- Back to Home »
- Artikel Islami , Motivasi islami , Muwashoffat , Tarbiyah »
- Qodirun 'Alal Kasbi
Posted by : Ave Ry
Kaum muslim (Indonesia) saat ini bermental katjung, tidak
setuju?
Tengoklah lingkungan kita, seberapa banyak pekerja dan
pengusaha kemudian bandingkan. Salah satu penyebab adalah kurangnya sifat kemandirian
tertanam dalam benak bangsa kita saat ini. Lebih mudah mengekor saja, tak perlu
berpeluh sangat.
Padahal jika menengok kejayaan Islam dimasa kenabian maupun khulafaur
rasyidin, pada saat itu kaum muslim adalah pengusaha-pengusaha hingga kemudian
disegani karena mampu menata kehidupan sosial mereka dengan berasaskan prinsip
sesuai nash.
Masih ingatkah kita dengan kisah teladan Abdurrahman bin Auf
yang merupakan salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat mahir dalam
berdagang. Di Kota Madinah, Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan
Anshar. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu Arrabil Alausari, orang
yang kaya raya di daerah tersebut.
Suatu hari, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman, “Hartaku akan
kubagi menjadi dua bagian dan separuhnya untukmu. Pilihlah istriku yang kamu
sukai nanti aku ceraikan, dan kamu nikahi.” Mendengar tawaran itu, Abdurrahman
menjawab, “Semoga Allah memberkahi keluarga dan hartamu. Tunjukkan saja di mana
tempat pasar perdagangan di Madinah.” Sa’ad menjawab, “Oh baiklah, ada, yakni
Pasar Bani Qainuqa.” Kemudian, Abdurrahman memulai usahanya dengan berdagang
keju dan minyak samin.
Salah satu pelajaran (ibrah) yang dapat diambil dari kisah
ini adalah sikap untuk tidak menjadi beban hidup orang lain alias harus bisa
hidup mandiri dengan memiliki pekerjaan yang halal.
Rasulullah bersabda,
“Niscayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang, baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (HR. Bukhari)
Begitulah, kemandirian dari usaha seseorang bukan hanya
menenangkan, namun ia memberikan kemantapan prinsip. Ia tidak akan mudah
diperintah, merdeka dalam ihwal keputusannya.