Posted by : Ave Ry


Kisah nabi Nuh diceritakan dalam Al Quran tersebar di beberapa surat, khususnya di surat Nuh
Dari hal tersebut muncul bebrapa pertanyaan, pertama mengapa kisah nabi Nuh tidak utuh dikisahkan di satu surat saja yaitu di surat Nuh? Lalu mengapa di Surat Nuh tidak diceritakan peristiwa banjirnya dan peristiwa bajirnya justru diceritakan dalam surat yang lain?


Jika di telaah lebih jauh, QS Nuh menceritakan totalitas dakwah nabi Nuh terhadap kaumnya yang berujung pada doa nabi Nuh yang meminta azab bagi kaumnya yang zalim. Kisah Nabi Nuh ini merupakan bantahan dari Allah terhadap orang-orang yang berpikir bahwa dakwah nabi Nuh gagal dan tidak efektif,  karena selama 950 tahun berdakwah, pengikut nabi Nuh hanya sekitar 80 orang. Jika dihitung secara kasar, 950 tahun dibagi 80 orang maka kurang lebih butuh 12 tahun untuk menjadikan satu orang beriman.

Kisah nabi Nuh Allah menjabarkan totalitas dakwah nabi Nuh, yang sangat ulet dan sabar dan pelajaran yang dapat dipetik kisah Nabi Nuh antara lain:

a. Dalam berdakwah, nabi Nuh berdakwah siang dan malam.
Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang (QS 71:5)
Hal ini mengindikasikan kegigihan nabi Nuh dalam berdakwah, yang berdakwah siang dan malam terus menerus.

b. Selama ratusan tahun nabi Nuh sangat sabar dalam berdakwah terhadap tingkah polah kaumnya. Setiap nabi Nuh berdakwah, mereka lari (benar-benar lari secara harfiah), menutup rapat rumah-rumahnya, jikapun bertemu, mereka akan menutup telinga mereka dan menutupkan bajunya kepada mukanya dan mereka tetap inkar dan sangat sombong.

Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (QS 71: 6-7)

c. Nabi Nuh berdakwah dilakukan dengan berbagai cara baik dengan terang-terangan maupun dengan sembunyi-sembuyi.

Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan , kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam. (QS 71: 8-9)
Hal ini mengindikasikan, untuk setiap orang, nabi Nuh minimal berdakwah sebanyak tiga kali yaitu dengan Terang-terangan lalu sembunyi-sembunyi lalu terang-terangan. Atau Sembuyi-sembunyi lalu terang-terangan lalu sembunyi-sembunyi.

d. Nabi Nuh berdakwah menggunakan strategi yang berbeda bagi setiap golongan kaumnya.
-          Untuk golongan yang kaya raya, hidup senang, bahagia, Nabi Nuh mencoba mengugah hati kaumnya dengan memikirkan nikmat yang telah diberikan dan bagaimana mensyukuri nikmat.
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (QS 71: 10 – 13)
-          Untuk golongan cendekiawan, peneliti, orang-orang cerdas, Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk memikirkan fenomena alam terkait kejadian manusia, tentang tujuh lapis langit dan tentang bulan dan matahari. Hanya Allah, Tuhan semesta alam pencipta dan pemelihara semua itu.
Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? (QS 71: 14-16)


-          Nabi nuh juga menjelaskan konsep dari esensi kehidupan.
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengambalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. (QS 71: 17 -18)

e. Kisah nabi Nuh juga diceritakan dalam surat Al Araf, yang berarti tempat yang tinggi atau tempat diantara surga dan neraka. Sehingga kisah nabi Nuh di dalam surat Al Araf memberikan pelajaran bahwa manusia harus memiliki keputusan akan pilihan hidupnya yaitu menempuh jalan lurus yang akan menghantarkan ke surga atau jalan yang menyimang dan menuju neraka. Dalam hal ini, Nabi Nuh menjadikan dakwah sebagai pilihan hidupnya. Pilihan yang dilakukan secara sadar ini menjadikan beliau berdakwah selama 950 tahun dengan gigih, sabar, ulet dan istiqomah.

Pilihan berdakwah merupakan wajib bagi para rasul. Sepeninggal mereka kewajiban berdakwah diwajibkan kepada para pengikutnya sesuai kemampuan masing-masing. Rasulullah saw. bersabda, ”Senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang menyeru dan menegakkan kebenaran, sampai datang kepada mereka ketentuan Allah (kemenangan).” (Bukhari, Sahih Bukhari, hal. 286).

f. Iri dan Sombong Penyebab Penolakan Dakwah
”Kami tidak melihat kamu dan pengikutmu lebih utama dibandingkan kami. Dalam hal kepintaran, kefasihan, keluasaan wawasan, dalam hal menentukan yang membawa maslahat, dan pengetahuan tentang pridiksi masa depan. Kami mengira kalian adalah para pembohong!” (Yunus: 27). 
Nabi Nuh menjawab dengan santun dan cerdas –meskipun omongan mereka sudah kelewat batas penghinaan.

”Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya dalam kebenaran yang datangnya dari Tuhan-ku. Berlandasan hujjah nyata yang membenarkan dakwahku. Saya mendapatkan rahmat dan keutamaan dari Tuhan-ku. Maka, apakah saya bisa memaksa kalian, atau saya berkuasa membawa kalian kepada iman?” (Yunus: 28).
Namun  orang-orang yang telah Allah swt. tutup hatinya, mereka tidak akan beriman. Karena potensi pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran mereka tidak difungsikan untuk meraih hidayah, mereka tidak mendapatkan cahaya tauhid


g. Bangga dengan para pendukung dakwah. Tidak pandang bulu siapa pun mereka dan berapa pun jumlah mereka.
Pemimpin-pemimpin kafir kaum nabi Nuh selain menghina nabi Nuh juga menghina pengikut nabi Nuh. Namun Nabi Nuh tidak gentar dan membela pengikutnya.

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". 

Berkata Nuh: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?" 

“Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui”. (Hud: 27 - 29). 

Hal ini juga dialami oleh Rasulullah saw, ketika beliau sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan Rasulullah. Tapi mereka enggan duduk bersama mukmin itu. Mereka mengusulkan supaya orang-orang mukmin itu diusir saja. Lalu turunlah ayat ini.

”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). (Al-An’am: 52)

h. Sepantasnya untuk memohon pertolongan kepada Allah dan menyebut nama-Nya ketika datangnya malapetaka dan kesulitan bahkan dalam segala aktivitas, serta memperbanyak pujian dengan menyebut nama Allah ketika mendapatkan kenikmatan.

“Dan Nuh berkata, ‘Naiklah kalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya’.”(Hud: 41)
“Maka apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim’.” (al-Mu’minun: 28)

i. Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan aqidah dan pendirian adalah lebih erat daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS Hud: 45 -46)

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi: "Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."

Tujuan mengkaji kisah para Nabi antara lain:
1.       Di dalam Al Quran banyak diceritakan kisah para Nabi dan Allah memerintahkan umat Islam     untuk menceritakan kisah para Nabi berdasarkan Al Quran
2.       Untuk menemukan kesinambungan ajaran Tauhid  diantara para Nabi dan membuktikan bahwa semua Nabi mengajarkan Tauhid yang saa yaitu Meng-Esakan Allah
3.       Membandingkan kisah para Nabi yang ada di Al Quran dan Bible, namun tetap menjadikan Al Quran sebagai landasan kebenaran.

Allah menceritakan Kisah para Nabi dalam Al Quran sesungguhnya bukan hanya untuk dinikmati dari sudut alur ceritanya saja tapi juga sebagai sumber inspirasi dan pelajaran bagi manusia.

Metode penceritaan dalam Al Quran juga berbeda dengan metode penulisan dengan prinsip Jurnalistik yang berpatok pada 5W+1H (What, Who, When,Where, Why + How), sehingga tidak mengherankan satu kisah tidak ditulis secara runtut dalam satu surat. Contohnya kisah Nabi Nuh, meskipun kisahnya diceritakan dala Surat Nuh tapi kisah nabi Nuh juga dapat ditemukan dalam surat-surat yang lain. Hal ini dikarenakan Al Quran lebih menitik beratkan pada “nilai” dibalik suatu kisah.

QS Nuh menceritakan totalitas dakwah nabi Nuh terhadap kaumnya yang berujung pada doa nabi Nuh yang meminta azab bagi kaumnya yang zalim.  Dalam suatu tafsir, Nabi Nuh tinggal di gurun pasir dan saat Nabi Nuh mendapatan perintah untuk membuat bahtera sebagai bagian dari proses jawaban akan doanya, disekitar nabi Nuh tidak ada kayu yang dapat dijadikan bahan membuat bahtera. Oleh sebab itu sebagai langkah awal dalam membuat bahtera, Nabi Nuh menanam dan merawat Pohon sampai pohon-pohon itu tumbuh besar dan bisa ditebang untuk dijadikan bahtera. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan nabi Nuh untuk membuat bahtera, sejak menanam bibit pohon, merawat, menebang dan membuat bahtera dibutuhkan sekitar 300 tahun.

Pertanyaannya, dalam menjawab doa nabi Nuh, mengapa Allah tidak langsung mengazab kaum Nabi Nuh seketika itu juga misalnya dengan angin puting beliung, gempa bumi, dll? Namun berkehendak akan mengazab dengan banjir besar dan menjadikan Nabi Nuh bekerja keras selama 300 tahun untuk membuat bahtera? Padahal Allah sangat berkuasa untuk mengazab makhluknya kapanpun Ia kehendaki.

Dalam hal ini Allah hendak menguji kesabaran nabi Nuh. Sebagaimana dijelaskan dalam kajian sebelumnya (Kajian “Pembelajaran Nabi Nuh bagian I, tgl 9/10/2011), kisah Nabi Nuh dalam surat Nuh menceritakam totalitas dakwah nabi Nuh yang dilakukan selama 950 tahun tanpa henti dan penuh kesabaran. Selain itu juga mengajarkan pada kita bahwa dalam berdakwah butuh proses dan dalam berdakwah hendaknya dilakukan dengan kreatif dan inovatif.

Sesungguhnya, metode penjelasan Al Quran sangat unik, setiap suratnya sesungguhnya mempunyai keterkaitan, misalnya:
-          Dalam QS Asy Syu’araa’ dikisahkan metodologi dakwah 18 nabi
-          Dalam QS Nuh dijelaskan bagaina berdakwah nabi Nuh
-          Dalam QS Al Mulk dijelaskan bagaimana perjuangan dalam berdakwah harus tetap dilakukan
-          Dalam QS Al Haq manusia diingatkan bahwa dalam perjuangan berdakwah harus senantiasa mengingat kematian.

Pembelajaran kisah Nabi Nuh dalam QS Hud
Dalam QS Hud di jelaskan bahwa Visi dan Misi seluruh nabi adalah sama yaitu menyeru kaumnya untuk menyembah Allah.

1.      Istiqomah dengan Visi dan Misi dalam berdakwah
Nabi Nuh berdakwah selama kurang lebih 950 tahun dengan istiqomah dan selama itu Visi dan Misi Nabi Nuh  tetap terjaga. Hal ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita akan pentingnya konsekuen dengan visi dan misi karena dalam realitanya banyak lembaga dakwah yang pada awalnya mempunyai isi dan misi yang jelas dan baik tapi seiring berjalannya waktu arah gerakannya sudah tidak berpegang pada Visi dan Misinya.

2.      Nabi Nuh berdakwah dengan perencanaan dan program
washna'i alfulka bi-a'yuninaa wawahyinaa walaa tukhaathibnii fii alladziina zhalamuu innahum mughraquuna

[11:37] Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.

Secara bahasa, kata ”Washna” merupakan kata perintah untuk membuat  sesuatu yang bahan-bahan pembuatnya belum ada. Sehingga dari kata ini diketahui bahwa saat Allah memerintah membuat perahu, sesungguhnya saat itu tidak ada bahan-bahan dasar untuk membuat perahu. Sehingga nabi Nuh menanam bibit pohon dan merawatnya hingga besar.


3.      Dalam berdakwah hendaknya tidak mempunyai kecondongan nepotisme
Dalam QS Hud: 46 – 47 dikisahkan bahwa Allah berfirman bahwa anaknya yang tidak mau patuh pada Nabi Nuh dan tetap kafir sesungguhnya sudah tidak bisa dikategorikan keluarga sehingga anaknya yang kafir itu termasuk orang yang terkena Azab.

(11:46] Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.
[11:47] Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi. 

4.        Dalam berdakwah hendaknya tidak hanya secara fisik kita berdakwah namun juga disertai Do’a.

 Sepertihalnya dalam QS Nuh: 28, nabi Nuh berdoa secara komprehensif.

[71:28] Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan".

Dalam berdo’a hendaknya tidak hanya yang bersifat material tapi juga esensi dari Doa tsb. Misalnya doa minta rizki, sebaiknya ditambah dengan doa agar diberi kekuatan untuk dapat amanat, jujur.

5.      Hendaklah bersabar dalam berdakwah.
Dalam QS Hud diceritakan kesabaran para nabi dalam berdakwah

6.      Dalam berdakwah tidak boleh mudah menyerah

7.      Berdakwah merupakan wajib bagi setiap muslim
Hal ini dikarenakan sesungguhnya bumi ini hanya diwarisi oleh kepada orang-orang mukmin. Dalam QS As Shafaat dikisahkan nabi nuh dan orang –orang yang tersisa. Dalam tafsir dijelaskan bahwa dalam banjir tersebut, orang yang selamat hanyalah orang Mukmin termasuk anak nabi Nuh yang sholeh yaitu Sam, Ham, dan Yafet.
Selain itu dalam QS AL Mu’minun ayat 31 dan 42, Allah menerangkan bahwa setelah mengazab kaum yang zalim dan mendustakan Nabi yang diutusNya, Allah menjadikan umat yang lain.

Dalam QS Nuh: 21 dan QS At Taghaabun: 14,  dijelaskan sebab-sebab kehancuran
[71:21] Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,
[64:14] Hai orang-orang mu'min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimua maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Maksudnya anak dan istri terkadang dapat menjerumuskan untuk berbuat yang tidak dibenarkan agama)

Oleh sebab itu, tindakan orang Kafir yang membunuhi umat Islam misalnya di Palestina, sebenarnya membunuh dirinya sendiri karena Bumi ini di wariskan untuk Mu’min yang bertaqwa sehingga jika di bumi ini sudah tidak ada lagi orang yang bertaqwa maka bumi pun akan dimusnahkan.

{ 1 komentar... read them below or add one }

- Copyright © Al-Ihtisyam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -