Archive for 2014-05-25

Ini Guru Ngaji Saya, Tapi Saya Nggak Lulus-Lulus

By : Ave Ry
Ini guru ngaji saya, tapi saya nggak lulus-lulus”,

Kalimat ini sengaja Gen-Q jadikan Judul artikel karena kalimat serupa diucapkan berkali-kali oleh seorang tokoh yang sekarang ini sedang menjadi pembicaraan. Siapakah dia??? Eng ing eng… baca dulu lagi aja!

Kamis hari libur yang terjepit ini memang sudah direncanakan Gen-Q untuk mengikuti kajian di Menara Masjid Raya Bogor. Kajian yang rutin diadakan ini dulu sebelum kerja ‘kantoran’ ini sering Gen-Q ikuti, tapi apa daya sekarang hanya bisa datang pas bertepatan liburan.

Awal mengikuti sangat bersemangat karena memang sudah rindu untuk ‘diceramahi’ oleh Ustad yang jarang-jarang ada alias langka, Ustadnya ‘galak’!. Biasanya kan ustad-ustad Gen-Q itu pembawaannya lemah lembut.

Eh, tidak taunya Ustad kali ini malah bukan membahas kajian malah membicarakan Capres, capcus deh! Bla, bla, bla kenapa umat harus mendukung capres ini dan menjauhi capres itu, bla, bla, bla. Oke fix, udah tau juga! Hmm, pasalnya nih… kenapa agak berat dan malas untuk mendengarnya karena Gen-Q sudah antipati sama keduanya. Bahkan Gen-Q sampai marah-marah sama beberapa teman, “Kenapa sih kita berkoalisi dan mendukung ‘dia’? dua-duanya sama rata, nggak ada bagusnya!”

Ternyata jawabannya baru aja Gen-Q peroleh

“Kenapa sih saya dukung Prabowo? Kenapa tiba-tiba ustad Sambo dukung Prabowo? Jadi ada asbabun nuzulnya…” begitu pembukaan ustad mengawali kisah ‘ajaib’ beliau dengan sang tokoh.

“Jadi, singkat cerita ketika kerusuhan terjadi dimasa Orba, Prabowo dituding dalang dari peristiwa penculikan. Dan diisukan akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Habibie, ternyata sekarang Habibie meminta maaf pada Prabowo karena kenyataannya moncong meriam itu diarahkan keluar istana, bukan kedalam! Jadi sebetulnya Prabowo itu malah ingin melindungi istana dari para perusuh.”

“Tapi apa dikata, singkat cerita lagi akhirnya Prabowo pun hijrah ke Jordania. Dan disaat yang bersamaan ada orang arab yang mengundang saya untuk belajar disana (Jordania)”

Hmm, cerita kok lama-lama menarik ya? Lanjut ustad,

“Setelah saya sampai disana, ternyata saya ditelantarkan. Saya ditinggalkan diperkampungan gurun dimana tidak ada satupun orang Indonesia. Untung tiket saya pulang pergi, dan berbekal uang yang saya bawa. Disana saya ditumpangkan disalah satu gedung tempat mahasiswa yang sedang berlibur, kebetulan gedung itu berdekatan dengan masjid. Di masjid itulah saya bertemu dengan seorang Malaysia berdarah Bandung.”

Sebenarnya cerita ustad ini sangat panjang, tapi untuk men-singkat halaman, Gen-Q lompati saja ya!

“Akhirnya saya dikenalkan oleh Taufik Ridho yang sekarang menjadi Sekjen PKS, dirumah beliau saya numpang selama tiga bulan. Tapi kelamaan menumpang tidak enak juga rasanya, akhirnya saya bekerja sebagai office boy, jaga warnet. Disuruh ini itu, beli minuman, qahwa. Tidak lama berselang seorang teman di Bogor menghubungi nomor istri saya karena beliau ingat saya sedang di Jordan. Katanya, ‘antum datang sore ini ke hotel ini’. Dan jadilah saat itu saya datang ke hotel yang dimaksud”

“Disana sudah banyak orang, termasuk disana ada mas Prabowo, Edi Prabowo, Fadli Zon dan teman saya itu. Lalu teman saya itu bilang kepada Prabowo untuk belajar (Islam) karena nantinya akan berguna bagi ummat dan kebetulan ada teman saya, Ustad Sambo. Kemudian saya pun mengajar mas Prabowo, dari dulu sampai sekarang saya tetap manggilnya 'mas'. Sekali dalam seminggu, ngajinya sih baru iqro tapi semangat belajar beliau tinggi mengingat usia yang sudah tua. Mengaji hanya setengah jam, ngobrolnya dua jam. Dan itupun hanya berselang sekitar sepuluh bulan karena saya akan berhaji dan pulang ke Indonesia. Peristiwa itu sudah lama, sekitar lima belas tahun yang lalu"

"Ketika balik ke Indonesia ternyata kami dipertemukan kembali. Ternyata memang ada hikmahnya. Dipertemukan saat menjelang pilpres. Sekitar maghrib itu Taufik Ridho yang Sekjen PKS (Ini kenapa pas bilang PKS muka ustad menghadap Gen-Q? Udah ada stempel barangkali! haha, diulang-ulangnya pula) meminta saya untuk menghadiri deklarasi dukungan PKS untuk Prabowo-Hatta. Disana saya tidak kenal satupun, karena saya bukan orang PKS. Tapi disana Edi Prabowo melihat saya dan akhirnya saya diajak masuk ruang VIP tempat para petinggi PKS. Disana saya bertemu dengan Taufik Ridho dan diperkenalkan dengan Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Hilmi. Taufik Ridho memperkenalkan saya bahwa saya adalah gurunya (spiritual) Prabowo kepada para petinggi itu"

"Tapi tidak lama, karena saat itu Prabowo sudah datang dan orang-orang mengantri salaman. Para petinggi itu sudah berada didepan sedangkan saya agak dibelakang. Tapi ketika mendekati barisan saya, saya agak menyela dan menyapa, 'apa kabar mas, masih ingat saya?', ternyata diluar dugaan sambutan beliau. (Seperti dikutip dalam situs hidayatullah.com berikut). Prabowo memeluk saya dan berkata kepada orang-orang, 'Ini Guru Ngaji Saya, Tapi Saya Nggak Lulus-Lulus'.

Yupz, kalimat itu berulang kali diucapkan Prabowo saat masih di Jordan sampai di Islamic Center Bekasi kemarin Sabtu (24/5/2014) pagi.

Taufik Ridho pun berpesan pada ustad agar mau mendampingi Prabowo, maksudnya memberikan nasihat-nasihat karena ustad juga berkata Prabowo itu tergantung teman, kalau temannya sholat ia sholat. Jadi baguslah, sekarang Prabowo berteman dengan orang-orang yang sholat. Keberatan dihati Gen-Q pun terobati

Rewind ke awal uraian sebelum ustad bercerita, "akhofu dhoruroin" yaitu sebuah konsep dalam ushul fiqih, memilih yang paling ringan mudharatnya. Saat ini kita dihadapkan pada dua keburukan dan ummat dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mereka tidak sukai. Ada baiknya kita menyimak kesimpulan dari Ibnu Taimiyah di mana beliau pernah berkata,

لَيْسَ الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ الْخَيْرَ مِنْ الشَّرِّ وَإِنَّمَا الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ خَيْرَ الْخَيْرَيْنِ وَشَرَّ الشَّرَّيْنِ

“Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan."

Jadi ada pilihan yang sama buruk dan baiknya, namun beda kelas. Jadi ada yang baik dan ada yang lebih baik, juga ada yang buruk dan ada yang lebih buruk lagi. Syaikh As Sa’di melantunkan syair dalam pelajaran kaedah fikih beliau,

فإن تزاحم عدد المصالح
يقدم الأعلى من المصالح

Apabila bertabrakan beberapa maslahat
Maslahat yang lebih utama itulah yang lebih didahulukan

وَضِدُّ تَزَاحُمُ المفَاسِدِ
يُرْتَكَبُ الأَدْنَى مِنَ المفَاسِدِ

Lawannya, jika bertabakan dua mafsadat (kerusakan),
Pilihlah mafsadat yang paling ringan

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -