian Ustadz Washito

Pernikahan Yang Melahirkan Generasi Besar

By : Ave Ry

Wahai pemuda pernahkah terpikirkan oleh kalian untuk apa kita menikah?
Pernikahan sejatinya bukanlah sekedar penghalalan untuk melampiaskan syahwat.
Pernikahan bukan pula sekedar tradisi semata.

Bukan, karena begitu besarnya arti sebuah pernikahan dalam islam Rasulullah menyebut dalam haditsnya sebagai separuh agama.

"Jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi separuh agamanya. Hendaknya dia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang lain." (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)

Pernahkah pula terpikir apa obsesi menikah?
Akankah menikah hanya untuk meneruskan keturunan saja?
Untuk mempunyai pasangan yang rupawan?
Untuk menaikkan status sosial?

Jika menikah adalah separuh agama, betapa rendah sekali separuh agama kita jika tujuan pernikahan hanya inginkan kenikmatan dunia.

Dalam sebuah kajian, Ust Abu Fairus mengisahkan pernikahan dengan obsesi besar menuju akhirat menghasilkan generasi besar.

Tersebutlah sebuah kisah yang sangat menarik untuk disimak;

Di wilayah Tikrip negeri Irak tinggal seorang panglima bernama Najmuddiin. Najmuddiin adalah seorang panglima yang memiliki obsesi besar dalam pernikahan. Dirinya mempunyai keinginan menikahi seorang perempuan yang siap melahirkan seorang generasi yang di-didik dengan pendidikan islam, menjadi seorang penunggang kuda, dan menjadi seorang pahlawan yang akan menaklukkan Baitul Maqdis

Sahabatnya Asaduddiin berkata padanya,

"Wahai Najmuddiin saudaraku, kalau mau dan sudi saya akan membantumu meminang Putri Raja, atau Putri Sultan, atau Putri Perdana Menteri."

"Tidak sahabatku, Putri Raja, Putri Sultan atau Putri Menteri tidak ada yang pas buat diriku", tolak Najabuddin.

"Lantas, dimana engkau mendapat perempuan seperti yang engkau inginkan?" Tanya Asaduddiin.

"Andai niatku ikhlas semoga Allah Swt mempertemukan untukku seorang perempuan seperti inginku."

Berlalunya Waktu..

Hari demi Hari..
Minggu ke Minggu..
Hingga Berbulan-bulan..

Perjalanan Najmuddiin belum bertemu sosok perempuan idamannya.

Hingga suatu ketika Najmuddiin mengikuti sebuah kajian dari seorang ulama di majelis masjidnya.

Selepas kajian tanpa di duga ada seorang perempuan yang memanggil syeikh di balik tirai, sontak syeikh kaget dan langsung mendatangi asal suara kemudian bertanya, "Wahai Fulanah, bagaimana pemuda yang telah ku kirim padamu?"

Perempuan itu menjawab, "Wahai Syeikh, pemuda yang engkau kirim kepadaku dia pemuda yang gagah perkasa, tampan rupawan, pemuda yang jika seorang memandangnya akan terpana dan terpesona, tetapi wahai syeikh sungguh pemuda tersebut tidak pantas untukku. Wahai Syeikh sungguh diriku mencari seorang pemuda yang siap memegang tanganku dan membawaku ke syurga Allah Swt dan memberikan diriku keturunan, ku didik dan ajarkan menjadi seorang pemuda yang tangguh, dan dirinya adalah pemuda yang akan menaklukkan Baitul Maqdis".

Mendengar Perkataan perempuan tersebut membuat Najmuddiin terpesona dan teringat obsesinya dalam pernikahan.

"Wahai Syeikh, nikahkan saya dengan perempuan itu", pinta Najmuddiin.

"Wahai Najmuddiin, tahukah engkau dia seorang fakir, dia bukan seorang bangsawan, dia bukan Putri Raja, dia seorang perempuan biasa dikampung ini" Jelas Syeikh.

"Wahai Syeikh, kumohon nikahkan saya dengan dirinya, sungguh cita-cita besar yang ada dalam dirinya ada pada diri saya"

Akhirnya Najmuddiin dan perempuan tersebut menikah.

Inilah taqdir Allah, Dia mengabulkan do'a orang yang shalih yang mengharapkan akhirat untuk bertemu denganNya, doa dua insan yang mengharap keridhoanNya, insan yang menjadikan pernikahan bukan sekedar pemuas syahwat semata.

Dan kelak dari rahim dan tempaan didikan agama yang kuat dari pasangan inilah lahir panglima besar yang dengan pedangnya bisa merebut kembali Baitul Maqdis dari orang-orang salibis, ialah Sang Penakluk Shalahuddin Al Ayyubi.

Jelas sekali dari kisah di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa :

1. Pernikahan adalah langkah untuk mengubah dunia.
2. Ketampanan, kecantikan dan kekayaan bukanlah penentu kesuksesan sebuah pernikahan.
3. Pilihlah pasangan yang baik agamanya, yang dengannya akan menemanimu menikmati indahnya dunia menuju kenikmatan akhirat yang abadi.
4. Dari pasangan yang hebat akan terlahir generasi yang hebat.

Jadi wahai pemuda-pemudi apa obsesi besarmu untuk menikah?
Sudah punya obsesi.. Lantas tunggu apa lagi, kapan akan melengkapi separuh agamamu?

Sederhanakanlah kriteriamu dalam mencari pasangan, rendahkanlah maharmu, pantaskanlah dirimu dan memohonlah kepada Sang Pengatur.


Sumber :
Ust. Abu Fairus, Lc.

Ditulis oleh :
Sahabat Grup ‘Erdogan Lovers’ (Rizqa Kurniati, Adiyat Karim) dengan sedikit perbaikan EYD dan pengayaan alur.

I'm Muslim Do Not Celebrate Valentine!

By : Ave Ry
 Sekira satu pekan lagi, kebanyakan pemuda-pemudi, baik yang masih teramat belia maupun yang sudah lansia akan 'merayakan' Valentine's Day. Dalam bahasa Indonesia, disebut Hari Kasih Sayang. Sebenarnya penyebutannya agak kurang tepat, karena kalau ditilik dari sejarahnya, Valentine's Day itu bersifat khusus, sedangkan Hari Kasih Sayang bersifat umum. Maka dari itu banyak yang protes, kalau ada yang mengatakan merayakan hari kasih sayang dilarang dalam Islam. Kenapa dilarang merayakan kasih sayang? Ada yang menjawab, kasih sayang itu dapat dilakukan di tiap waktu bukan hanya satu tahun sekali. Atau ada yang menjawab valentine itu bukan berasal dari Indonesia, apalagi dalam Islam, tidak ada!

Kedua jawaban demikian tadi tidak salah, namun perlu dilengkapi. Islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan kasih sayang atas hubungan yang terikat dalam jalinan yang halal. Kasih sayang dalam keluarga, anak dan orang tua, begitu pun antara suami istri.

Nah, dalam Valentine's Day kebanyakan kasus yang ditemui adalah pengungkapan kasih sayang antara dua insan yang tidak terikat dalam hubungan yang halal. Sedangkan sebagai ummat Muslim, terdapat peringatan keras dalam Al-Qur'an

‘’Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’ : 32) 

Maka dari itu perayaan ini sangat dilarang keras melebihi perayaan lain karena mengandung begitu banyak kemaksiatan didalamnya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)

Islam menutup rapat-rapat semua celah yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kejelekan dan kebinasaan. Atas dasar ini, disaat Allah subhanahu wata’ala melarang perbuatan zina, maka Allah subhanahu wata’ala melarang semua perantara yang mengantarkan kepada perbuatan tersebut.

Sebagai seorang Muslim, Gen-Q memiliki tanggung jawab untuk mensyi'arkan perintah dan larangan dalam Islam, maka jadilah posting ini. Dengan meng-upload karya-karya dari Komunitas Desainer Muslim, diharapkan dakwah dapat lebih kreatif dan mengena pada kalangan muda.

  


Parfume Istighfar

By : Ave Ry
"Untuk saat ini, parfum paling cocok buat kamu adalah istighfar, karena aroma dosa sudah mulai menyebar kemana-mana"

Tidak sengaja melihat status Ust. Saief Alemdar di beranda Facebook, saya jadi tertarik corat-coret mengabadikan ide beliau di Photoshop CS4, dan jadilah desain amatiran diatas. Well, belakangan ini sedang mulai tertarik belajar desain poster islami, jadi gabung aja di komunitas desainer muslim
Berkata Imam Ibnul Jauzi rahimahullah:
"Berminyak wangilah dengan istighfar, maka akan hilanglah darimu bau busuk dosa. Berminyak wangilah dan hilangkanlah dosamu dengan ucapan 'astaghfirullah wa atubu ilaih' (aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah)
Bahasan kali ini, berkaitan dengan status tadi. Ternyata beliau menyitir perkataan seorang Imam besar, Ibnul Jauzi rahimahullah. Istighfar sebagai pelebur dosa disertai dengan taubat. Tentu sudah tidak terhitung berapa banyak bahasan tentang istighfar. Jadi tulisan ini hanya sebagai peramai saja. 

Teringat pada salah satu kisah yang berkaitan, diriwayatkan melalui Jabir bin Abdullah Al Anshari r.a
Sesungguhnya bau menggunjing bisa tercium ketika zaman Rasulullah SAW. Sebab saat itu sangat jarang pergunjingan. Adapun zaman sekarang sangat banyak pergunjingan yang baunya menusuk hidung, bahkan hampir tak bisa membedakan. Ibaratnya lelaki yang masuk, orang ahli menyamak kulit, dia tidak akan betah dengan baunya yang busuk, namun penghuni sana terbiasa dengan keadaan kebusukan kulit, sebab bau itu terlalu sering memenuhi hidungnya. Demikianlah perumpamaan menggunjing pada zaman kita.

Masih dari Jabir bin Abdullah radliyallahu anhu berkata, kami pernah bersama dengan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba tercium bau busuk. Maka Beliau bertanya, 
“Tahukah kalian, bau apakah ini?. Ini adalah bau orang-orang yang suka mengghibah kaum mukminin” (HR. Bukhori)
Kisah diatas bisa juga kita gunakan atas dosa-dosa yang lainnya. Lihat saja sekeliling kita, begitu banyak maksiat dikerjakan, dosa pun bertebaran. Bahkan di zaman ini manusia sudah tidak lagi malu untuk menampilkan ke-maksiatan di muka umum. Acara ‘ghibah’ menjadi komoditas yang mempunyai daya jual tinggi, acara kemusyrikan sudah tidak lagi tabu, acara yang mengajak pada perzinaan malah disemarakkan dengan qasidahan, astaghfirullah hal ‘Azhim. 

Hal ini sungguh “Massif, terorganisir dan sistematis!” begitu ucap Bapak Prabowo.

Ya, berbagai acara yang mengandung kemaksiatan ini terlihat begitu massifnya. Lihat saja acara “Dangdut yang diselingi lomba qasidahan” yang ‘itu’. Sebelum itu acara serupa ini ada juga kan, acara berjoget ria sepanjang malam di tiap harinya. Yang lebih dulu lagi ada juga, acara joget-jogetan juga, sampai-sampai ada drama pencekalan artisnya segala. Tapi ini malah jadi strategi pemasaran yang luar biasa, di cekal satu malah tumbuh seribu!

Dan yang memprihatinkan dari semua itu, acara-acara tersebut ditonton, disimak baik-baik, ditiru oleh berbagai kalangan, anak-anak, remaja, ibu-ibu bahkan ‘kaum terpelajar’ pun tidak ketinggalan.

Betapa sistematisnya... acara yang sama di daur-ulang over and over. Dan begitu terorganisir karena menyebar di berbagai stasiun televisi. Sungguh, kita benar-benar harus ‘menyemprotkan’ parfume istighfar sebanyak-banyaknya pada tubuh kita! (Mohon maaf apabila kata ‘semprot’ kurang sopan, karena saya tidak menemukan kata bandingannya selain kata spray dalam bahasa Inggris).

Sobat, beristighfarlah! Tidak akan merugi orang yang beristighfar. Jangan pernah melazimkan pemikiran, “Aku berbuat dosa terus-menerus, jadi percuma beristighfar”. Ucapan demikian hanya berasal dari orang-orang yang putus asa. Sebaliknya, “Aku beristighfar terus-menerus, walaupun aku berbuat dosa lagi dan lagi”
“Bukanlah orang yang terus berbuat dosa orang yang meminta ampunan (beristighfar) walaupun ia kembali melakukan dosa dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Namun jangan di mudah-mudahkan ya dalam memahami hadist, maksudnya beristighfarlah, bertaubat, lalu meng-azzamkan diri untuk tidak mengulangi dosa tersebut. Perkara dikemudian hari berulang lagi, ya bertaubat lagi!
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).


Solusi Galau Dengan Sahabat

By : Ave Ry
Alhamdulillahi Rabbil 'alamin, setelah sekian lama akhirnya kelima seri buku Managemen Galau terbit juga. Setelah Solusi Galau Dengan si dia, Solusi Galau Dengan Keluarga, Solusi Galau di Sekolah, dan Sekarang terbit Solusi Galau Dengan Sahabat. Untuk Solusi Galau Dengan Kepribadian dan Solusi Galau di Sekolah, kemungkinan menyusul reviewnya setelah ini Inshaa Allah.

Seperti dalam buku seri sebelumnya. Buku Solusi Galau Dengan Sahabat ini juga full color, berisi komik-komik khas remaja disertai ilustrasi dan lay out yang keren!


Dalam buku ini diceritakan / digambarkan serba-serbi remaja dengan sahabatnya. Mulai dari tipe atau karakter sahabat, konflik, makna sahabat sampai pembahasan adab berteman dalam Islam juga dibahas.

Contohnya seperti pada bab 2 berikut ;

Ada begitu banyak orang yang hidup di bumi ini. Ada banyak wajah dan pasti ada banyak karakter juga. Bagaimana jika sahabatmu memiliki karakter yang berbeda jauh darimu?

Nah, di buku ini disebutkan beberapa tipe sahabat yang yang karakternya agak-agak mirip sama planet, agak maksa sih sebenarnya... Tapi ini hanya sebagai jalan untuk memudahkan sahabat muda untuk lebih memahami karakter seseorang. Kira-kira ada nggak salah satu dari sahabat kamu yang masuk kedalam tipe planet ini? Kalau ada mudah-mudahan aja kamu ketemunya pas planet-palanet yang ramah.



Merkurius, Mars, Bumi, Venus, Jupiter, Saturnus, Uranus & Neptunus masing-masing memiliki garis edarnya sendiri. Mereka berputar mengeilingi Matahari. Serasi tanpa saling mendahului, bersama dalam sebuah keindahan tata surya bernama ‘Bima Sakti’…

Dalam bab ke-4 kamu akan disuguhkan sebuah wacana tentang Sahabat Dalam Pandangan Islam. Bagaimana sih, sebenarnya Islam memandang pergaulan antar manusia ini?

Sahabat adalah salah satu orang terpenting dalam kehidupan pribadi kita. Hal ini akibat dari fungsi kita sebagai manusia sosial yang nggak bisa lepas dari lingkaran pergaulan, dimana dalam sebuah pergaulan kita menemukan, bahkan memilih seseorang yang tepat untuk dijadikan sahabat, agar hari-hari yang dilewati dalam sebuah pergaulan terasa lebih lengkap. Jika beruntung kita dapat menemukan sosok sahabat ideal, maka jangan sampai kamu sia-siakan ya sobat…
Judul Buku      :  Solusi Galau Dengan Sahabat
Penulis             :  Ave Ry 
Genre / Tags    :  Remaja, Psikologi, Islam
Penerbit           :  Zikrul Remaja 
Tebal                :  64 Halaman 
Tersedia di       : Gramedia, Gunung Agung, Walisongo, Al-Amin, Iltizam
Wilayah            : Jabodetabek

Untuk pemesanan dalam jumlah besar bisa menghubungi :
 (021) 4754428, 475243, 70740274

Berkah Dalam Musibah

By : Ave Ry
Pernah nggak sih sobat Gen-Q berpikir “Orang jahat itu kenapa hidupnya lama terus baik-baik aja, sedangkan orang baik itu lebih cepat mendahului dan banyak cobaannya”

Kalau Gen-Q pernah berpikir begitu. Ternyata, baru siang ini mendapat jawabannya. Tepatnya ketika mendengar untaian nasihat Ust. Abu Yahya Badrussalam. Beliau membawakan sebuah hadist dari Anas bin Malik r.a

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hambaNya, Allah akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah membalasnya pada hari kiamat.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim)

Dalam tausyahnya, beliau memerinci tanda-tanda seorang hamba yang diinginkan Allah Subhana wa ta’Ala kebaikan baginya, yaitu :

1. Dibukanya pintu amal sebelum kematian menjelang.

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal.” Dikatakan, “Apakah dijadikan beramal itu?” Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridla kepadanya.” (HR Ahmad)

2. Dipercepat sanksinya di dunia.

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, Allah akan segerakan sanksi untuknya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada hambaNya, Allah akan membiarkan dosanya (di dunia) sampai Allah membalasnya pada hari kiamat.” (HR At Tirmidzi dan Al Hakim dari Anas bin Malik)

3. Diberikan cobaan.

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR Ahmad dan Al Bukhari dari Abu Hurairah)

Cobaan pasti akan menerpa kehidupan mukmin, karena itu janji Allah:

“Sungguh, Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (Baqarah : 155)

Cobaan itu untuk menggugurkan dosa dan mengangkat derajat.

“Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” (HR Ahmad)

4. Difaqihkan dalam agama.

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Kefaqihan adalah pemahaman yang Allah berikan kepada seorang hamba. Pemahaman yang lurus terhadap Al Qur’an dan hadits berasal dari kebeningan hati dan aqidah yang shahih. Karena hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan dapat memahami Al Qur’an dan hadits dengan benar. Sebagaimana yang dikabarkan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kaum khawarij yang membaca Al Qur’an:

“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Al Qur’an. Bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan Al Qur’an mereka, shalat dan puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an dan menyangka bahwa Al Qur’an mendukung mereka padahal Al Qur’an tidak mendukung mereka.” (HR Muslim)

Itu semua akibat kedangkalan ilmu dan mengikuti hawa nafsu, sehingga mereka tidak diberikan pemahaman yang benar terhadap Al Qur’an dan hadits. Mereka mengira bahwa ayat Al Qur’am mendukung perbuatan mereka, padahal tidak demikian. Tentu yang memahaminya adalah orang-orang yang Allah faqihkan dalam agama dan selamatkan dari hawa nafsu.

5. Diberikan kesabaran.

“Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Kesabaran dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan. Badan tak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman tak akan hidup tanpa kesabaran. Untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya amat membutuhkan kesabaran. Karena Iblis dan balatentaranya tak pernah diam untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.

“Tidak ada yang diberikan (sifat-sifat yang terpuji ini) kecuali orang-orang yang sabar, dan tidak ada yang diberikannya kecuali orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushilat : 35)
So, bagi sobat yang saat ini tengah ditimpa musibah, jangan dulu mengeluh, La Tahla! Bisa jadi Allah sedang memberikan kebaikan yang banyak kepada kita dengan musibah tersebut, tapi dengan berbekal kesabaran yang baik dalam melaluinya tentu. Semoga dalam musibah yang tengah kita hadapi mendatangkan keberkahan Allah dalam kehidupan kita.
 
"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang Engkau inginkan kebaikan padanya, beri kami kesabaran untuk menjalani perintahMu dan menjauhi laranganMu, beri kami kesabaran dalam menghadapi musibah yang menerpa, beri kami kefaqihan dalam agama dan bukakan untuk kami pintu amal shalih sebelum wafat kami"



Sumber : Ust. Abu Yahya Badrussalam, Lc (Rekaman Radio Rodja)




16 November

By : Ave Ry


"Bi ruh...bi dam...nafdika yaa al-Aqsha !
"Bi ruh...bi dam...nafdika yaa al-Aqsha !
"Bi ruh...bi dam...nafdika yaa al-Aqsha !

(Dengan jiwa dan darah, kami persembahkan untuk Aqsha !)

“Khaibar... Khaibar... Ya Yahud ! Jaisyu Muhammad Saufa Ya'ud...”

(Khaibar... Khaibar..ya yahudi..! Pasukan Muhammad PASTI akan kembali...)

Allahumma ‘a-izzal islama wal muslimina
Allahummanshur ikhwananal musliminal mujahidina fi filistin
Allahumma tsabbit imanahum wa anzilis-sakinata ‘ala qulubihim wa wahhid shufufahum
Allahumma ahlikil kafarata wal musyrikina Allahumma dammiril yahuda wa israila
Wa syattit syamlahum wa farriq jam’ahum, Allahummanshur ‘alal mujahidina a’daa-ana wa a’daa-addin

Birahmatika ya arhamar-rahimin wa shallallahu ‘alan-nabiy Muhammad

“Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin. Ya Allah, tolonglah kaum Muslimin dan Mujahidin di Palestina. Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka. Ya Allah, hancurkanlah kaum kuffar dan kaum musyrikin. Ya Allah, binasakanlah kaum Yahudi dan pasukan Israel dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka. Ya Allah, menangkanlah kaum Mujahidin atas musuh kami musuh agama dengan RahmatMu, Wahai Yang Maha Pengasih. Dan sampaikanlah Sholawat kami kepada Nabi Muhammad.”

Taqwa-Nya Tuh Disini, Didalam Hatiku

By : Ave Ry
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata: ”…taqwa itu disini, seraya menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali…” (HR. Muslim)
Apa yang dimaksudkan Rasulullah ialah taqwa itu tempatnya di lubuk hati, bukan di ujung lidah, sebab apa yang diucapkan oleh lidah belum tentu sama dengan apa yang bersemayam di hati.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (HR. Muslim)

Ibnu Daqiq Al ‘id -rahimahullah- menjelaskan

Maknanya, amalan dhohir (yang tampak) belum tentu dapat menghasilkan ketaqwaan, namun ketaqwaan itu adalah apa yang terdapat di dalam hati dari pengagungan, khasy-yah (rasa takut yang disertai pengagungan), mendekatkan diri kepada Allah dan hati yang merasa diawasi Allah ta’ala yaitu dengan menyadari bahwa Allah melihat dan meliputi segala sesuatu. Dan makna melihat hati-hati kalian –wallahu a’lam- adalah melihat harapan dan persangkaan, dan hal itu semua dilakukan dengan hati.

“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati” (HR. Bukhari)

Ibnu ‘Utsaimin -rahimahullah- mengatakan: “Taqwa kepada Allah ta’ala itu letaknya di hati, jika hatinya bertaqwa maka anggota badannya juga.”

Hadist ini bermaksud segala amal lahiriah manusia harus diliputi taqwa, bertempat di lubuk hati, seperti meninggikan syi’ar agama Allah, menyimpan perasaan takut kepada Allah, menjaga diri dari kemurkaan-Nya.

Kata taqwa mengandung pengertian yang berbeda-beda di kalangan ulama. Namun semuanya bermuara pada satu pengertian, yaitu seorang hamba melindungi dirinya dari kemurkaan Allah ‘Azza wa Jala dan juga siksa-Nya. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang-Nya.

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Asal taqwa adalah seorang hamba membuat pelindung yang dapat melindungi dirinya dari hal-hal yang ditakuti”.

Ketaqwaan seorang hamba kepada Rabbnya adalah dia melindungi dirinya dari hal-hal yang dia takuti, yang datang dari Allah berupa kemurkaan dan adzab-Nya, yaitu dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.

Hasan al-Bashri berkata,

“Sifat taqwa tetap melekat pada diri orang-orang yang bertaqwa selama mereka meninggalkan perkara-perkara yang halal karena mereka takut terjerumus kedalam perkara-perkara yang haram”

Termasuk Taqwa yang sempurna adalah melakukan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan hal yang diharamkan dan syubhat. Dan kadangkala termasuk di dalamnya juga melakukan hal-hal yang mandub (sunnah) dan meninggalkan yang makruh (tidak disukai).

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata, at taqwa adalah meninggalkan yang diinginkan oleh hawa nafsumu karena engkau takut (kepada Dzat yang engkau takuti).”

Sementara itu Ibnu Qayyim rahimahullah menyatakan,

“Hakikat Taqwa adalah menaati Allah atas dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintah ataupun yang dilarang. Maka, dia melakukan perintah itu karena imannya terhadap yang diperintahkan-Nya dan disertai dengan pembenaran terhadap janji-Nya, dan dengan imannya itu juga ia meninggalkan yang dilarang-Nya dan takut terhadap ancaman-Nya.”

Derajat ketaqwaan seseorang itu bertingkat tingkat. Ada yang sudah bisa sampai menjauhi hal – hal yang mubah karena takut syubhat, ada yang baru bisa sampai menjauhi hal – hal yang makruh. Yang paling rendah, menjauhi hal – hal yang haram, walaupun masih belum bisa menjauhi hal – hal yang makruh apalagi yang mubah. Maka bersyukurlah bagi yang telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari yang lain dan bersungguh-sungguhlah untuk terus menjaga taqwa hingga ajal menjemput dengan minta pertolongan kepada Allah ta’ala.

“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (At Taghobun : 16)



Sumber :
1. Mahad IB.blogspot.com
2. Muslimah.or.id

Bersegera Dalam Kebaikan

By : Ave Ry

“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR Ibnu Majah)
Menangguhkan atau menahan hak seseorang setelah kewajiban dilaksanakan setelah berlalu waktunya walaupun sedikit termasuk bentuk kezhaliman. Termasuk didalamnya mempersulit jalan bagi pekerja untuk memperoleh haknya tersebut.

Terlebih lagi mereka mengemban tanggung jawab nafkah untuk keluarga dan diri mereka sendiri. Penangguhan itu tentu mengantarkan mereka kepada kelaparan, kesulitan, pinjaman dan utang. Sungguh ini merupakan kezhaliman yang besar. 

Maka hendaknya bagi orang-orang yang mempekerjakan mereka senantiasa mengingat hal itu dan membayangkan bila hal itu menimpa mereka. Jika hak mereka ditahan sementara mereka sangat membutuhkan, apa yang akan mereka lakukan? 

Hendaklah mereka takut akan doanya orang yang dizhalimi, karena tidak ada pembatas antara Allah dan doanya orang yang dizhalimi.

"Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah." (HR Ahmad)

Sebagai ummat Rasulullah, hendaknya seorang Muslim memudahkan urusan Muslim lainnya. Dengan menyegerakan kebaikan bagi mereka, tidak dengan menunda atau mempersulitnya. 

Sebesar apakah keuntungan dengan tidak menyegerakan kebaikan? Jika ada, maka hal itu tidak sebanding dengan keuntungan yang akan diberikan Allah apabila ia menyegerakan kebaikan bagi saudaranya.

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

Apabila kita mengetahui bahwa sebenarnya kita mampu berbuat sesuatu untuk menolong kesulitan orang lain, maka segeralah lakukan, segeralah beri pertolongan. Terlebih lagi bila orang itu telah memintanya kepada kita. Karena pertolongan yang kita berikan, akan sangat berarti bagi orang yang sedang kesulitan. Cobalah bayangkan, bagaimana rasanya apabila kita berada di posisi orang yang meminta pertolongan pada kita. Dan sungguh Allah sangat mencintai orang yang mau memberikan kebahagiaan kepada orang lain dan menghapuskan kesulitan orang lain.

Pada suatu hari Rasululah ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan ” ( HR Thabrani ). 

Apakah kita akan mengabaikan kesempatan berbuat amal kebaikan dan menghilangkan kesempatan menjadi hamba yang dicintai Allah karena keengganan kita membantu saudara semuslim yang sedang kesulitan? Apa yang membuat kita menjadi enggan memberikan pertolongan, bukankah semua, segala sesuatu yang kita miliki sebenarnya dari Allah, lalu mengapa saat Allah mengirimkan hamba-Nya yang kesulitan datang pada kita, kita berpaling dan tidak menghiraukan?

Kita harus ingat, bahwa kita ini berada dalam pengawasan Allah, jiwa, harta dan segala sesuatu yang kita miliki berada dalam genggaman-Nya. Sebaiknya kita selalu mengusahakan agar dalam hidup, kita tidak mengundang murka dan azab Allah.

”Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di hari kiamat,” Wahai anak Adam, dulu Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku.” Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimana kami dapat menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan menjawab,” Tidak tahukah engkau bahwa si fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya? Tidak tahukah engkau jika engkau menjenguknya, engkau pasti dapati Aku ada di sisinya.”

Tuhan berfirman lagi,” Wahai anak Adam, dulu Aku minta makan kepada engkau tetapi engkau tidak memberi Aku makan.”

Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan menjawab,” Tidak tahukah engkau bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu dan engkau tidak memberinya makan? Tidak tahukah engkau bahwa jika engkau memberinya makan, engkau pasti dapati ganjarannya ada di sisi-Ku.”

Tuhan befirman,” Wahai anak Adam, dulu Aku minta minum kepadamu dan engkau tidak memberi-Ku minum.”

Manusia bertanya,” Tuhanku, bagaimanakah aku dapat memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan alam semesta?”

Tuhan berfirman,” Hamba-Ku fulan meminta minum padamu dan engkau tidak memberinya minum. Apakah engkau tidak tahu bahwa seandainya engkau berikan ia minum engkau pasti dapati ganjarannya ada di sisi-Ku.” ( HR. Muslim)



- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -