Tampilkan postingan dengan label Tafsir Qur'an Maudhu'i. Tampilkan semua postingan

Penghalang cinta kepada ALLAH, Rasulullah & Jihad Fi Sabilillah

By : Ave Ry
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

At Taubah : 24

Ayat ini memberi peringatan kepada kita :

1.      Bahwa cinta anak terhadap bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari bapaknya adalah mewarisi sebagian sifat-sifat dari tabiat-tabiat bapaknya.

2.      Bahwa cinta bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.

3.      Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah suatu cinta yang berjalan dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian itu akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.

4.      Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang akan membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dalam dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.

5.      Bahwa cinta terhadap harta dalam segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi tabiat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah swt.

Cinta adalah keinginan berbuat baik pada apa yang dicintainya.

Cinta bisa dibagi kedalam tiga bentuk, yaitu :

1.      Cinta karena ingin mendapatkan kenikmatan, misalnya cinta harta, makanan, lawan jenis

2.      Cinta karena ingin mendapatkan kenikmatan, misalnya cinta pada ilmu pengetahuan, kekuasaan

3.      Cinta karena ingin mendapatkan kenikmatan, misalnya cinta pada orang tua, jihad fi sabilillah

Adapun cinta kepada Allah swt. wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw. haruslah lebih dahulu diutamakan pula karena Rasulullah saw. itu diutus Allah swt. untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Cinta memang dahsyat, oleh karena itu Allah telah membuat undang-undang yang harus kita taati dalam mengelola rasa cinta dan benci:

1.      Cinta kepada Allah, Rasul dan Jihad di jalan-Nya lebih utama di bandingkan cinta kepada manusia dan materi.

2.      Mencintai keimanan dan membenci kekafiran.

3.      Lebih mencintai kehidupan akhirat dibandingkan kehidupan dunia.

Undang-undang tersebut harus diterapkan dalam kehidupan, menjadi pedoman dalam mengelola rasa cinta dan benci. Salah satu ruang implementasinya adalah di bidang fiqh dakwah.


"Orang muslim yang taat melaksanakan perintah Allah, mereka lebih kita cintai dari pada muslim yang gemar bermaksiat. Atas dasar bahwa kita tidak membenci dirinya, namun perbuatan mereka yang terkutuk itulah yang kita benci sebenarnya."

Dasar cinta adalah ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, mari kita tunaikan kewajiban untuk memberikan cinta kita kepada orang-orang yang istimewa dalam pandangan Allah, yaitu orang-orang yang beriman dan ber'amal sholeh dengan benar dan ikhlas, mereka adalah kaum mu'minin, salafussholeh, mukhlisin, mujahidin dan para syuhada.

Terdapat sebuah hadist yang sangat bagus untuk menerangkan tentang kecintaan,

Dari Zuhrah bin Ma’bad dari kakeknya, ia berkata : Dahulu kami pernah bersama Rasulullah saw sedangkan beliau sedang memegang tangan Umar bin Khatab ra. Lalu Umar berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau yang paling aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku.’ Kemudian Rasulullah bersabda,

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintai olehnya bahkan dari dirinya sendiri.”

Lalu Umar berkata, ‘Demi ALLAH, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Umar sekarang imanmu telah sempurna.” (HR. Ahmad & Bukhari)

Hadist lain menerangkan tentang kecintaan yang bisa berubah menjadi kehinaan,

Apabila kalian melakukan jual beli dengan system ‘inah (salah satu jual beli dengan system riba), kalian menyibukkan diri dengan peternakan, senang dengan pertanian dan (sehingga) meninggalkan jihad. Maka ALLAH akan menimpakan kepada kalian kehinaan, dan ALLAH tidak akan mencabut kehinaan itu sampai kalian kembali kepada ajaran agama kalian. (HR. Ahmad & Abu Dawud)

Kehinaan adalah penyakit yang menyebabkan Bani Israil tidak mau berjihad, padahal mereka dijanjikan akan mendapat kemenangan dan nabi Allah berada di tengah mereka. Meski semua faktor pendukung ini ada, mereka tetap tidak terdorong untuk mencabut kehinaan yang telah menancap kuat dalam jiwa mereka. Mereka berkata kepada nabi Musa ;” Pergilah kamu dengan Rabb anda untuk berperang, kami akan duduk menunggu di sini.” Al-Maidah : 24

Hari ini, sebagian kita mengikuti sunah (jejak) orang-orang sebelum kita, maka mereka ditimpa kehinaan yang menghalangi mereka dari berjihad di jalan ALLAH SWT. Mereka beralasan dengan kelemahan dan ketertindasan. Bagaimanapun kita menunjukkan kepadanya bukti-bukti valid bahwa Allah akan memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman ; baik ayat-ayat syar’iyah berupa nash-nash syariat, maupun ayat-ayat kauniyah yang bisa diindra-i dan kongkrit di bumi Allah; tetap saja ia  berpaling.

Dan orang-orang yang beriman berkata : Mengapa tidak diturunkan sebuah surat ? Maka apabila diturunkan sebuah surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya perintah perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati. Maka kecelakaanlah bagi mereka.

Muhammad  : 20

Bagaimanapun kita paparkan dalil-dalil syar’i yang mengancam orang-orang yang tidak terlibat dalam jihad yang hukumnya fardhu ‘ain, dan menyebutnya sebagai salah satu sifat orang-orang munafik…perasaan muhasabah dan muraqabah tidak akan tergerak dalam hatinya. Karena :

Siapa hina, mudahlah kehinaan menimpanya

Tidaklah mayat itu merasakan pedihnya luka

Tidak diragukan lagi, umat Islam saat ini memang dhu’afa’, dan tingkat kelemahan mereka berbeda-beda antara sebuah negeri dengan negeri yang lain. Namun, bukankah kelemahan mereka itu disebabkan karena mereka meninggalkan jihad ? Bukankah kehinaan ini hanya akan sirna, dengan cara memberdayakan dan mengarahkan segenap kemampuan untuk jihad fi sabililah ? Mungkinkah keganasan orang-orang kafir bisa dilawan dengan cara selain jihad ?

Maka berperanglah kamu (wahai Muhammad) di jalan Allah,  sesungguhnya engkau tidak dibebani kecuali kewajiban kamu sendiri. Dan kobarkanlah semangat kaum beriman untuk berperang. Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksa-Nya.

An -Nisa' :84

Source :

1.      Tafsir Al Maudhui, Ust. Yashollah Mansur

2.      Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4

3.      Majalah Shautul Jihad edisi VIII

Kunci-kunci Kebahagiaan

By : Ave Ry


Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.
Ali-Imron : 200

Surat ini adalah anjuran agar supaya orang-orang yang beriman, sabar dan tabah melakukan segala macam perintah Allah, mengatasi semua gangguan dan cobaan, menghindari segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan dan musuh Agama. Jangan sampai musuh-musuh agama itu lebih sabar dari tabah dan kita sehingga kemenangan berada di pihak mereka. 

Semua orang ingin bahagia. Tapi sedikit yg berusaha melakukan sebab-sebab bagi tercapainya bahagia. Dengan kata lain mereka tak mau menyentuh kunci bahagia. Sama seperti dikatakan penyair “Kesuksesan yg kau ingini Namun usahamu tak berarti sedikit sekali Sungguh perahu itu tak mungkin berlabuh di permukaan tanah kering”
 
Sedikitnya terdapat 4 anjuran yang ditunjukkan oleh Allah SWT dalam surat ini untuk mencapai kebahagiaan

1.      Iman  

Secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman   diambil dari kata kerja 'aamana'   -- yukminu'  yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.

Dari Umar bin Al-Khaththab R.a dengan hadist yang panjang   Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Beliau menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” (HR. Muslim no. 8 )

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.

Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."

“ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “

Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .

2.      Sabar

Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95)

Sementara makna sabar yang ada di dalam Al-Qur’an menuntut seseorang untuk senantiasa siap-siaga dalam segala kondisi, baik itu sedang berjaya maupun sedang terpuruk. Sabar dan terus menguatkan keimanan dengan tetap bertaqwa kepada Allah
SWT demi meraih keberuntungan yang telah dijanjikan-Nya.

Demikian jelasnya firman Allah di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat ke 200
diatas “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Teramat naïf jika seseorang mengatasnamakan sabar, dia senantiasa mengalah dan menahan diri dalam kesulitannya tanpa melakukan apapun sebagai upaya keluar dari kesulitan tersebut. Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib telah menjelaskan bahwa orang yang mencapai derajat shabir (sabar) akan mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tak terhitung jumlahnya. Jadi, sabar menuntut seseorang untuk melakukan usaha secara terus-menerus dengan semangat dalam bekerja, walaupun kegagalan akan silih berganti menerpanya.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:

1)      Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
2)      Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
3)      Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

3.      Siap Siaga

Hendaklah orang-orang mukmin itu selalu bersiap siaga dengan segala macam cara dan upaya, berjihad, menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan kemurnian serta keagungan agama Islam. Dan sebagai sari patinya orang-orang mukmin dianjurkan agar benar-benar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada, karena dengan bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkati, diridai oleh Allah SWT. 

4.      Tawakal

Memaknai tawakal berdasarkan hadist, maka kita akan menemukan anjuran Rasulullah Saw  untuk bekerja keras dan tidak sekedar bergantung pada doa. Rasulullah Saw sangat menghimbau kita mencari rezeki  meskipun harus merantau ke negeri seberang dan menyerahkan apapun hasilnya kepada Allah SWT

 “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“  Alam Nasyrah : 7-8

Kebanyakan dari umat Islam yang condong mengutamakan pasrah sebagai bentuk tawakal mereka. Pasrah menyerahkan segala urusan kepada Allah
SWT tanpa ada upaya untuk menyelesaikannya. Misalnya, saat parkir kendaraan di depan masjid tanpa memberi kunci pengaman karena cukup pasrah akan kuasa Tuhan dalam menjaganya. Kasus lainnya, ketika seorang hamba cukup berdiam diri untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT  karena kesulitan membayar hutangnya. Dia pasrah kepada Allah yang maha kaya dan mengharap diberi kekayaan itu tanpa secuil upaya.

Ada kisah menarik ketika seorang lelaki datang ke masjid menunggangi kuda. Sesampainya di Masjid, ia menghadap Rasulullah
Saw  tanpa mengikat kudanya terlebih dahulu. Lelaki itupun berkata, “Aku melepaskan untaku, lalu bertawakal kepada Allah .”
Rasulullah pun bersabda, “Ikatlah untamu, kemudian bertawakallah kamu kepada Allah SWT.” (HR. Tirmidzi).

Artinya tawakal itu bukanlah berarti kita meniadakan upaya, harus ada kerja konkrit dalam menjaga barang kita. Apabila bekerja harus ada usaha dalam mencapai hasil kerja yang terbaik, meski hasilnya itu hanya Allah lah yang menentukan. Sekelompok semut saja harus bekerjasama mengangkat makanan cadangan untuk disimpan ketika menemukan makanan sejauh apapun tempatnya. Seekor merpati pun harus terbang lagi mencari makan walau tuan pemiliknya telah meletakkan makanan di depan kandangnya.

Saatnya untuk merevisi pemahaman kita terhadap makna tawakal jika itu masih sebatas pengetahuan orang pada umumnya. Tawakal yang sesungguhnya akan menjadikan manusia senantiasa bekerja keras dan menyerahkan apapun hasilnya kepada Allah
SWT, Karena janji Allah pasti datang.

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
 Ath-Thalaaq : 3

Yakin kebahagiaan hakiki bagi seorang mukmin adl di akherat walaupun di dunia tidak bahagia. Allah berfirman “Adapun orang-orang yg berbahagia maka dalam SurgaKu lah mereka keadaan mereka kekal padanya selama langit dan bumi dikehendaki oleh Tuhanmu sebagai suatu pemberian yg tidak putus.” . Rasul Saw. bersabda “Dunia ini penjara bagi mukmin dan Surga bagi orang kafir.” 

Demikianlah, barang siapa di antara orang-orang yang beriman melaksanakan 4 macam anjuran tersebut, pasti akan mendapat kemenangan, kebahagiaan, tidak saja di dunia tetapi terutama di akhirat nanti.
Mudah-mudahan kita mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya bukan angan-angan juga bukan sekedar pembicaraan. Dan kepada Allah lah segala urusan kita kembalikan. Wallahu A’lam.

Fungsi Ujian Dalam Meningkatkan Keimanan

By : Ave Ry
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. “
Al-Baqarah : 155-157

Agama Yang Diturunkan Allah Swt

By : Ave Ry

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
Asy-Syuura : 13

Siapa Orang Yang Terbaik Agamanya

By : Ave Ry
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
( Qs An-Nisaa’ : 125 )

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -