Archive for 2013

Wait For Me, Ummi...

By : Ave Ry

Rasul kita yang mulia mengatakan, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai….” (HR. Al-Bukhari)

Dan engkau, duhai ibuku adalah yang aku cintai. Maka aku akan bergegas menuju jalan-Nya agar dipersimpangan nanti kita dipertemukan disebaik-baik tempat berteduh, dibawah naungan-Nya.

Jika belum pernah terucap dari bibirku maka lewat tulisan maya ini kusampaikan, “Aku sayang Mama…” engkau adalah cita-citaku, pendorong harapan terbesarku, senyum dan air mataku, engkau adalah surgaku.

Dan ketika rindu ini terasa mencekam, ciuman hangat untukmu kutitipkan lewat sujudku pada-Nya. Sampaikan, sampaikan Yaa Rahman…

Dan ketika kerongkongan ini tercekat menahan isakan tangisku kulantunkan baris-baris kesayangan lewat do’aku pada-Nya. Sampaikan, sampaikan Yaa Rahim…

Anas bin Malik radhiallaahu anhu meriwayatkan ketika putra Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, Ibrahim akan meninggal, ia datang menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedangkan Ibrahim nafasnya sudah termegah-megah, maka kedua mata beliaupun berlinang air mata. Rasulullah mengambilnya dan meletakkannya di atas pangkuan sambil berkata:

“Wahai anakku! Aku tidak memiliki hak kuasa apapun yang dapat kuberikan kepadamu di sisi Allah”.

Melihat Nabi menangis, Abdul Rahman bin Auf dan Anas lalu bertanya:

“Wahai Rasulullah mengapa kamu menangis? Bukankah kamu telah melarang menangis?’

Beliau menjawab :

“Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya tangisan itu adalah rahmat, dan barangsiapa tidak memiliki kasih sayang maka ia tidak mendapatkan kasih sayang”,

kemudian beliau bersabda lagi:

”Sesungguhnya mata bisa berlinang, hati juga bisa berduka namun kita hanya bisa mengucapkan yang diridhai tuhan kita. Wahai Ibrahim, sungguh kami sangat bermuram durja karena berpisah denganmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Apa yang mampu kulakukan Yaa Robbi? Engkau telah mengambil kembali milik-Mu. Engkau menghendaki yang terbaik dari bagian jiwaku

Apa yang mampu kulakukan Yaa Robbi? Didikan-Mu telah sampai pada derajat ini. Sungguh berat terasa pelajaran yang Kau beri kali ini. Engkau menghendaki pelajaran sampai kepadaku dengan cara yang paling tidak kusukai.

Pelajaran mengajarkanku lewat sebuah riwayat dari Ummu Salamah yang tertimpa musibah. Ia ridho dengan musibah yang menimpanya. Ia meminta pengganti yang terbaik dari suaminya yang telah tiada.

Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku, dan berilah aku ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah menimpa.” (HR. Ahmad dan Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawi)

Aku mampu ridho, Kau lihat? Tapi meminta pengganti? Pengganti seperti apa yang dapat menggantikan seorang ibu? Tidak, aku tidak ingin pengganti. Tapi karena aku tahu Kau Maha Pemurah maka aku meminta Engkau membangunkan sebuah rumah yang nyaman bagi ibuku, yang tidak pernah ia miliki. Sebuah tempat dimana hanya ada kalimat-kalimat kebaikan, tidak ada kesusahan hanya berisi kedamaian seperti yang selalu diinginkannya…


"Sungguh, ku kan kembali wahai ibu…, kan kucium keningmu nan suci. Kan kutumpahkan semua rinduku, dan cium wanginya tangan kananmu. Kan kubersihkan tanah di kedua telapak kakimu dengan pipiku ketika aku bertemu denganmu..."

Menara, Yo Te Amo!

By : Ave Ry

I was falling in love for the very first time
Sitting down the chair and a friend next to mine
Wondering, am I in a right place
Or should I go and no more space

Believe it or not, perubahan bisa dicapai dengan sekejap! Well, walaupun gak sekejap-kejap amat, tapi dengan sarana yang tepat dan fasilitas yang mendukung... Eh? Bisa kok.

Kalau mengingat beberapa tahun ke belakang Gen-Q suka tersenyum kecut. Kok bisa ya si pop lovers with music addict jadi akhwat? Huehe. Fashion apa yang dulu Gen-Q gak kenal, film apa yang aktornya gak dihafal dan lagu mana yang masuk billboard sebelumnya gak diprediksi? Teman-teman, jangan ditanya lagi... kalau bukan pencinta buku ya pencinta musik, kalau ngobrol bisa ngalah-ngalahin Jessica Alba sama Carson Daly! (VJ tahun berapa ituhh??)

Tapi kalau sobat Gen-Q kebetulan melewati Masjid Raya Bogor hari sabtu dan bertemu, pasti gak akan menyangka kalau ada satu akhwat nubi yang dulunya boro-boro nongkrong di Masjid yang ada seliweran di mall. Yah, jangankan sobat, sahabat-sahabat lama saja terbelalak.

"Ini Erri bukan ya?", "OMG, Erri kenapa lo??? Kesambet!?", "Gue harap lo bisa sadar secepatnya dari aliran sesat itu...." Hiks, miris.

Berawal dari perkenalan dengan seorang akhwat yang asik. Ternyata, dulu pun sewaktu masih gaul (sekarang masih tetep gaul kok) xoxo, senang berdiskusi yang rodo berat. Tentang ini itu yang boro-boro sampai kepikir remaja sekarang yang ngaku gaul. Akhwat itu kemudian mengajak untuk mengikuti kajian di Masjid Raya Bogor. So, why not?

Dan disanalah, perubahan sekejap itu terjadi. Mata mulai memperhatikan, telinga mulai menyaring, akal mulai bekerja dan hati mendadak malu. Ya, malu melihat sekitar akhwat berjilbab lebar, sedangkan Gen-Q waktu itu masih berjeans ria yang kadang ber-capuchone dengan jilbab tipis berwarna. Perasaan dulu itu merasa 'nothing', ketika seorang ustadz memberikan tausyah terasa terasing.

Setelah pertemuan dengan akhwat asik itu, Gen-Q mulai mengakrabkan diri dengan seorang akhwat yang nantinya menjadi role model bagi Gen-Q. Tertutup rapat, anggun, cerdas dan santun, Sannisa namanya. Dengannya Gen-Q banyak mengambil manfaat, dari mulai berbusana syar'i, melebarkan hijab, bertutur kata tertata, bersemangat ibadah dan mengenal ukhuwah. Dan darinya pula arti persaudaraan dalam Islam begitu menyata. Uhibbuki fillah, adalah pesan yang disampaikannya. Dan bukan hanya sekadar kekata, tapi pelukan hangat dengan senyum teduhnya yang berlama. Gadis pemalu ini, semoga Allah merahmati wajahnya dan menjauhkannya dari percikan api neraka, aamiin.

Kemudian bak roket, melesat cepat meninggalkan kumpulan debu. Gen-Q masih teringat ucapan seorang ustadzah yang 'galak-galak tapi baik' itu, "Kamu itu yang belajarnya paling cepat, paling kelihatan perubahannya". Waktu itu Gen-Q hanya tersenyum segaris, padahal dalam hati "Yeah, berhasil... berhasil... hore!". Bagaimana gak terlihat berubah? wong dulu memang gak pernah belajar ngaji, baca Al Qur'an otodidak aja, baca Iqro sendiri. So ketika diajari tajwid, makhorijal hurf ya terlihat sekali bedanya. Tapi gak seperti Bu Umi Salma bilang, belajarnya cepat, tepatnya lebih lama waktu belajarnya. Kalau mungkin ada teman yang belajar hanya dikelas, maka Gen-Q menghafal dan mempraktekannya dirumah tiap hari full! Dan jika galaknya bisa membuat ambruk orang, tapi bagi Gen-Q malah menjadi lecutan. "Halah, bodo lah... emang gue gak bisa biar dikatain jelek juga biarin".

Dan begitu saja… Gen-Q menjadi aktif di Menara, walaupun telat dan gak bisa disebut remaja Masjid (masih ingat usia), tapi ada beberap kegiatan disana yang Gen-Q dan teman-teman sebagai penyelenggaranya.

Markaz Islam Bogor, begitu biasa tempat ini disebut karena memuat berbagai rupa, dari mulai ormas, gerakan Islam, mahzab sampai bedah kitab agama lain juga ada! Dan jika ditempat lain ada beberapa gerakan Islam yang saling bersitegang, di Masjid ini malah kita mendudukannya dalam satu atap, salah satu contohnya bisa baca disini. Sebenarnya banyak lagi kegiatan lain, misal pembahasan fiqih sholat yang menghadirkan Ust. Sarbini pemimpin HASMI dan Ust. Taufik Hulaimy dari IM. Atau atap yang biasa digunakan Buya Yahya yang ‘nyufi’ bergantian digunakan juga oleh Ust. Yayha Badrussalam yang ‘nyalaf’. Salut buat DKM-nya yang gak pilih-pilih (asal bukan yang jelas sesatnya).

Dengan Radio Mars yang mengudara dan kegiatan dakwah tanpa jeda tiap harinya, Masjid Raya Bogor adalah rumah yang sangat nyaman bagi semua orang, wa bil khusus Gen-Q sendiri. Home sweet home, senyaman-nyamannya rumah, sehangat-hangatnya keluarga setelah rumah adalah Masjid Raya Bogor dengan Menara-nya sebagai naungan. Tempat berbagi pikiran, mengeluarkan pendapat dan mengenal banyak orang dan berteman!

Seketika sudah tiga tahun sejak pandang pertama pada menara! Berputar roda, tapi tetap sama. Malam-malam penuh berkah dengan semarak iktikaf, pagi yang cerah dengan tausyah dan siang yang dulu penuh semangat tak akan terganti. Walaupun satu persatu penghuninya meninggalkan 'rumah', tapi akan selalu ada penghuni baru yang akan menghias dinding-dindingnya dengan lafaz 'Subhanallah'.

Menara, Yo Te amo! Aku jatuh cinta...

Keindahanmu menggugah naluri, mengubah pribadi
Kehangatanmu memercikan semangat, menyatakan mimpi
Kesederhanaanmu memalingkan sombong meredam pendengki

Ya Rabb, jadikanlah aku salah satu dari golongan yang Engkau lindungi. Saat ini aku tak bisa sesering dulu mengunjunginya karena ada seseorang yang lebih membutuhkanku disisinya. Dan dalam Lindungan-Mu, lindungi kami, karena Engkaulah sebaik-baik pelindung...
“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya: Imam yang adil, pemuda yang rajin beribadah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai, bertemu dan berpisah hanya karena Allah, seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah, seorang yang menyembunyikan sedekahnya tidak ingin dilihat orang, dan seorang yang mengingat Allah dalam keheningan hingga menitikkan airmata.”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Khayalan Kita: Spain, We’re In Love!

By : Ave Ry

Por último, España ... Estamos llegando!

Here we go, di tanah sejuta rasa.

Kerlip dunia membintangi kelam langit yang dulu pernah berjaya, Spanyol. Di pijakan yang sama namun dengan cita yang beda. Baunya terhirup semerbak mewangi flamengo.

“Erick, akhirnya… sayapku sudah terkepak sejauh ini untuk sekadar menyapamu. Kuharap berbuah jabat”, gadis mungil yang MERAH jilbab juga gaunnya mendaratkan kaki ditengah kerumunan burung yang setiap sore menanti camilan dari para pengunjung.

Tak jauh darinya seorang ibu muda nan energik tengah sibuk dengan kamera canggihnya. Cadar HIJAU yang melampiri gaun lebar itu tidak mengurangi kegesitannya dalam mengambil moment lalu lalang pengunjung juga tiap hempasan angin yang menerpa. “Kapan lagi bisa dapat pemandangan sekeren ini!”, ujarnya.

Diantara hamparan rerumputan hijau taman terlihat dua gadis ceria sedang mengobrol, ramai sekali! “Coba bayangin, kalau sepuluh aja kita dapat pelanggan yang aktif membeli barang dagangan kita, baju-baju gamis contohnya. Kita udah bisa aman, tinggal minta mereka untuk bantu promoin produk kita sama muslimah-muslimah disini. Untungnya lumayan…”, mulai gadis berjilbab lebar yang warna PINK-nya redup melambai. Menimpali, seorang gadis penyuka TABRAK WARNA bersuara, “Iya, sekalian kita disini. Wisata kuliner… kapan lagi?”

Di samping air mancur, dekat dengan kedua gadis tadi terlihat seorang gadis berwajah serius yang sebenarnya kamuflase melangkahkan kaki, bolak-balik. Jilbab KUNING-nya menyilaukan matahari! Berpikir keras ia, menopang dagu dengan sebelah tangannya sambil berjalan tak henti.”Bagaimana cara para ulama dulu di Spanyol ini mendidik para muridnya sehingga mereka terkenal ke seantero dunia sebagai manusia-manusia yang giat berilmu, giat belajar. Aku harus mencari tau, agar bisa kuterapkan pada anak didikku di sekolah nanti”. Begitu terus, ia berpikir, berulang.

Menyendiri dengan sebuah Diary dan pena ditangan kanan, seorang gadis dengan gaun korea bercorak batik khas Indonesia mengebaskan selembar daun dari jilbab BIRU-nya.

"Averroes..."
"Medina Az-Zahra, 936, Cordova, Andalusia..."
"Ave Ry, 2015, Sevilla..."

"Dia_Ry, finally, DIA menyampaikan aku ke tanah para cendekia! Perhatikan rumputnya, hirup udaranya, rasakan anginnya dan masukan ke dalam pori-pori. Alirkan, alirkan ke aorta dan sampaikan menuju seluruh anggota tubuh serta pelvis"

"Beritahu cerebral cortex agar ia menyimpan dengan baik memory ini hingga bertahun nanti bisa mendetailkannya pada Ave Ry junior kelak!"

"Katakan pada si junior; Ibumu sangat mencintai tanah ini! Tanah dimana lahir seorang Ibnu Rusyd, seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidup beliau sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Beliau mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Betapa aku inginkan kau menjadi seperti orang besar itu.... Junior!"
***
"Subhanallah... Megah sangat bangunan ini!", si gadis bergaun merah terkagum-kagum. Disebelahnya gadis bercadar hijau tiada henti mengcaptured gadis-gadis yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan, dari mulai awal di bandara hingga menuju bangunan Medina Azzahra. Baterai mereka seakan selalu full charge! Dengan gaya narsis feminis mereka berpose seakan tidak menghiraukan para turis dari berbagai macam negara yang tengah memperhatikan mereka. Mungkin pikir para turis itu begini, "Ada apa ini? apakah ada kontes Miss World Muslimah disini, sangat berwarna..."

Para gadis itu menyusuri tiap lorong dari bangunan bersejarah, indah nan megah. Ukirannya berlafazkan keindahan Nama-nama-Nya, tersusun dari batu-batu berkualitas terbaik pada masanya, tempat para insan Rabbani mencari ilmu, menghiaskan pahatan disetiap dindingnya dengan dzikrullah, "Subhanallah Rabbiyal 'Azhimi wa bi Hamdihi"


 Perjalanan mereka berlanjut

"Isma, estás aquí?", layar ponsel si gadis merah menyala
"Sí, estoy aquí ... dónde puedo encontrar Erick?", balas gadis itu melalui pesan sms
"Nos vemos en riverside, at down under the Triana Bridge, the oldest bridge of Seville "
"Oke, be there..."

Kami bersegera menuju kesana, mempertemukan dua hati yang terpisah jarak cukup lama namun disatukan oleh asa.

Pria itu, tinggi berseri dengan rambut keriwil menyambut kami dengan hangat. "Bienvenidos a Sevilla". Ditengahi cahaya redup senja mereka bercengkerama, menanti saatnya waktu maghrib tiba.

"Ah, disana kau rupanya" gadis biru berjalan meninggalkan teman-temannya. Perlahan kakinya melangkah kian cepat hingga ia berlari semakin jauh, semakin jauh. Terseok ia ditengah temaram Triana dan terjatuh diantara padang ilalang. "Dimana aku?". Matanya menatap jauh jembatan yang kian menghilang pandangan. Hampir menangis ia karena menghilang dari rombongan.

"No tengas miedo de la señorita, yo conduciré", tangan itu terulur... dan sebelum ia menggapainya, ia limbung lantas tak sadarkan diri, berhenti.

***

Ahh, ternyata khayalku berhenti di persimpangan jembatan..


Tapi betapa hebatnya jika saja jejak langkah kaki ini menyampaikan aku dan mereka, sahabatku fillah kesana.
Namun jika belum juga mengudara maka khayalku akan kurubah saja menjadi sepotong doa :

“Yaa Rabbi, memang hanya KAU yang mengetahui betapa keanehan rindu ini menyergap pembuluh darahku. Cintaku pada tanah para cendekia, para ulama. Betapa Medina Azzahra membayang di pelupuk mata, Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di Sevilla. Bentuk kubah hinggakan pahatan arsitekturnya kurasakan betul di urat nadi. Rasa itu tidak pernah berhenti, sebelum tanah basahnya kuhirupi.”


Nenek & Daun

By : Ave Ry


Kisah ini saya dapatkan dari sebuah artikel di FP Facebook. Membacanya membuat mata berlinang... Merasa malu dengan selipan pongah yang terkadang bergelayut tanpa sadar. Semoga dengan membacanya membuat kita sadar..... Semoga bermanfaat!

***

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.


Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid.

Ia lalu mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.

Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ.

Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.

“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan seperti biasa.

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.

Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:

pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya;

kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya ini tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat dari Kanjeng Nabi Muhammad saw....

Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah saw...

Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi saw..menjemput saya.

Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Kisah yang diceriterakan oleh seorang Kiai Madura, D. Zawawi Imran, ini bisa membuat bulu kuduk kita merinding.

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus.

Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal di hadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur:

Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?

Wanita Tua inilah Sosok Bidadari Surga......

”Allahumma Shollii Alaa Sayyidina Muhammad wa ‘Alaa Aali Sayyidina Muhammad

Find Your Way To Say, “Alhamdulillah”

By : Ave Ry
Ada nggak diantara sobat yang pernah ngerasa, “Jadi dia enak ya” entah karena ‘si dia’ itu lebih dalam materinya, fisiknya, pendidikannya, keluarganya, dll. Kalau laki-laki nggak tau juga deh, since Gen-Q wanita, hehe. Nah, yang namanya wanita itu cenderung untuk ngerasain hal ini. Misalnya aja pengalaman Gen-Q dengan teman-teman. Dulu itu seriiing banget mengalami yang namanya kurang self confidence, penyebabnya? Selalu ngerasa kurang!

“Dia mah enak, keluarganya berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, dia oke banget deh kerjanya di Bank Nasional udah gitu cantik lagi, dia kan dari kecil udah diajarin ini itu… aku?”. Teruus aja, daftarnya nggak selesai-selesai. Padahal udah banyak tau yang namanya diri itu nggak boleh kebanyakan mengeluh, “La Tahla!” tapi manusia itu cepat sekali lupanya…

Tapi beruntunglah jika dari kealpaan sobat bisa menemukan ‘jalan pulang’ yaitu kembali ingat.

Dan kejadian ahad kemarin itu adalah salah satu cara Allah SWT untuk mengembalikan Gen-Q dari kealpaan dari yang namanya bersyukur.

Seorang teman semasa SMA dulu sms “Ry ada acara nggak minggu, kalau nggak ada temenin yuk ada acara anak yatim” begitu bunyinya. Setelah menimbang prioritas acara, maka setelah Liqo pukul 12 siang pun Gen-Q akhirnya menyetujui datang dan sampai pukul 14-nya (jaraknya jauh juga ya). Mulai pukul 15 pun anak-anak yatim berdatangan ke Masjid di dekat Murobbi teman SMA itu. Subhanallah, giat ya, padahal acara baru mulai pukul 16.

Di acara itu dibagikan dari mulai sekotak snack, nasi box, sajadah dan nggak ketinggalan amplopnya. Dan taukah sobat? Semua biaya itu ditanggung oleh teman saya itu. Well, memang beliau bilang pernah bernazar pada Murobbi ingin buat acara dengan anak yatim. Saya pikir waktu itu biaya dibagi beberapa orang, secara untuk 40 paket itu kan lumayan juga. Dan setelah tau ternyata semua biaya berasal dari teman saya pikir, “Yah, dia kan kerja di Bank, wajar”.

Sebelum acara dimulai seharusnya teman saya memberikan kata sambutan, tapi beliau malu lantas minta diwakilkan Murobbi. Dan inilah saat yang membuat Gen-Q tersentak “Adik-adik… mari kita do’akan kak … agar lekas sembuh..” Lekas sembuh? Memang siapa yang sakit?. “Kita do’akan semoga kak … diangkat penyakitnya sama Allah, karena kak … sekarang ini menderita penyakit Kanker Payudara..”

Masya Allah, tidak dapat terbendung air mata saat mengaminkan do’a dari sang guru. Ternyata teman yang selama ini selalu terlihat sempurna di mata memiliki problemanya sendiri, dan beliau pun tak pernah bercerita tentang masalah satu ini. Gen-Q menjadi begitu malu, malu pada kedermawanannya, malu pada sikap tawakalnya, dan malu pada caranya berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Ya, cara itu dengan berbagi syukur beliau dengan memberikan sebagian rizqi yang Allah SWT berikan dengan jalan yang paling baik, yaitu menyantuni anak yatim.

“Fa bi ayyi ala I robbi kuma tukadzdziban..”, Ya, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Sekitar Masjid bergemuruh dengan lantunan surah Ar-Rahman, 40 anak yatim, bapak-bapak DKM, teman-teman dan entah berapa banyak malaikat yang turut mendo’akan. Semoga langkahmu selalu dalam keberkahan-Nya teman…

Sadar, dengan sesadar-sadarnya.

Tidaklah patut membandingkan kenikmatan yang diberikan Allah SWT pada seseorang dengan melupakan nikmat-Nya yang diberikan pada kita

Tengoklah lagi, perhatikan, jika belum bertemu maka periksa ulang nikmat apa yang diberikan Allah SWT kepada kita yang ternyata tidak diberikan-Nya pada orang lain. Ternyata sungguh banyak, namun kita lebih banyak lagi lalai. Sobat, kesehatan adalah rizqi yang amat sangat besar, waktu luang pun merupakan rizqi yang tak akan kembali, begitu juga kefahaman dalam agama. Dan, kedamaian hati tanpa tuntutan hutang juga merupakan rizqi..

“Ada dua buah nikmat yang banyak orang tertipu oleh keduanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari )

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam agama.” (HR Bukhari dan Muslim).


“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal.” Dikatakan, “Apakah dijadikan beramal itu?” Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridla kepadanya.” (HR Ahmad dan Al Hakim dari Amru bin Al Hamq).

Dan jangan sobat anggap sebuah musibah adalah murka Allah, jika musibah diberikan pada mereka yang tha’at, justru itu merupakan kebaikan yang diberikan Allah SWT bagi mereka di dunia, untuk menggugurkan dosa, meningkatkan derajat.

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah.” (HR Ahmad dan Bukhari dari Abu Hurairah).

Nah, bagi sobat yang masih lalai akan nikmat Allah, yuk kita kita cari sama-sama, cari cara untuk mengucapkan Alhamdulillah…

"Janganlah kalian lalai sehingga kamu melupakan kasih sayang (ar-rahman)." (HR Tirmidzi)



Gelar Jepang, Gelar Komik?

By : Ave Ry

Pada minggu kemarin tanggal 7 Juli 2013, Gen-Q dan teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi acara "Gelar Jepang" yang di adakan anak-anak UI Sastra Jepang. Sebelum berangkat ngebayangin kalau acaranya itu full Tradisional Jepang, eh, ternyata acaranya lebih kepada serial manga Jepang! Tapi teman bilang sebenarnya acara-acara tradisionalnya udahan dari hari-hari sebelumnya, seperti acara minum teh. Huwaaa, ketinggalan! Nasib, jadi pengunjung di hari terakhir, ketinggalan banyak acara. Tapi seru juga sih, jadinya foto bareng sama cost player yang unik-unik itu. Ada yang beneran mirip sama serial komiknya, ada juga yang maksa banget, hehe. Termasuk yang maksa adalah cost player satu ini nih, si Nobi Nobita, dari pada terlihat bodoh ala Nobi, malah terkesan nerd yang cool gitu (Katanya temen loohh) (^,^)/


Tadinya niaaaat banget mau foto bareng si Kamen Ryder yang ini, tapi nggak ketemu-ketemu. Malah diwakili temen yang foto. Akibat pulang duluan T.T













Niat mau pakai yukata jepang pun gagal juga, tapi ternyata kalau saya pakai yukata pun jadi lucu, nggak bakalan terlihat juga, cuma bagian bawahnya aja paling, hihi. Tapi yang berambut panjang itu masih dalam perdebatan, apakah mirip Geisha atau Sadako (",")/










Kemarin foto didepan poster Hokkaido, semoga beneran bisa ke Hokkaido (^o^)/

Hayooo, Mirip apa mirip (^_^)v
Tag : ,

Listen To Me Please!

By : Ave Ry
Terkadang memang ada beberapa orang yang hanya butuh untuk didengarkan. Dia berbicara panjang lebar tentang ini itu. Dan jangan dipikir kalau orang tersebut tidak tahu kalau kita itu bukan pada kapasitasnya untuk mengerti hal yang disampaikannya. Yang ia butuhkan hanya ingin curhat, titik!

Seperti pagi ini, ada seorang bapak yang bercerita banyaaak sekali tentang permasalahan dinas yang dihadapinya. Carut-marut program kerja, komunikasi sepihak, masalah anggaran, ketidak berdayaannya menghadapi pejabat atasannya. Padahal kesemuanya itu berimplikasi pada tercapainya kegiatan-kegiatan untuk masyarakat dan kewibawaan pemerintah kotanya.

Melihat bapak ini dari dahulu Gen-Q sudah sangat bersimpatik. Beliau tipe seorang pekerja keras yang rendah hati. Tidak banyak ‘cincong’ kalau kata orang Betawi. Padahal untuk ukuran staff seperti beliau lebih suka perintah sana sini, serahkan sana serahkan sini. Tapi beliau ini lebih suka turun langsung ke lapangan. Mungkin bisa di ibaratkan ‘Umar Bakre’ dalam sebuah lagu milik Bang Iwan Fals.

Didalam Dinasnya sendiri beliau di abaikan karena program yang beliau paparkan itu memihak masyarakat dan itu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Dinasnya beralasan lebih banyak program lain yang lebih mendesak. Jadilah, program yang sudah tersusun dengan rapih menjadi terbengkalai. Dalam Forum Kemasyarakatan beliau malah di olok-olok karena hanya beliau yang mau-maunya mondar-mandir kesana kemari mengerjakan semua hal. Hahh,, sungguh… kalau sobat melihatnya akan sama perasaannya dengan yang Gen-Q rasa, kasihan…


Tapi kalau sobat menyangka ia mengeluhkan pekerjaannya itu pada semua orang, hmm, absolutely wrong karena bahkan dengan sesama jawatannya di Dinas pun beliau tidak suka ‘bercerita’, apatah lagi dengan para anggota Forum. Kemungkinan besar beliau begitu mempercayakan keluhannya itu untuk Gen-Q tampung adalah….. (apa ya, saya juga tidak tau) haha.

Ya sudahlah, mungkin dengan sedikit membagi beban seperti itu ada beberapa orang yang bisa sedikit lega. Walaupun saya sebagai pendengar tidak begitu mengerti bahasannya. Bahkan istilah-istilah yang digunakan saya cari tahu kemudian.

Kalau curahan hati para akhwat sih Gen-Q sering banget. And yess, mereka pun cukup meminta perhatian untuk sekadar di dengarkan. karena seringnya Gen-Q jadi tempat curahan hati (cieee) makanya jadi punya beberapa pengalaman. Bahkan sekarang sudah bisa mengkatagorikan tipe-tipe curhater :D

1. Curhater tipe A, orang yang curhat masalah-masalah sepele. Hal-hal tidak begitu penting juga dia ‘demen’ banget curhat. Orang dengan tipe ini agaknya termasuk tipe extrovert. Memang suka cerita! Dan dia tidak perduli kepada siapa dia cerita, ketemu orang bisa langsung curhat walau tidak kenal-kenal amat.

2. Curhater tipe B, orang yang curhat masalah-masalah pribadi. Terkadang ia akan curhat masalah kenapa dirinya begini, kenapa orang itu begitu yang kalau dipikir-pikir masalah itu bisa diselesaikannya sendiri tanpa curhat. Tapi ia suka saja berbagi hal pribadinya, terutama dengan orang-orang yang ia percaya atau ia nyaman duduk ngobrol dengannya. Tipe ini memang terkenal suka berbicara, tapi tidak semua ia percaya. Jadi mungkin saja ia bicara satu hal dengan orang lain tapi menutup masalahnya dan hanya akan membukanya pada orang-orang tertentu.


3. Curhater tipe C, orang yang curhat hanya kalau dia sedang punya masalah serius yang benar-benar serius. Tipe ini adalah orang yang tidak banyak cerita. Tapi sangat membutuhkan curhat untuk meringankan bebannya. Nah, tipe ini pun dibagi menjadi dua kelompok :

1) Tipe yang hanya butuh di dengarkan, kita tidak perlu repot-repot mencari solusi baginya Karena yang ia butuhkan hanya perhatian dari kita. Tapi, baiknya sesekali tanyakan atau tanggapi sesuai kapasitas.

2) Tipe yang butuh saran atau solusi, ketika orang ini sedang curhat selain kita dengan serius mendengarkan dan memperhatikan juga kita harus mencari jalan terbaik bagi masalahnya. Karena orang dengan tipe ini memang sedang membutuhkan jalan keluar. Dan ketika mereka sudah mempercayakan masalahnya pada kita berarti saran kita pun akan didengarkan (makanya jangan kasih saran asal)

Dari kedua tipe ini, mereka tidak sembarangan curhat kepada setiap orang. Tapi mereka akan curhat kepada orang-orang yang mereka percaya, atau ketika mereka merasa nyaman dengan orang yang akan diajak curhat.

Oya, dan satu saran Gen-Q bagi sobat yang kebetulan suka jadi ‘Kotak Curhat’, sobat harus pandai memilah bentuk curhatnya. Apakah ia membicarakan masalahnya atau membicarakan seseorang yang dikenalnya dan menceritakan aib seseorang itu yang tidak ada kepentingan atas hal itu karena yang ditakutkan adalah jatuh kepada ghibah (ngomongin orang lain). Dan kalau acara curhatan itu terlampau lama, sobat harus pandai ‘ngeles’ agar tidak terlalu berpanjang kalam. Dan kalau misalkan yang curhat itu lawan jenis maka sobat perlu menjaga hati, menjaga mata dan menjaga sikap! Netralkan perasaan sobat, jangan bertendensi apapun.

Biarkan Aku Diam...

By : Ave Ry
Biarkan aku diam…
Tertunduk pekur menjala asa
Meluas harap di padang sabana

Kailku mungkin hanya sejumput noda
Berenang-renang, bebas menuju rupa
Karena itu, biarkan aku diam

Sempurna… ah, kata itu mengolok-ku
Menorehkan luka membekas dalam khusyuk-ku
Jadi, biarkan saja sejenak dalam diam ku

Karena peluh sisa derap langkah ini
Beriak, terpatri sadar dan menyendiri
Tenang dalam gerimis Juni

Biarkan aku diam…
Bisakah? Selubungi kaca agar ia tak pecah, tumpah
Padamkan luka memar, hangatkan merahnya ‘tuk kembali cerah

Tag : ,

Misunderstanding!

By : Ave Ry


Sudah hampir sebulan hiatus rasanya kangen juga ngeblog. Yess, yang Gen-Q kangenin adalah blogging. Setelah menjalani rutinitas yang dibilang padat nggak, kalau dibilang nggak padat juga nggak (datang-datang buat bingung).

Menulis itu banyak medianya untuk sekarang ini, nggak usah disebut satu persatu juga sobat blogger pasti taulah. Dan dari semua media, bagi saya blog adalah yang paling nyaman. Audiens yang asik, nggak perlu ilmiah-ilmiah amat, tapi juga nggak asal.

Untuk edisi perdana setelah hiatus lama saya sebenarnya cuma mau curhat, hoho.

Misunderstanding! Yupz, kalau sobat pikir ini cuma terjadi antara person per person, well .. salah besar. Misunderstanding ini bisa juga terjadi antar instansi, kelompok bahkan antar pejabat pemerintahan dan masyarakat seperti yang saya alami ini.

Setelah beberapa lama saya mengamati cara bekerja lingkungan tempat saya bekerja saat ini saya sangat merasakan terdapat banyak kali salah pengertian atau persepsi. The fact is, saya bekerja di lingkungan pemerintahan tetapi saya bukan PNS. Saya melayani masyarakat tetapi bukan LSM (nah loh, apa coba? Hoho)

Saya diamanahkan untuk mengurusi sebuah organisasi masyarakat untuk kota sehat yang bernaung langsung dibawah Badan Pemerintah Daerah alias Bappeda. Dari sana banyak link yang terkait demi tercapainya kota saya yang sehat dan nyaman tinggal. Dari mulai Walikota langsung terlibat sampai kepada instansi-instansi terkait (banyak banget deh kalau disebutin mah).

Untuk mewujudkan kota sehat dibentuklah sebuah wadah kemasyarakatan bernama Forum Kota “Titik-ttitk” Sehat (kotanya saya sensor). Forum ini berisi dari mulai ketua PITI (apalagi tuh PITI, sudahlah jangan dibahas), Dosen Universitas Indonesia, Dokter Hewan, Wartawan, dan banyak lagi profesi yang masing-masing berkompeten dibidangnya. Pokoknya saya dikelilingi oleh para ahli yang kadang membuat saya merasa ‘tenggelam’ ditengah mereka.

Bagaimana nggak tenggelam? Kalau kerja saya itu memang melimpah ruah berlembar-lembar kertas sampai kadang menenggelamkan meja kerja saya. Sekilas terlihat sepele dan sangat sederhana ‘mengurus’. Dari mulai kegiatan, jadwal, follow up sampai honor tiap bulan yang berkaitan dengan anggota Forum pun saya yang pegang. Tapi sejujurnya saya banyak belajar dari sini, belajar mengamati. Bagaimana cara kerja di lingkungan pemerintahan dan masyarakat.

Seperti pagi ini setelah rapat persiapan untuk kedatangan Tim Penilai Pusat Kota Sehat akan datang, misunderstanding kembali terjadi. Bahkan perdebatan halus pun terjadi padahal di ruang rapat hadir Istri Walikota sebagai Pembina Forum Kota Sehat. Yah, provokator itu nggak dimana pasti ada. Nggak terkecuali di ruang rapat yang padahal suhu pendingin ruangannya membuat jemari saya merah membeku.

Perdebatan itu hanya dipicu oleh kesalahpahaman sepele menurut saya, komunikasi yang renggang. Pihak masyarakat merasa pemerintah nggak mau memfasilitasi kegiatan terkait kota sehat dan cenderung acuh. Sedangkan pihak pemerintah merasa masyarakat terlalu banyak merongrong padahal kerja di lapangan minim sekali.

Bisa dibayangin nggak? Hal ini berlangsung bertahun lamanya sampai ketika kota ini akan bersiap untuk memperoleh penghargaan Swasti Saba Padapa yang tim rechekingnya akan datang tanggal 24 Juni 2013 ini! Masih aja itu misunderstanding nggak selesai-selesai. Dan yang saya sebalkan adalah mengapa saya yang harus merasa terganggu dengan ini semua? Sampai rencana resign pun saya batalkan demi memikirkan keadaan Forum yang dipastikan akan galau kalau ‘pusat informasi’ mereka keluar.

Adalah Bapak Ketua Forum itu yang menelepon saya dengan nada hopeless…. Oh, tidak! Mengapa saya mudah sekali iba… akhirnya saya mengurungkan diri dan menerima kerja untuk masuk dua hari dalam seminggu saja. Selebihnya saya gunakan untuk aktifitas lain.

Terkadang saya mempunyai ide untuk menyampaikan saran saya pada kedua belah pihak yang kerap kali misunderstanding itu. Kepada pejabat pemerintah saya ingin bilang, “Bapak, Ibu… Kami dari Forum dan mewakili masyarakat meminta dengan sangat agar menunjuk pejabat pemerintah yang concern terhadap kegiatan ini, bukannya staff ‘bawah’ yang mengacuhkan kami”. Dan kepada Forum ingin saya sampaikan, “Bapak, Ibu… Kami dari Pemerintahan sudah memfasilitasi kegiatan terkait, walaupun seadanya. Tapi kami mengusahakan untuk terlaksanya kegiatan ini dengan baik dengan menganggarkan kegiatan kota sehat dalam APBD (yah walau nyelip sana nyelip sini). Untuk itu kami meminta agar bapak-ibu menyediakan waktunya dan aktif dalam tiap kegiatan.”

Ternyata sampai saat ini belum juga mengalir kalimat-kalimat itu dari mulut saya. Itulah…. Kelemahan notulen seperti saya, hanya bisa menuliskan.

Baiklah… dari pada nanti saya semakin panjang cerita lebih baik saya ambil sebuah kesimpulan. Dalam segala hal, jika terjadi kesalahpahaman kita membutuhkan ‘orang ketiga’. Pihak ketiga yang dapat menjembatani permasalahan yang hadir dari kedua belah pihak. Yang ianya adalah seorang bijaksana, nggak berpaling sebelah dan terkenal akan adilnya. Secara tersirat surah Al-Hujuraat ayat 9 pun menerangkan demikian

"Dan jika dua pihak dari orang-orang yang beriman berperang, maka damaikanlah di antara keduanya; jika salah satunya berlaku zalim terhadap yang lain, maka lawanlah pihak yang zalim itu sehingga ia kembali mematuhi perintah Allah; jika ia kembali patuh maka damaikanlah di antara keduanya dengan adil (menurut hukum Allah), serta berlaku adillah kamu (dalam segala perkara); sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil."

Jika yang diperjuangkan adalah untuk kebaikan, maka marilah duduk bersama dengan baik menggunakan kata-kata baik yang tidak menyinggung perasaan. Sebab hal demikian lebih dekat kepada taqwa. Karena berawal dari lidah kegiatan itu bermula. Jika ianya sudah menyakiti maka keengganan laku usah kau tangisi



Friendships and Gift

By : Ave Ry


“Don't walk behind me; I may not lead. Don't walk in front of me; I may not follow. Just walk beside me and be my friend.”
Albert Camus

 “When we honestly ask ourselves which person in our lives mean the most to us, we often find that it is those who, instead of giving advice, solutions, or cures, have chosen rather to share our pain and touch our wounds with a warm and tender hand. The friend who can be silent with us in a moment of despair or confusion, who can stay with us in an hour of grief and bereavement, who can tolerate not knowing, not curing, not healing and face with us the reality of our powerlessness, that is a friend who cares.”
Henri J.M. Nouwen,

 “Friendship is the hardest thing in the world to explain. It's not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything.”
Muhammad Ali

"Jika pertemanan adalah sebuah benda, maka itulah yang paling kuharapkan sebagai hadiah"

Tadaaa, kali ini postingnya sambil senyum-senyum nih (Soalnya biasanya berkerut-kerut). Gimana gak senyum-senyum kalau diberi hadiah yang keren banget. Iya, vectography diatas itu buatan Blogger kita yang sudah tidak asing di dunia persilatan #eh, Indrayana namanya yang punya blog Catatan Indrayana. Iyupz, yang itu! Salah seorang dari pejabatt terasnya KPK :)

Waktu kapan tau pernah minta dibuatin vectography akibat lihat hasil karyanya yang keren buat Mba Diniehz dan Pak Zachflass. Akhirnya dibuatin juga, jadi ini sebenarnya hadiah yang diminta a.k.a dipesan, hoho. Perhatiin bakcgroundnya deh, keren banget kan. Langit cerah ketika siang, which is my favourite colour ^^

Baiklah... cukup sekian posting kali ini karena harus back to work. Oya, satu lagi... Ave Ry minta izin karena bakalan absen cukup lama dari dunia blogging, so bakalan jarang banget blogwalking (paling sekali-kali), terus posting juga kayaknya bakal vakum (tapi masih ada satu lagi yang bakalan di posting buat GA). Penyebabnya karena Alhamdulillah ada seorang teman dari penerbit Zikrul yang memberi kepercayaan buat menggarap buku berseri buat remaja gitu yang temanya Management Galau. Do'akan yang temans agar proses menulis, mengkonsep, mendesainnya lancar semua (kalau bukunya udah jadi bisa buat hadiah GAnya Ave Ry sendiri), hehe irit.


Oke, sobat Ganbatte!

Westernisasi, Siapa Yang Salah?

By : Ave Ry
“Lebih banyak dari kita yang mengunyah kulit kacang ketimbang isinya. Mengambil yang seharusnya dibuang dan malah membuang yang seharusnya diambil.”

Gambar diatas sengaja saya tampilkan diawal sebagai ‘versus’ dari tulisan bertema serupa oleh Adik saya yang sedang galau, Andrenogen Tauladinoksida. Dalam akhir tulisannya, Westernisasi salah siapa? Didapat sebuah kesimpulan jika wabah westernisasi itu dapat merebak luas dikarenakan ulah bangsa ini sendiri wa bil khusus umat Muslim sebagai mayoritas.

Jika westernisasi diibaratkan seperti arus, maka arus yang dibawanya teramat besar dan menyeluruh. Dari mulai politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan bahkan hingga ke ranah pemikiran!

Dari segi politik, Demokrasi yang kita kenal sekarang bukanlah produk Indonesia tentu. Karena Indonesia sebelum disatukan dulunya berbentuk kerajaan yang coraknya berbeda di tiap-tiap wilayah. Dan dari segi ekonomi system kapitalis yang ada sekarang diimport dari barat. Tidak jauh berbeda dengan segi pendidikan yang kurikulumnya harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kaum barat.

Yang paling mudah terlihat dan kasat mata adalah dari segi kebudayaan. Wanita-wanita Indonesia yang dulunya anggun berkebaya sekarang berseliweran mengenakan selembar kain berukuran minim. Dari yang dulunya wanita-wanita Indonesia banyak berdiam dirumah, bercengkrama dengan keluarga, beraktivitas yang sesuai dengan fitrahnya, tapi kini kita temukan banyak wanita-wanita Indonesia yang lalu lalang bahkan hingga tengah malam.

Dan coba perhatikan pemuda Indonesia sekarang, banyak yang suka meniru-niru gaya kaum barat dari mulai cara berpakaian, cara bersosialisasi, bahkan cara mereka makan.. Gaya dandanan anak muda Indonesia sekarang malah lebih ‘wow’ dari pada Negara asal tempat dimana budaya itu di import. Pemuda yang suka menggunakan baju ketat, celana ketat (sampai saya merasa kebingungan bagaimana cara mereka meloloskan pakaian juga celana itu melewati tubuh).

Belum lagi ditambah anting-anting yang mencolok mata terus juga rajah tubuh alias tattoo. Dan dengan cueknya berjalan ‘slonong boy’ didepan orang tua plus angguk-angguk kepala, bukan sebagai tanda hormat tapi telinganya sedang dipasang headseat sambil mendengarkan lagu metal (Eh, ini bukan untuk menyindir Zachflass loh, karena beliau kan sudah taubatan nasuhah sekarang). ^^


 
Pemuda-pemudi sekarang akan merasa lebih percaya diri jika membudayakan diri dengan budaya barat. Jelas terlihat bahwa sekarang ini kita mengalami krisis jati diri, bukan hanya sebagai seorang Muslim tapi juga sebagai seorang Indonesia. Terbang melayang budaya Tepo Seliro yang mengedepankan harmoni, keserasian, kerukunan, dan rahmat. Berganti dengan Egoisme yang merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri tanpa memperhatikan keberadaan orang lain.

Ketika kita membicarakan benar salahnya westernisasi, kita terlebih dahulu harus mencerna westernisasi secara global sebelum mengerucut kearah parsial. Seperti diawal tulisan, sangat disayangkan bahwa kebanyakan dari kita tidak bisa memilih mana yang dikonsumsi.

Sebagai contoh sederhana adalah penggunaan teknologi media yang arusnya dibawa oleh kaum barat. Ketika kita sibuk berkorespondensi dengan cara surat-menyurat, kaum barat sudah lebih dimudahkan dengan penemuan teknologi yang dapat mengirimkan surat secara elektronik. Lambat laun kitapun sudah terbiasa menggunakan email dan sms. Belum lagi kalau kita membicarakan produk internet. Tidak terbayangkan betapa kita dimudahkan oleh teknologi satu ini. Memudahkan arus informasi juga menjalin silaturahmi.

Disamping hal-hal postif yang kita peroleh, tentu sisi negative akan selalu membayang dibelakangnya. Terbukti dengan makin banyaknya situs-situs yang menginformasikan kekeliruan dan berujung pada penyimpangan informasi yang sebenarnya. Namun herannya masyarakat Indonesia saat ini malah lebih suka menggunakan produk ini untuk hal-hal yang kurang bermanfaat dan bahkan yang sudah jelas-jelas terlarang bukan hanya dalam ajaran Islam tapi juga budaya Indonesia, seperti situs-situs gossip dan mewabahnya situs-situs pornografi yang justru menjadi daya tarik sendiri bagi kebanyakan kita. Belum lagi media social yang malah dijadikan ajang perdebatan yang menimbulkan bukan hanya kekisruhan tapi juga permusuhan.
 
Dan segi pemikiran sudah tidak terhinggakan lagi saking banyaknya pemikiran-pemikiran yang diimport dari barat! 

Pemikiran import itu dapat dilihat melalui tersebarnya aliran-aliran yang merusak seperti Freudisme, Darwinisme, Marxisme, slogan pengembangan moral (Levy Bruhl) dan pengembangan masyarakat (Durkheim). Juga berkembangnya perhatian terhadap existensialisme, sekularisme, liberalisme, seruan nasionalisme, sukuisme dan kebangsaan.

Mengapa kita tidak mau mengambil ‘sari patinya’? 

Jika ada sebagian dari kita yang kagum kepada Amerika, mengapa tidak mengambil budaya etos kerja serta optimis sehingga dapat meninggalkan budaya kita yang terkenal dengan pemalas. Bukannya membudayakan free sex?!

Jika kita kagum dengan Jepang, mengapa kita tidak mengikuti budayanya yang terkenal karena otoriter dengan waktu sehingga dapat memacu kita untuk tepat waktu. Bukannya membudayakan karouke dan sake?!

Menyalahkan hanya akan membuat semakin terpuruk, membenarkan juga hanya akan menjadikan kita manja. Karena Rasulullah Saw pernah bersabda,

"Kamu pasti akan mengikuti tradisi orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal atau sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke lubang biawak sekalipun kamu akan ikut masuk pula."

Sudah menjadi sunnatulah umat ini akan cenderung mengikuti suatu kaum yang dianggap 'lebih', sehingga seorang ulama besar seperti Ibnu Khaldun berkata,



"Orang kalah selalu berkeinginan mengikuti yang menang dalam segala hal; dalam berpakaian, berperilaku dan adat kebiasaannya."

Terlebih sebagai seorang Muslim, sebenarnya kita 'tidak butuh' westernisasi sebab Islam telah mengajarkan setiap detail bagaimana agar kita tetap eksis tanpa harus mengikis prinsip-prinsip Islamis. Cara kita bernegara, bermasyarakat sudah diatur dengan sangat indah dengan prinsip bersosialisasi dalam Al Qur'an. Begitu juga dengan tradisi-tradisi yang kita lakukan sudah teratur tanpa perlu penambahan. Jadi jika kita memang sedang dilanda krisis jati diri dan membutuhkan role model, mengapa kita tidak kembali ke sebaik-baik kaum untuk dijadikan contoh? Yaitu, sahabat-sahabat Rasulullah Saw yang hidup pada masa beliau, masa khulafaur Rasyidin, masa setelahnya dan kemudian masa setelahnya. 


Tag : ,

Between Me And My Murobbi

By : Ave Ry

First come in my memory
Sit and down without worry,
I saw her smile and think “Ough, she was so familiar”
But I wonder, what makes me?
Soft and kind likely

“Are you Erri?” she asked, “Yes, this is me”
Kind of silly I guess when I remember that day
The day when I tried to reach for her
Connect to many unknown woman

Feel jetlag..
I’m doing well on commenting something, I guess (haha)
But not with her
Too selfish and much ego I confess, don’t blame me (hoho)
But not with her
Sharp like a shark and firm like a bell, excessive! (hehe)
But not with her

She’s soft and gently, love my friends and I as her own daughter
Smile for us when we happy, and got million tears on her eyes when we had some trouble

Ahh,, I learn so much from her
Learn how to hold passion, not over shown
Being wise and not to jump around like simple plan (Iyyoough)

So, between me and my murobbi are much different
But in the differences we completely each other
Knowing better as time goes by, become better in the process of maturation



Tag : ,

Tepat Waktu Boss!

By : Ave Ry


“Acaranya mulai jam berapa?” , “Jam 7.30”

Dan setelah satu jam lebih berada ditempat, “Sorry ya telat…”

Pernah nggak sobat Gen-Q mengalami hal ini, janjian dengan seorang teman yang punya ‘jam rusak’? ini hanya istilah pribadi saja. Entah itu adalah sebuah janji ‘resmi’ atau tidak jika dihadapi dengan mengentengkan saja atau memudahkannya adalah suatu hal yang kurang terpuji. Atau sobat pernah dalam keadaan begini, “Di informasikan bahwa acara akan dimulai pukul 08.00”. Mendapat informasi tentang sebuah acara lewat sms, email atau lisan, tapi setelah satu jam kemudian… acara baru di isi panitia dengan ‘kasak-kusuk’ antara panitia dan bahkan tanpa kata “Sorry”. Kalau sobat belum pernah mengalaminya berarti sobat adalah manusia paling berbahagia.

Sehingga kadang sudah tersetel dalam program kerja otak saya begini, “Kalau acara dari ini akan telat satu jam, kalau acara dari anu akan telat 30 menit, kalau acara dari itu lebih baik datang sesudah lewat satu jam”. Entah sobat lain bagaimana mensikapinya, tapi bagi saya hal ini sangat mengganggu. Dan mirisnya ketidak disiplinan waktu ini berlanjut terus menerus, di lestarikan, di budayakan kemudian menjadi kebiasaan.

Kebiasaan buruk ini merebak dikalangan umat Islam bak jamur, dapat ditemukan dimana saja. Kebanyakannya tidak mengatur waktunya dengan baik. Menganggap masih banyak waktu, kenapa tidak di buang-buang saja? Atau biasanya dalih yang sering dipergunakan adalah ada hal lain yang harus dikerjakan dulu. Loh, bukannya kita di tuntut untuk dapat mengatur waktu? Sebagai umat muslim, seharusnya kita mafhum akan pentingnya disiplin dalam waktu karena sholat lima waktu yang kita kerjakan itu memiliki waktu-waktu khusus yang tidak boleh di dahului atau di belakangi.

Sholat dalam ajaran islam di seumpamakan dengan tiang agama, sesuai sabda Rasulullah Saw yang artinya “barang siapa mengerjakan sholat berarti menegakkan agamaya dan barang siapa meninggalkan sholat berarti meruntuhkan agamanya”. Dalam hal ini islam juga mengajarkan disiplin waktu, karena dengan disipilin manusia bisa mencapai cita-citanya. Dan dengan sholat kita diajarkan agar lebih menghargai waktu agar digunakan dengan sebaik-baiknya. Ini juga bisa disebut dengan sholat islam mengajarkan profesisionalisme

Selain shalat sebenarnya syariat pun telah menggambarkan beberapa pekerjaan yang harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Seperti haji, zakat (baik zakat fitr atau zakat mâl), puasa, berkurban, memberi nafkah, hutang, gadai, bertamu, haid, nifas dan lain-lain. Dari sini Islam ingin mengisyaratkan akan pentingnya penentuan waktu dan banyaknya kemaslahatan dan manfaat yang ada didalamnya.

Suatu ketika Abdullah bin Mas'ud bertanya pada Rasulullah SAW: " Wahai Rasulullah pekerjaan apakah yang paling Allah cintai?", Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Taat pada orang tua". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah."

Hadis di atas diriwayatkan lebih dari satu imam, sebut saja Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Ahmad, Dârul Quthni dan yang lainnya.

Dr Abdul Fattah Abu Ghuddah menyimpulkan bahwa dalam hadist tersebut terdapat kunci kesuksesan Umat Islam, yaitu dengan memanfaatkan waktu. Ia berargumen karena shalat termasuk ibadah yang sudah ditentukan waktunya. Jika seorang Muslim melaksanakannya tepat waktu, dan juga selalu memperhatikan setiap pekerjaan pada waktunya maka hal itu akan membuat semuanya dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya karena ia sudah menjadi sebuah kebiasaan dan watak dalam prilaku dan kehidupan seorang Muslim.

Islam adalah agama yang sangat menekankan kedisiplinan, tetapi ummat Islam lah yang banyak melanggar disiplin dan membuang-buang waktu.

Perhatian kita terhadap penggunaan waktu memang sesuatu yang harus kita lakukan secara serius, hal ini mengingat; Pertama, Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul memberikan perhatian yang begitu besar terhadap waktu. Kedua, sejarah menunjukkan bahwa generasi Islam pertama dan seterusnya begitu memperhatikan penggunaan waktu sehingga sejumlah dampak positif dapat kita rasakan dengan ilmu yang berkembang secara pesat, prestasi amal shaleh yang mengagumkan, perjuangan yang sangat cemerlang, kemenangan yang begitu nyata dalam menghadapi berbagai kekuatan dunia dan peradaban yang sangat kokoh. Ketiga, kondisi umat islam yang saat ini berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, mengingat sebagian besar kaum muslimin saat ini sering mengabaikan penggunaan waktu secara maksimal untuk hal-hal yang positif.

Tag : ,

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -