Archive for 2017-10-08

Perjuangan Melahirkan Kemajuan

By : Ave Ry

"Bersungguh-sungguhlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu)..." (HR. Muslim).

Kebahagiaan seorang hamba dan kesuksesannya sangat ditentukan oleh semangat dan kesungguhannya dalam melakukan segala yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunianya, serta keriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla .


Ketika semua unsur ini sudah terpenuhi, maka itu adalah kesempurnaan baginya dan sebagai tanda kesuksesannya.



Namun, ketika dia meninggalkan salah satu dari tiga perkara ini (bersemangat, bersungguh-sungguh, dan meminta pertolongan Allâh), maka dia akan kehilangan kebaikan seukuran dengan perkara yang ditinggalkannya.



Orang yang tidak bersemangat dalam meraih dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan bermalas-malasan, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena malas itu sumber kegagalan. 
Orang yang malas tidak akan mendapatkan kebaikan dan kemuliaan. Orang yang malas tidak akan bernasib baik dalam agama dan dunianya.



Dan ketika dia semangat, tetapi bukan pada hal-hal yang bermanfaat, seperti bersemangat pada sesuatu yang membahayakan dan menghilangkan kebaikan, maka ujung dari kesemangatannya itu adalah kegagalan, kehilangan kebaikan, mendapatkan keburukan dan kerugian.



Berapa banyak orang yang bersemangat untuk meraih dan menempuh cara-cara dan hal-hal yang tidak bermanfaat, akhirnya ia tidak mendapat faedah apapun dari kesemangatannya itu selain hanya rasa lelah, payah dan susah.



Jika ada orang menempuh jalan-jalan yang bermanfaat, bersemangat dan bersungguh-sungguh padanya, namun tidak disertai dengan keseriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , maka hasil yang akan dipetiknya tidak maksimal.



Jadi benar-benar bersandar kepada Allâh Azza wa Jalla dan memohon pertolongan kepada-Nya bertujuan agar bisa mendapatkan perkara yang bermanfaat itu secara maksimal. 

Berhijab, Minus Karya?

By : Ave Ry
Para Feminis barat berkata, bahwa hijab adalah sebuah bentuk opresi ; yang dengannya seorang wanita menjadi terkungkung dalam kehidupan sosialnya.
Sebaliknya, mereka menyuarakan gerakan top-less alias bertelanjang da**, bahkan tidak keberatan sama sekali dengan kaum nudis.
Apakah benar demikian?
Pada masa-masa awal, Islam sudah mengenal wanita cerdas yang lincah, menghafal ribuan hadist Rasulillah, A'isyah binti Abu Bakar radhiallahu anha.
Pada masa yang sama, tersebutlah seorang penyair, mujahiddah nan bijaksana, Al-Khansa kita mengingatnya.
Bahkan, dimasa berikutnya akan menghabiskan berhalaman-halaman kisah tentang para wanita berhijab yang luar biasa.
Berhijab, sememangnya adalah sebuah bukti ketundukan seorang muslimah pada Rabb-nya. Entah ia dalam keadaan terpaksa atau rela.
Namun mengatakan ia sebuah bentuk opresi adalah hal yang keliru. Nyatanya, para muslimah bebas melakukan apa saja yang menjadi passion-nya.
Hanya, para muslimah di-didik untuk melihat batasan yang sesuai dengan harkat dan martabatnya.

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -