Posted by : Ave Ry


Setuju atau tidak, "Apa yang kamu baca, itulah yang ada dipikiranmu" ?. Sebenarnya, pernyataan ini menyambung dari quote seorang filsuf asal Jerman, Martin Heidegger ;
“Tell me how you read and I'll tell you who you are.” 
Jadi, saya berasumsi bahwa sebanyak dan sesering seseorang membaca suatu topik maka hal itu akan menjadi sebuah mindset tersendiri baginya. Pola pikir yang terbentuk akibat masukan-masukan eksternal dan akhirnya menghasilkan sebuah opini. Dan pada era digital saat ini, bacaan tentu bukan melulu melalui sebuah buku, ia bisa jadi berbentuk artikel-artikel singkat di media sosial, atau bahkan status, cuitan di Facebook dan Twitter.

Saya kerap mengamati bahwa terdapat kubu-kubu yang masing-masing berdiri diatas prinsip-prinsip, entah itu yang berangkat dari sosial-kemasyarakatan, idealisme penokohan atau keagamaan. Yang satu dengan lainnya unfortunately saling merendahkan. Padahal, jika jawaban ya kita katakan pada pertanyaan saya diatas, tidak perlu sikap atau perkataan buruk kita keluarkan pada seseorang yang berbeda pendapat dengan kita.

Katakanlah, kali ini saya sedang mengambil studi kasus, "Pengaruh News feed pada pengguna Facebook". Sebenarnya seberapa besar News feed ini mempengaruhi opini publik? Besar! Bahkan sangat besar. Tapi bagaimana hal itu terjadi? Technically, Facebook mungkin pada awalnya secara random men-sugesti pertemanan kita. Namun lambat laun, pergerakan like, comment dan status kita akan mengerucut menjadi sebuah skema besar. Maka secara sadar atau tidak, News feed menjadi sebuah channel besar persebaran informasi yang secara pasti melibatkan opini.

Jika kamu penyuka Flora & Fauna, maka bertebaranlah gambar-gambar tanaman dan hewan di News feed. Begitu pula jika kamu bagian dari sebuah kegiatan politik tertentu, tidak akan sulit bagi kamu menemukan kabar terbaru darinya. Nah, inilah dia rumitnya! Seseorang yang berpandangan X misalkan, akan membaca secara terus-menerus kabar-berita tentang pandangan X sehingga hal tersebut menjadi mindset baginya. Lalu seseorang dengan pandangan Y mengatakan bahwa pandangan X salah. Mengapa demikian? Tentu karena ia terus-menerus membaca pandangan Y.

Ironis tidak? Sebagian besar mungkin akan dengan sangat mudah men-justifikasi pemikiran seseorang yang terbentuk karena sumber bacaan. Maka tidak bisa tidak, kita harus lebih banyak membaca bukan hanya dari lingkaran tapi juga disekitar kita. Dengan begitu, seseorang akan menjadi lebih bijak dalam bersikap dan berkata-kata.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan seseorang yang tidak suka membaca!? Wahai, sesungguhnya ia akan menjadi generasi yang mudah terombang-ambing :D

{ 2 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -