Archive for 2013-01-27
Belajar Nilai Kehidupan Dari 'Mantan' Pemulung
By : Ave Ry
" Setiap anak akan punya jalan masing-masing, jadi tidak usah takut akan kelanjutan kehidupan mereka nantinya "
Saya tertegun, mengalihkan ketertarikan saya
mengamati sudut-sudut dari bentuk yang terlewat dalam perjalanan. Pada hari
Sabtu kemarin saya memutuskan untuk ikut bersama teman dalam perjalanan menuju
Gramedia Matraman untuk mengikuti seminar ‘Biografi ala Ramadhan K.H’. Dalam
perjalanan menuju tempat tujuan dalam
sebuah kotak beroda empat ketikan saya sedang asyik sendiri dengan pengamatan
saya.
Mengamati indahnya pantulan cahaya biru di atas
langit yang menaungi arak-arakan awan. Bagaimana caranya awan yang berisi
berton-ton uap yang mengandung air itu tidak jatuh ke muka bumi? Keserasian
hijau rindang pepohonan di sisi jalan, bagaimana dan apa jadinya kalau
pohon-pohon itu berwarna pink?! Lantas saya cemberut melihat baliho-baliho
berisi promosi iklan yang tidak kreatif dan malah merusak mata karena ukurannya
jadi menutupi taman bunga yang menyegarkan pandangan
Obrolan didepan kemudi pada awalnya tidak menarik
minat saya, tapi beberapa saat kemudian saya malah bergegas mengeluarkan buku
agenda kesayangan berisi catatan apaa saja didalamnya.
“Akan tiba suatu masa ketika anak akan mengerti, dan
pada titik itu dia akan bangkit mencari solusi bagi kehidupannya “
Kalimat ini keluar dari mulut seorang pria paruh
baya yang penuh dedikasi akan pekerjaannya. Tidak banyak komentar saya mengenai
beliau selain ‘kebapakan’. Ya, bapak satu ini terhitung salah satu sahabat yang
menginspirasi saya. Kalimat-kalimat selanjutnya yang mengalir perlahan membuat
saya berdecak kagum. Sampai tulisan cakar ayamlah yang tercipta karena cepatnya
ritme tulisan dikarenakan saya tidak mau melewatkan kalimat-kalimat
selanjutnya.
“Sudah ada skema kehidupan yang telah ditetapkan, kelahiran,
rezeki, jodoh.. semua sudah ditetapkan “
Mendadak saya jadi teringat sebuah hadist nabi,
“Sesungguhnya tiap-tiap
kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi
Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal
dan Celaka/bahagianya..” (HR. Bukhari & Muslim)
“ Di posisi manapun kita, bersikaplah positif.
Memaksimalkan usaha dan berdoa agar kreatif dalam mencari jalan keluar dari
kesulitan “
Sahabat pasti mengira bahwa kalimat ini keluar dari
ucapan seorang trainer pemberi motivasi atau seorang ustad. Kalau ada yang
berpikir seperti itu berarti kalian salah semua, hehe. Karena yang
mengucapkannya adalah seorang bapak dengan dua orang putra dan putri yang luar
biasa. Mendedikasikan konsentrasinya pada sebuah perusahaan penerbitan sebagai
Manager. Tapi dalam usianya yang tidak tua tidak juga muda, beliau sangat
bersemangat dalam menuntut ilmu keagamaan.
“Setiap kita keluar dari suatu kesulitan atau
masalah maka kita akan merasa senang Karena dapat melewati rintangan tersebut.
Sesungguhnya kehidupan yang kita alami pada dasarnya merupakan kuliah kehidupan
“
Ucapan inilah yang paling mengena! Ya, karena
sayapun pernah mengalaminya. Berbagai ujian berupa kesulitan, diremehkan dan
tidak di acuhkan juga pernah menimpa saya. Kesulitan-kesulitan tersebut pada
akhirnya malah semakin mempengaruhi jati diri saya yang sekarang, mempengaruhi
pola pikir. Dan cibiran orang-orang yang meremehkan, yang pada awalnya sangat
menyesakkan sekarang hanya berupa sekelibatan bayangan.
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.”
Al-Insyirah : 5
“Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.” Ath
Tholaq : 7
Seorang ulama besar, Ibnu Rajab
telah mengisyaratkan hal ini. Beliau berkata,
“Jika kesempitan itu semakin terasa
sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan
demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia
pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Inilah hakekat tawakkal pada-Nya.
Tawakkal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada.
Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal
pada-Nya.
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” Ath Tholaq : 3
Inilah rahasia yang sebagian kita
mungkin belum mengetahuinya. Jadi intinya, tawakkal lah yang menjadi sebab
terbesar seseorang keluar dari kesulitan dan kesempitan.
Lagipula, dunia pada dasarnya adalah
ladang ujian, atau seperti kata-kata bapak diatas tadi ‘Kuliah Kehidupan’
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa
sesungguhnya dalam setiap ujian atau cobaan berat yang Allah SWT berikan untuk
kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. Seperti sabda
Rasulullah Saw,
“Sesungguhnya pahala yang besar itu,
bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum
maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka
Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang
akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi)
Tidak akan ada manusia yang tidak diuji, namun kadar
ujian seorang hamba bergantung dengan tingkat keimanan hamba tersebut. Jadi
kalau sahabat merasa banyak ujian harusnya merasa senang karena tingkat iman
kita barangkali lumayan tinggi, hoho.
Karena ujian dan musibah merupakan
sebuah kepastian, maka tak seorangpun yang luput darinya. Semakin tinggi
kedudukan seseorang, semakin berat pula ujiannya. Karena itu, Rasulullah saw
pernah mengajarkan jurus jitu kepada umat Islam dalam menjalani ujian hidup
ini, terutama untuk menghadapi musibahnya, sekaligus sebagai pujian bagi
seorang mukmin yang telah berhasil mendapatkan manisnya keimanan.
“Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa
orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya
sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR.
Tirmidzi).
“Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang
lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari & Muslim).
Patut dicatat bahwa Allah memberikan
potensi kepada manusia untuk mampu memikul kesedihan dan melupakannya, begitu
kata pakar psikologi dan begitu juga isyarat Al-Quran.
Tidak satu petaka pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah,
niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. Al-Taghabun :
11
“ Saya tidak suka apabila ada yang mengatakan. Saya
berperilaku buruk dengan menggunakan narkoba atau tindakan kriminal karena saya
berasal dari keluarga broken home.. itu hanyalah alasan! Hal itu tidak
seharusnya menjadikan orang-orang yang berada dalam keadaan seperti itu jadi
membenarkan perilaku buruknya. Buktinya, saya tidak begitu… Saya berasal dari
keluarga broken home. Sejak kecil saya dan kedua saudara laki-laki dan
perempuan terbiasa untuk mencari uang dengan mengumpulkan barang-barang bekas
dan kemudian kami jual. Pada waktu itu hanya laku Rp. 50,- saja. Pada waktu
itupun saya rela tidak mendapatkan bagian, saya serahkan bagian saya pada kakak
lelaki. Tapi setelah dia berhasil, dia menyekolahkan saya “
Saya tidak dapat menebak pergolakan hasil dari
‘curhatan’ itu. Sehingga ekspresi datarlah yang saya bayangkan karena saya
berada dibelakang bapak yang tidak hentinya berkata-kata dibalik kemudinya.
“ Saya dulu pemulung Isma… Kalau kamu lihat
anak-anak jalanan, seperti itulah saya dulu “
Pena hampir terlepas dari genggaman. Tidak
terbayangkan pria paruh baya dibalik kemudi Avanza dengan kehidupan sehari-hari
sebagai Manager …. Sebelumnya berawal dari titik nol. Decak kagum semakin
bertambah seiring pengakuannya yang blak-blakan itu. Kalimat-kalimat berikutnya
yang saya tangkap adalah rencana-rencana kedepan untuk mengembangkan taraf kehidupan
sampai perencanaan kehidupan anak-anaknya yang masih bersekolah!
Terkadang mendengarkan pengalaman seseorang yang
telah berhasil melewati masa-masa sulit kehidupannya kemudian menemukan rumusan
nilai kehidupan lebih merasuk kedalam hati sanubari dibandingkan dengan ceramah
agama berjam-jam yang berisikan teori-teori.
Tag :
Berbagi,