Posted by : Ave Ry


Ada dua hari dalam hidup ini yang sama sekali tak perlu dikhawatirkan.

1. Hari kemarin. Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan, dan mengulangi kegembiraan yang kita rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat, lepaskan saja.

2. Hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, kita tak tahu apa yang akan terjadi. Kita tak bisa melakukan apa esok hari. Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja.

Yang tersisa kini hanyalah hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup; pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri kita untuk hari ini. Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.

Aidh al-Qarni mengingatkan, jalanilah hidup hari ini seolah-olah menjadi hari yang terakhir bagi hidup kita. Dengan pola pikir dan sudut pandang hidup semacam ini, maka kita tidak lagi memiliki alasan untuk membiarkan kesedihan mencuri sedikit waktu yang kita miliki. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Ketika pagi hari tiba, janganlah kamu berharap untuk bertemu sore hari dan ketika kamu bertemu malam hari, janganlah kamu berharap bertemu pagi hari.” Dengan kata lain, hiduplah dengan hati, tubuh, dan jiwa hanya untuk hari ini saja tanpa menjelajahi masa lalu dan tanpa merasa khawatir dengan masa depan.

Ada sebuah kisah menarik yang Gen-Q dapatkan dari tulisan seorang teman, semoga saja dapat menginspirasi sobat blogger semua

BELAJAR DARI BURUNG

“Waaah, disini masih banyak burung ya ki………..” Kata Maula, yang tengah duduk beristirahat digubuk ditengah ladang.

Ya Nak, sengaja aki membiarkan pepohonan itu, agar populasi hewan disini, terutama burung-burung itu, tetap lestari………” Kata Ki Bijak.

Iya ki, ditempat-tempat lain, sekarang sudah jarang dijumpai burung-burung bebas beterbangan seperti disini……….” Kata Maula.

"Kadang Aki malu pada burung-burung itu Nak Mas……………….” Kata Ki Bijak.

“Malu pada burung ki…..?” Tanya Maula keheranan.

“Iya Nak, coba Nak Mas pikirkan, burung-burung itu sama sekali tidak punya cadangan makanan disarangnya, kemudian burung-burung itu juga tidak punya pekerjaan tetap, burung-burung itu tidak punya kantor, tidak punya saham apalagi memiliki perusahaaan………..” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki……………..?” Tanya Maula penasaran.

“Dengan kondisi yang serba tidak punya itu, burung-burung tidak pernah merasa khawatir bagaimana mereka makan, bagaimana mereka bisa menghidupi anak-anaknya, tidak pernah resah esok makan apa, mereka menjalani kehidupannya dengan penuh keyakinan bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki kepada setiap mahluk-Nya……….”

“Burung tidak pernah resah hingga tidak bisa tidur misalnya, burung tidak pernah panik karena tak punya tabungan misalnya, mereka, dengan berbekal keyakinan kepada Allah, terbang dari sarangnya setiap pagi untuk mengais rezeki yang telah dipersiapkan Allah untuk mereka, dan seperti Nak Mas lihat, burung-burung itu, mereka sehat dan tidak kekurangan apapun…………..” Kata Ki Bijak.

Maula mulai tertarik untuk mengamati burung-burung yang datang dan pergi, hinggap dipucuk pepohonan, mereka nampak cantik dan anggun, bertengger sambil berkicau riang……

“Coba Nak Mas bandingkan dengan kehidupan kita, kita punya pekerjaan tetap, kita mempunyai penghasilan tetap, dirumahpun kita memiliki persediaan makanan minimal untuk satu minggu kedepan, tabungan pun kita masih memilikinya, bahkan banyak diantara kita yang memiliki saham dan perusahaan sendiri, tapi tengok kehidupan kita, hampir setiap hari kita dihinggapi perasaan tidak puas dengan pekerjaan dan penghasilan kita, hampir setiap hari kita dijangkiti rasa khawatir kalau persediaan kita habis, hampir setiap hari kita selalu dipusingkan dengan keinginan untuk menambah penghasilan, sehingga ketika pulang sore hari hingga menjelang tidur, mata kita sulit terpejam, sehingga ketika pagi tiba, tubuh dan pikiran kita pun lelah tak karuan, uring-uringan dan lain sebagainya, apa yang kurang pada kita……………?” Kata Ki Bijak.

Maula tertegun, menyadari kebenaran ucapan gurunya, karena ia pun kerap merakan hal yang sama seperti yang diucapkan gurunya, ia kerap merasa bingung meskipun baru sehari yang lalu gajian, ia pun kerap merasa resah meskipun persediaan makanan masih berkecukupan, ia pun kerap merasa khawatir dengan hari esok yang belum pasti dan masih dalam khayalan………..:“Iya ya ki, Apa yang kurang dari kita ………?” Kata Maula setengah bertanya.

“Yang kurang dari kita adalah keimanan dan keyakinan kita terhadap kebenaran janji Allah, bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki seluruh mahluk-mahluk-Nya………..” Kata Ki Bijak.

"Nak Mas perhatikan firman Allah berikut” Kata ki Bijak mengutip firman Allah dalam surat Huud:6

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)." .

“Semut yang berada didalam bumi paling bawah, ikan yang berada didasar laut yang paling dalam, beruang yang berada dikutub, kuman yang terkecil sekalipun, gajah dilebatnya hutan sekalipun, dan apalagi kita manusia, tidak ada satupun yang luput dari Allah, dan pasti mereka mendapatkan jatah rezeki dari Allah……..”Kata Ki Bijak.

Apa yang harus kita lakukan agar kita bisa seperti burung-burung yang senantiasa riang, tanpa terlalu dipusingkan oleh urusan dunia yang berlebihan, ki………..’Tanya Maula

“Berlakulah seperti burung-burung itu Nak Mas, yang harus kita miliki Pertama adalah pondasi keimanan yang benar, bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki kita, bukan atasan, bukan pula perusahaan, untuk itu jika kita berkerja, bekerja-lah untuk Allah saja, bukan semata demi gaji, bukan semata karena ingin dipuji, lillahita’ala, insya Allah,kita akan lebih rileks dan ringan menjalani kehidupan kita……….” Kata Ki Bijak

"yang kedua, terbanglah” setiap hari untuk menjemput rezeki kita, jangan malas, jangan bermimpin bahwa rezeki datang dari langit, sementara kita hanya berpangku tangan, karena kita masih berada dialam ihtiar, maka sempurnakan ihtiar kita, kemudian serahkan hasil ihtiar kita sepenuhnya kepada Allah …..”



"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." Al Mumtahanah : 4

{ 39 komentar... read them below or Comment }

  1. subhanallah,,, terimakasih yah mbak sudah mengingatkan, jazakumullahu khoir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama deh Mieft, saling mengingatkan... wa antum jazakallahu khair :)

      Hapus
  2. burung tidak kawatir karena burung tidak memiliki akal seperti manusia. Banyak kok manusia yang bisa di jadikan contoh kebaikan. Kenapa harus binatang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kisah diatas kan cuma sebagai pembelajaran aja. Burung yang tidak memiliki akal saja bisa tawakal sama Allah, masa manusia yang sudah diberi akal, diberi kitab, dikasih contoh teladan masih juga tidak berprasangka baik kalau Allah bakal menjamin rezekinya kalau saja manusia itu berusaha? Dan banyak ayat-ayat dalam Al Qur'an yang mengisyaratkan kepada kita agar 'belajar' dari binatang contohnya An Nahl, An Naml, Al Ankabut... dan bukan hanya dari binatang sobat, tapi seluruh alam semesta ini harusnya menjadi pembelajaran bagi orang-orang yang berpikir

      Hapus
  3. semua manusia berusaha melakukan yang terbaik dalam hidup nya , dengan cara mereka masing2 :) . Blog nya sudah saya follow , d tunggu follback nya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz,, masing2 kita berusaha agar kehidupan lebih baik dan sebaik2 usaha adalah dengan menggunakan cara yang baik. Terimakasih ya sobat kunjungan, komen & follownya :)

      Hapus
  4. suka sama tulisannya mbak ^^

    insipratif...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya Vera... sukses poll deh buat GA2nya :)

      Hapus
  5. ...kisah di atas bisa jd pembelajaran. Dan renungan buat semua....agar kita bisa lebih pandai bersyukur...
    Trima ksh sdh...berbagi ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak, kisah bisa dijadikan pembelajaran untuk terus mensyukuri nikmat yang sudah diberi :)

      Hapus
  6. Subhanalloh... seperti biasa, tulisannya selalu berat oleh isi.:0

    "... maka kita tidak lagi memiliki alasan untuk membiarkan kesedihan mencuri sedikit waktu yang kita miliki..." motivasi yang ringan namun bersayap, mengajarkan utk selalu optimis dan bersiaga, utk waktu yang pasti...waktu -sekarang-
    saya seperti Maulana yg tertegun mendengar nasehat gurunya, ki Bijak. dan kesimpulan sang guru menghentak jantung ini ukh...
    “Berlakulah seperti burung-burung itu Nak Mas, yang harus kita miliki Pertama adalah pondasi keimanan yang benar, bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki kita, bukan atasan, bukan pula perusahaan, untuk itu jika kita berkerja, bekerja-lah untuk Allah saja, bukan semata demi....
    #btw, template blognya ni tambah simpel dan elegan ukh... suka ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa aja Liyan ^^ ,. Ini sebenarnya fokus buat nasihatin diri sendiri, soalnya semakin teringat usia ada banyak kekhawatiran, hoho. Terus dipikir2 lagi dari pada khawatir gak jelas lebih baik khusnudzon aja, hal apapun itu., toh Allah Maha Kaya :)

      Uhuk,, uhuk,, #berbunga2

      Hapus
  7. sepertinya saya adalah orang yang rugi sobat karena dari tahun ketahun saya blm ada kemajuan nih...hmm..nasib nasib..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mana ada sobat orang yang gak ada kemajuannya... lah itu bisa tumbuh gede kan :D ,. Blognya aja mantap, pancen oye ^^

      Hapus
  8. pelaaran berharga dari burung dengan segala kepasrahan totalnya kepada Allah SWT dengan segala upaya dan keyakinan unutk mendapatkan makanan bagi anaknya juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga tak meniru filosofi hidup burung :)
      terima kasih cerita burung nya

      Hapus
    2. tak hanya filosofi burungnya yang bagus. teori hari kemaren-kini-esok juga gemilang banget tuh.

      Hapus
    3. Pak Agus : Yang diambil kan yang positifnya aja, bukan filosofi yang suka 'menclok' sana sini, huhu

      Hapus
  9. Inspiratif, trims yah sudah mengingatkan..cerita yang bagus

    BalasHapus
  10. artikelnya bagus bagus dari blog ini, terimakasih sudah berbagi cerita yang penuh kebkan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sobat supportnya...

      Pak Zach perwakilan paling T.O.P B.G.T deh pokoknya (^,^)/

      Hapus
  11. bagus Mbak. sederhana, realistis, tapi kena banget. besok kalo liqa' saya mau sedikit umpanin yang di atas itu deh Mbak, Insya Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baiklah.... sedian pancing yang mutakhir pak biar umpannya gampang ditangkap ^^

      Hapus
  12. luar biasa mbak artikelnya..
    begitu lah manusia selalu merasa tak cukup ya mbk, pengennya lebih dan lebih..
    rezeki tiap manusia itu sudah diatur oleh Allah. tapi kita juga tidak boleh malas untuk berusaha.

    dan kata bijak yang ini keren banget deh :D .
    “Yang kurang dari kita adalah keimanan dan keyakinan kita terhadap kebenaran janji Allah, bahwa Allah-lah yang menjamin rezeki seluruh mahluk-mahluk-Nya………..”

    memang perlu keimanan dan keyakinan yang kuat :)

    dari binatang2 kita memang perlu banyak belajar, dari burung, semut, dari lebah, dll. Binatang2 itu juga sebenarnya kan tunduk kepada Allah..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iman -> Ilmu -> Amal konsep yang jelas dalam Islam. Jadi ketika sudah tau ilmuanya, yakini spenuh hati lalu kerjakan apa yang dikehendaki iman berdasarkan ilmu.

      Iya sebab masing2 kita juga kan sama2 makhluk-Nya, sama2 tunduk entah yang berakal atau tidak bahkan Iblis pun yakin dan takut akan Allah, cuma ia kufur dan membangkang

      Hapus
    2. iya mbak, Iman ilmu dan amal ketiganya saling berintegrasi..

      sipp deh ^_^

      Hapus
  13. hix... benar sekali...
    terimakasih atas tulisannya...

    kadang kita mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan, ya sesuatu yang telah ALLAH tuliskan. Dan rizki, sudah dijamin olehNYA.... kita hanya perlu menjemput... hix

    .
    btw ada dua kata yang terbaca oleh saya salah ketik :
    pertama "merakan" = "merasakan"
    kedua "bermimpin" = "bermimpi"

    em... nice post :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya, namanya jari suka kepelintir saking buru-burunya takut dipelototin bos karena browsing aja kerjaannya :D ,. Terimakasih ya sobat sudah jeli membaca, semoga bermanfaat bagi yang membaca dan merefleksikannya dalam dunia nyata :)

      Hapus
  14. jangan khawatir dengan apa yang kita miliki, tapi merasa khawatirlah jika apa yang kita miliki belum kita syukuri...

    BalasHapus
  15. saya setuju sekali mas.. sangat setuju.. :)
    orang yang cemas dan khawatir itu karena 'keinginan' dan 'tingkat ketidakpastian' yang tinggi.. dan kebanyakan, mereka lupa bahwa hidup itu iya sekarang ;)

    BalasHapus
  16. Lagi-lagi diingatkan betapa harusnya kita bersyukur. Nggak terlalu lama terpaku di masa lalu. Nggak terlalu berangan yang bukan-bukan untuk masa depan. Tapi menjalani dengan hal yang paling baik untuk realita hari ini sebagai penentunya.

    Nasihat yang baik sekali untuk saya hari ini.

    BalasHapus
  17. jazakumullah khairan kasyira. Syukran entri ini sgt mengingatkan. Setiap hari kita perlu lakukan yg terbaik :)

    BalasHapus
  18. Ya ALLAH.... makasih mbak artikelnya...

    BalasHapus
  19. pelajaran yang sangat menginspirasi dari ki bijak.. :D terima kasih sudah berkunjung

    BalasHapus
  20. luarbiasa banget deh artikelnya...makasih mbak untuk ilmunya...

    BalasHapus

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -