Tampilkan postingan dengan label Giveaway. Tampilkan semua postingan
Khayalan Kita: Spain, We’re In Love!
By : Ave RyPor último, España ... Estamos llegando!
Here we go, di tanah sejuta rasa.
Kerlip dunia membintangi kelam langit yang dulu pernah berjaya, Spanyol. Di pijakan yang sama namun dengan cita yang beda. Baunya terhirup semerbak mewangi flamengo.
“Erick, akhirnya… sayapku sudah terkepak sejauh ini untuk sekadar menyapamu. Kuharap berbuah jabat”, gadis mungil yang MERAH jilbab juga gaunnya mendaratkan kaki ditengah kerumunan burung yang setiap sore menanti camilan dari para pengunjung.
Tak jauh darinya seorang ibu muda nan energik tengah sibuk dengan kamera canggihnya. Cadar HIJAU yang melampiri gaun lebar itu tidak mengurangi kegesitannya dalam mengambil moment lalu lalang pengunjung juga tiap hempasan angin yang menerpa. “Kapan lagi bisa dapat pemandangan sekeren ini!”, ujarnya.
Diantara hamparan rerumputan hijau taman terlihat dua gadis ceria sedang mengobrol, ramai sekali! “Coba bayangin, kalau sepuluh aja kita dapat pelanggan yang aktif membeli barang dagangan kita, baju-baju gamis contohnya. Kita udah bisa aman, tinggal minta mereka untuk bantu promoin produk kita sama muslimah-muslimah disini. Untungnya lumayan…”, mulai gadis berjilbab lebar yang warna PINK-nya redup melambai. Menimpali, seorang gadis penyuka TABRAK WARNA bersuara, “Iya, sekalian kita disini. Wisata kuliner… kapan lagi?”
Di samping air mancur, dekat dengan kedua gadis tadi terlihat seorang gadis berwajah serius yang sebenarnya kamuflase melangkahkan kaki, bolak-balik. Jilbab KUNING-nya menyilaukan matahari! Berpikir keras ia, menopang dagu dengan sebelah tangannya sambil berjalan tak henti.”Bagaimana cara para ulama dulu di Spanyol ini mendidik para muridnya sehingga mereka terkenal ke seantero dunia sebagai manusia-manusia yang giat berilmu, giat belajar. Aku harus mencari tau, agar bisa kuterapkan pada anak didikku di sekolah nanti”. Begitu terus, ia berpikir, berulang.
Menyendiri dengan sebuah Diary dan pena ditangan kanan, seorang gadis dengan gaun korea bercorak batik khas Indonesia mengebaskan selembar daun dari jilbab BIRU-nya.
"Averroes..."
"Medina Az-Zahra, 936, Cordova, Andalusia..."
"Ave Ry, 2015, Sevilla..."
"Dia_Ry, finally, DIA menyampaikan aku ke tanah para cendekia! Perhatikan rumputnya, hirup udaranya, rasakan anginnya dan masukan ke dalam pori-pori. Alirkan, alirkan ke aorta dan sampaikan menuju seluruh anggota tubuh serta pelvis"
"Beritahu cerebral cortex agar ia menyimpan dengan baik memory ini hingga bertahun nanti bisa mendetailkannya pada Ave Ry junior kelak!"
"Katakan pada si junior; Ibumu sangat mencintai tanah ini! Tanah dimana lahir seorang Ibnu Rusyd, seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidup beliau sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Beliau mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Betapa aku inginkan kau menjadi seperti orang besar itu.... Junior!"
***
"Subhanallah... Megah sangat bangunan ini!", si gadis bergaun merah terkagum-kagum. Disebelahnya gadis bercadar hijau tiada henti mengcaptured gadis-gadis yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan, dari mulai awal di bandara hingga menuju bangunan Medina Azzahra. Baterai mereka seakan selalu full charge! Dengan gaya narsis feminis mereka berpose seakan tidak menghiraukan para turis dari berbagai macam negara yang tengah memperhatikan mereka. Mungkin pikir para turis itu begini, "Ada apa ini? apakah ada kontes Miss World Muslimah disini, sangat berwarna..."Para gadis itu menyusuri tiap lorong dari bangunan bersejarah, indah nan megah. Ukirannya berlafazkan keindahan Nama-nama-Nya, tersusun dari batu-batu berkualitas terbaik pada masanya, tempat para insan Rabbani mencari ilmu, menghiaskan pahatan disetiap dindingnya dengan dzikrullah, "Subhanallah Rabbiyal 'Azhimi wa bi Hamdihi"
Perjalanan mereka berlanjut
"Isma, estás aquí?", layar ponsel si gadis merah menyala
"Sí, estoy aquí ... dónde puedo encontrar Erick?", balas gadis itu melalui pesan sms
"Nos vemos en riverside, at down under the Triana Bridge, the oldest bridge of Seville "
"Oke, be there..."
Kami bersegera menuju kesana, mempertemukan dua hati yang terpisah jarak cukup lama namun disatukan oleh asa.
Pria itu, tinggi berseri dengan rambut keriwil menyambut kami dengan hangat. "Bienvenidos a Sevilla". Ditengahi cahaya redup senja mereka bercengkerama, menanti saatnya waktu maghrib tiba.
"Ah, disana kau rupanya" gadis biru berjalan meninggalkan teman-temannya. Perlahan kakinya melangkah kian cepat hingga ia berlari semakin jauh, semakin jauh. Terseok ia ditengah temaram Triana dan terjatuh diantara padang ilalang. "Dimana aku?". Matanya menatap jauh jembatan yang kian menghilang pandangan. Hampir menangis ia karena menghilang dari rombongan.
"No tengas miedo de la señorita, yo conduciré", tangan itu terulur... dan sebelum ia menggapainya, ia limbung lantas tak sadarkan diri, berhenti.
***
Ahh, ternyata khayalku berhenti di persimpangan jembatan..
Tapi betapa hebatnya jika saja jejak langkah kaki ini menyampaikan aku dan mereka, sahabatku fillah kesana.
Namun jika belum juga mengudara maka khayalku akan kurubah saja menjadi sepotong doa :
“Yaa Rabbi, memang hanya KAU yang mengetahui betapa keanehan rindu ini menyergap pembuluh darahku. Cintaku pada tanah para cendekia, para ulama. Betapa Medina Azzahra membayang di pelupuk mata, Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di Sevilla. Bentuk kubah hinggakan pahatan arsitekturnya kurasakan betul di urat nadi. Rasa itu tidak pernah berhenti, sebelum tanah basahnya kuhirupi.”
Tag :
Ave Ry and Friends,
Giveaway,
Aku Cinta Ummi Banget!
By : Ave Ry
Dear diary,
I've got tears on my eyes, tonight..
Jangan pandangi aku begitu dy. Aku tau, jelek pasti. Berlelehan air mata begini... Habis, apa boleh buat? Lagi-lagi Ummi begitu. Memarahi aku dengan kata-kata yang tajam, menusuk tulangku sampai tergores. Aku tau, aku tau. Sudah semestinya kesabaran itu tak berhingga, iya kan? Tapi kali ini sudah keterlaluan.
Aku mau kabur dy..
Iya, beneran! Tadi aku sudah siapkan baju-baju untuk dibawa dan persiapan sekenanya. Pas didepan pintu, Ummi menarik ranselku, "Letakkan tas kamu!" begitu perintahnya. Kaku sekujur tubuhku. "Aku gak tahan Ummi!", hanya itu kalimat yang mampu keluar dari tenggorokanku.
Sekarang aku disini..
Terus dikamar ini, membasahi sampulmu. What have I done? Doing stupid thing like that! Huh, sudahlah diary, aku lelah. Goodnight to you
Dear diary,
I've got tears on my eyes tonight, still..
Bagaimana aku tidak menangis lagi, coba saja kamu dengarkan mereka bernyanyi..
You taught me everything
And everything you've given me
I always keep it inside
You're the driving force in my life
There isn't anything
Or anyone that I could be
And it just wouldn't feel right
If I didn't have you by my side
You were there for me to love and care for me
When skies were grey
Whenever I was down
You were always there to comfort me
And no one else can be what you have been to me
You will always be
You will always be, the girl in my life for all times
Mama, mama you know I love you
Mama, mama you're the queen of my heart
Your love is like tears from the stars
Mama I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul
Radio ini sebenarnya sengaja ya mau buat aku merasa bersalah!? Tiba-tiba memutar lagu Boyz II Men, A Song For Mama...
Diary... jangan diam begitu, aku butuh nasihat! Ini sudah dua hari dy. Aku tau... kamu pasti benci ya sama aku? Merajuk, ngambek tidak berkesudahan. Aku juga capek kok, serius!
Dear diary,
I've got smile on my face, tonight..
Ternyata ya dy, aku baru tau... aku itu orangnya manja! Aku bisa ngambek kalau tidak dibuatkan sarapan oleh Ummi, aku bisa uring-uringan kalau Ummi tidak mau menyapa dan aku bisa stress setengah mati kalau pulang kerumah mendapati Ummi tidak ada! Diary... aku cerita hanya padamu saja loh, kalau Aku Cinta Ummi Banget!
Hummm, kenapa aku bilang begitu? Karena ya dy... orang-orang itu suka sok tau deh. Mereka bilang aku orangnya galak, judes, tidak perhatian. Ummi juga bilang begitu sih. Tapi biarin deh... Aku juga aneh kalau mau mengungkapkan kalimat atau sikap yang menurutku 'kayak anak kecil', malah terasa gimanaaa gitu. Makanya, cukup kamu aja yang tau.
O, ya aku barusan aja bikin puisi buat Ummi. Puisinya norak kayaknya! Jadi aku simpan aja deh... biar kamu aja yang tau. Nanti kalau aku kasih tau malah diledekin lagi! Puisi akhir Ramadhan nih...
I've got tears on my eyes, tonight..
Jangan pandangi aku begitu dy. Aku tau, jelek pasti. Berlelehan air mata begini... Habis, apa boleh buat? Lagi-lagi Ummi begitu. Memarahi aku dengan kata-kata yang tajam, menusuk tulangku sampai tergores. Aku tau, aku tau. Sudah semestinya kesabaran itu tak berhingga, iya kan? Tapi kali ini sudah keterlaluan.
Aku mau kabur dy..
Iya, beneran! Tadi aku sudah siapkan baju-baju untuk dibawa dan persiapan sekenanya. Pas didepan pintu, Ummi menarik ranselku, "Letakkan tas kamu!" begitu perintahnya. Kaku sekujur tubuhku. "Aku gak tahan Ummi!", hanya itu kalimat yang mampu keluar dari tenggorokanku.
Sekarang aku disini..
Terus dikamar ini, membasahi sampulmu. What have I done? Doing stupid thing like that! Huh, sudahlah diary, aku lelah. Goodnight to you
***
Dear diary,
I've got tears on my eyes tonight, still..
Bagaimana aku tidak menangis lagi, coba saja kamu dengarkan mereka bernyanyi..
You taught me everything
And everything you've given me
I always keep it inside
You're the driving force in my life
There isn't anything
Or anyone that I could be
And it just wouldn't feel right
If I didn't have you by my side
You were there for me to love and care for me
When skies were grey
Whenever I was down
You were always there to comfort me
And no one else can be what you have been to me
You will always be
You will always be, the girl in my life for all times
Mama, mama you know I love you
Mama, mama you're the queen of my heart
Your love is like tears from the stars
Mama I just want you to know
Lovin' you is like food to my soul
Radio ini sebenarnya sengaja ya mau buat aku merasa bersalah!? Tiba-tiba memutar lagu Boyz II Men, A Song For Mama...
Diary... jangan diam begitu, aku butuh nasihat! Ini sudah dua hari dy. Aku tau... kamu pasti benci ya sama aku? Merajuk, ngambek tidak berkesudahan. Aku juga capek kok, serius!
***
Dear diary,
I've got smile on my face, tonight..
Ternyata ya dy, aku baru tau... aku itu orangnya manja! Aku bisa ngambek kalau tidak dibuatkan sarapan oleh Ummi, aku bisa uring-uringan kalau Ummi tidak mau menyapa dan aku bisa stress setengah mati kalau pulang kerumah mendapati Ummi tidak ada! Diary... aku cerita hanya padamu saja loh, kalau Aku Cinta Ummi Banget!
Hummm, kenapa aku bilang begitu? Karena ya dy... orang-orang itu suka sok tau deh. Mereka bilang aku orangnya galak, judes, tidak perhatian. Ummi juga bilang begitu sih. Tapi biarin deh... Aku juga aneh kalau mau mengungkapkan kalimat atau sikap yang menurutku 'kayak anak kecil', malah terasa gimanaaa gitu. Makanya, cukup kamu aja yang tau.
O, ya aku barusan aja bikin puisi buat Ummi. Puisinya norak kayaknya! Jadi aku simpan aja deh... biar kamu aja yang tau. Nanti kalau aku kasih tau malah diledekin lagi! Puisi akhir Ramadhan nih...
Ibu,
wajahmu bersih bercahaya
Matamu
indah menyimpan seberkas untaian galaksi Andromeda
Indah
ukiran senyummu begitu mempesona
Hangat
mendekap jiwa yang hampa
Dengan
tanganmu yang mulia
Aku
tidak menyesal dengan takdir yang Dia tentukan untukku
Sesalku
hanyalah endapan benci yang dulu pernah terbersit dalam hatiku
Diatas
Langit Ramadhan, doa penuh kebaikan tercurah padamu
“
Ya Rabb, bersihkan wajahnya dari debu-debu dosa
Palingkan
matanya dari gemerlap dunia fana
Sinari
senyum disepanjang kehidupannya
Hangatkan
jiwanya dengan ayat-ayat-Mu yang mulia
Dan
tautkan tangannya dan tanganku untuk sama-sama berada di surga “
PS : Sepertinya lebaran nanti aku bakalan lebih lama deh sungkemannya. Tapi diam-diam aja (^_^)/
Tag :
Giveaway,
Pojok 'Ry'alita,
Cahaya, Ini Tentang-Mu
By : Ave Ry
Cahaya..
"Masih adakah?"
Garis tipis membentuk seulas senyum sejenak mewarnai wajah, ambigu. Berapa banyak judul buku yang telah ia lumat, termasuk yang berada diatas pangkuannya sekarang, Defence oh the Muslim Lands and Lovers of the Paradise Maidens karya Syaikh Abdullah Azzam tidak juga membuat hatinya luluh, terang bercahaya. Sebaliknya, mata gadis itu terlihat sendu, letih dan murung diliput kegelapan.
“ Uhiibuki kaifa ma kunti ”
“ anti habibaty anti ”

"Masih adakah?"
Garis tipis membentuk seulas senyum sejenak mewarnai wajah, ambigu. Berapa banyak judul buku yang telah ia lumat, termasuk yang berada diatas pangkuannya sekarang, Defence oh the Muslim Lands and Lovers of the Paradise Maidens karya Syaikh Abdullah Azzam tidak juga membuat hatinya luluh, terang bercahaya. Sebaliknya, mata gadis itu terlihat sendu, letih dan murung diliput kegelapan.
Rihana, Duroru Qolbii…
Surat yang semoga sampai kepadamu kali ini terhitung adalah surat yang ke – 60 dariku tanpa satupun jawaban. Aku ikhlas, Wallahi! Aku tau keputusan ini sangat menyesakkan dadamu dan membuat kesedihan yang tidak hanya kau tapi juga aku rasakan. Aku hanya berharap agar kau tetap berada dalam naungan hidayah-Nya.
Hari ini, tepatnya tiga jam yang lalu. Aku dan rombongan tiba di Peshawar. Kau tau bagaimana berartinya hal ini untukku. Berada bersama para mujahideen di Baitul-Anshar atau kalau kau mendengar dari mulut-mulut asing, mereka menyebutnya Mujahideen Service Bureu . Wajah-wajah yang keimanan melingkupi sanubari mereka.
“Lalu, Apa yang harus aku lakukan? “
Kerinduan bercampur baur dengan kemarahan. Dilemparkan kertas yang sudah usang itu keatas pembaringannya. Tidak akan lama, beberapa menit kemudian kertas itu akan diraihnya juga seperti biasa. Kemudian disimpan dengan baik didalam sebuah kotak yang penuh berisi surat-surat ‘cinta’ dari suami yang ia tau kebaikan dan kelembutan hatinya, namun kukuh dan ketegasan sikap adalah hal yang tak dapat ia pahami hingga saat ini.
“Tujuh tahun, bayangkan! Tidak perlu kalian mengucapkan kata setia. Apa yang kuperoleh dari kesetiaan selama tujuh tahun menunggu penuh dengan kecemasan. Kalian pikir surat-surat murahan semacam itu dapat mengobati rasa lelahku?”
Ketika amarah memenuhi benak dan alasan tidak dapat lagi ia rangkumkan, maka jalan terakhir yang terlintas adalah menggugat!
***
“Mama tidak dapat mencegah keputusanmu juga tidak dapat menolak kerasnya sikap Papa kepadamu. Kamu adalah putri kesayangan kami. Tapi keputusanmu untuk menikah dengan Ja’far sangat menyakitkan kami Iria..”
Sikap lemah lembut ibu yang menatapnya kala itu membayang, merasuk jiwanya dan kemudian menghadirkan rasa sesal. Tapi sesal untuk apa? Sesal karena menikah dengan seorang mujahid atau sesal akan keimanan yang baru tujuh tahun ini menggelutinya?
“Astaghfirullah, Sabar Rihana.. Kakak bukan sedang melakukan pariwisata. Bukankah surat-suratnya selama ini begitu lengkap memberitahukan keberadaannya kepadamu? Bertahun-tahun ia berada di Afghanistan, berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah dari mulai Logar, Kandahar, pegunungan Hindukush, lembah Panshir, Kabul sampai Jalalabad. Bahkan istirahat kurasa tidak pernah terpikir olehnya. Dan yang kutahu sekarang ia berada di Peshawar, kemungkinan bersama mujahidin dari seluruh pelosok dunia.”
Cahaya..
“Aku membutuhkanmu, sungguh!”
Remuk bathinnya membayangkan wajah Ja’far yang sudah bertahun-tahun meninggalkannya menuju medan pertempuran.
Harapan melimpah ruah pada waktu pria yang saat itu mengkhitbah dirinya. Tujuh tahun pernikahan mereka yang hanya satu kali menghadirkan sentuhan pada waktu ijab qabul dilakukan disebuah masjid kecil di sudut kota Jakarta yang bising dengan penghuni dari beragam jenis manusia. Ketika sebelumnya pria dengan wajah putih memerah mengubah namanya dari Iriana Xaverry menjadi Shafiyyah Rihana dan dengan begitu rambut yang senantiasa bergelombang indah itu tidak lagi tampak, berganti dengan Jilbab panjang berwarna pucat.
Saat ini berbeda dengan dulu. Kesetian bahkan sekarang berubah menjadi keikhlasan menjadi pertanyaan. Apakah bukan karena wajah tampan dan gagahnya saja aku dulu mau menikah dengannya sampai aku bertaruh nyawa dengan menukar keimananku?
“Rabbighfirlii..”
***
“Rihana, apa kau sudah menerima surat dari kakak? Aku cemas.. tidak seperti biasanya. Sudah lima bulan aku tidak mendengar kabar dari kawan-kawan disana. Aku tidak tau keberadaan kakak saat ini.”
Cahaya..
“Lingkupi aku dengan terangmu. Kecemasan mereka tidak sama dengan kecemasanku. Bahkan kebutuhan mereka akanmu tidak sebanding denganku”
Mata sendu itu kini tengah memperhatikan sekeliling kamar yang suram dengan tirai-tirai tidak terawat dengan benar. Bunga? Entah layu sejak kapan. Cermin? Entah juga masih bisa digunakan.
Qum..!!
“Kau berteriak cahaya.. cahaya.. tapi apa langkahmu untuk memperolehnya?”
“Senyummu tidak berguna, bahkan perbuatan baik yang kau lakukan hanya sebatas penghilang gundah gulana”
Suara hati terkadang bisa lebih tajam dari pada sumiran orang-orang disekeliling bahkan orang-orang terdekat.
Jendela kusam, lantai berdebu, aneka perabot yang menyedihkan menyiratkan keputus-asaan penghuninya.
Yaa ayyuhal muddatsir
Qum, Fa andzir!
Wa Rabbuka Fa Kabbir
Wa tsiyabaka Fa thahhir
Wa rujza Fahjur
Wa la tamnun tastaktsir
Wa li Rabbika Fashbir…
***
Wajah itu.. Penuh goresan dan luka mendalam, kantung mata melengkung dan rahang yang cekung semakin menambahkan kesedihan luar biasa. Tapi, mata kelabu yang meneduhkan itu masih tetap sama seperti tahun-tahun penuh beban yang dapat ia ingat
Wajah itu milik Ja’far
Di masjid ini, pertama kali ia melihat wajah itu. Ketika tangannya terulur memberikan kantung plastik penuh berisi kebutuhan pokok. Tangannya yang telanjang bergetar hebat tatkala sebuah tatapan menusuk, menghujam jantungnya. Dari mulai saat itulah pertemuannya dengan pemilik wajah itu berbuah harapan.
Aneh..
Harapan apa itu yang terselip? Seorang sepertiku yang memberikan bantuan kepada orang-orang ini dengan pamrih. Tingginya air yang melanda, bau busuk sampah juga tubuh-tubuh lusuh tidak menjadi halangan untuk menyebarkan keselamatan, pikirnya kala itu.
Tapi keanehan apa yang mampu menghalangi-Nya?
Buktinya setelah itu di masjid yang sama, tangannya berkeringat tatkala sang pemilik wajah menggenggamnya untuk pertama kali dan satu-satunya.. setelah kemudian meninggalkannya untuk sesuatu yang asing baginya.
“Ya habibty, taukah anti berapa lama ana merekam wajah ini didalam benak ana. Sebentuk wajah hati dengan rona merah di pipi. Kapanpun kegelisahan datang, rekaman itu selalu hadir membawa suasana yang baru saat ini ana tau. Suasana damai, penuh dengan luapan emosi cinta.”
Tangisnya pecah, air matanya tumpah. Kerinduan yang berbalut dengan keraguan kini sirna berganti kebahagian yang menjalar dari mulai pelupuk mata sampai ke relung terdalam hatinya.
“ Uhhibuki misla maa anti ”
“ Uhiibuki kaifa ma kunti ”
“ Wa mahma kaana ,mahmaa saara “
“ anti habibaty anti ”
“ Zawjaty… ”
Dengan tertatih laki-laki dihadapannya itu berjalan dengan kaki yang tidak sempurna kearahnya. Kayu penyangga bertengger mesra di ketiaknya. Terlihat menyedihkan? Tidak! Laki-laki itu malah terlihat penuh wibawa
Saat ini malahan gadis yang kini senantiasa menghiasi masjid dengan lantunan Al Qur’an memandu anak-anak kecil yang giat mempelajarinya bersyukur, memuji Tuhannya, memuji Rabbnya.
Cintaku padanya bukan karena wajah maupun fisiknya, kini baru ia sadar. Namun karena imannya.
***
Sore ini penuh dengan sejuta pujian pada Rabb Semesta Alam. Langit biru perlahan berubah menjadi violet. Kicauan binatang langit pun jauh tak terdengar karena petang akan segera menjelang. Malam yang sedianya menyelimuti cahaya terik siang akan segera hadir. Matahari akan tenggelam sebentar lagi bergantian dengan sinar lembut rembulan.
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
“Ampuni aku Tuhan karena tidak mencintai-Mu dengan sempurna. Aku tidak bisa mencegah nafsuku untuk tidak memasukkannya kedalam celah hatiku. Jadikan ia sebagai pendampingku di surga- Mu”
Mata kelabu itu berkaca-kaca..
Dihadapannya, gadis yang terbalut rapat jilbab menuangkan segelas minuman.
“Aku mencintaimu saat ini. Ya, saat ini… Karena bagiku, cinta kepada Dia yang telah melimpahiku dengan cahaya adalah cinta yang sejatinya memenuhi dada kita. Dan untuk itu, aku berikrar akan mencintai-Nya untuk selamanya”
"Tulisan ini diikutsertakan dalam 3 Years of Blogging Giveaway yang diselenggarakan oleh Penghuni 60".
Giveaway Senangnya hatiku: My First Wish List Terkabul!
By : Ave Ry
Senangnya hatiku bisa mengikuti Giveaway lagi. Gagal yang pertama coba yang kedua. Gagal yang kedua ini ... marah-marah sama yang buat Giveaway., hehe
Sesuai tema, Giveaway ini sangat menyenangkan hati saya. Karena tidak ada
hal yang paling menyenangkan menurut saya dari pada menceritakan kebahagiaan
kita atas suatu nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita. Selalu bersyukur
untuk pemberian-Nya sekecil apapun, apalagi kalau pemberian itu sesuatu yang menjadi
wish kita.
Sekitar hampir dua tahun lalu saya membaca sebuah buku tentang harapan
yang jika ingin terkabul maka hendaknya kita menuliskan harapan-harapan itu.
Pada waktu itu saya bingung mau menulis harapan apa karena saya merasa sudah
cukup dengan segala apa yang ada pada saya. Lalu saya coba-coba saja menuliskan
keinginan-keinginan yang saya rasa tidak mungkin saya dapat mengusahakannya (karena
sesuatu itu terlalu mahal atau terlalu sulit) tapi sangat saya inginkan.
Berhubung kehidupan saya hanya dalam batasan cukup-cukup saja, maka dari
itu saya terbiasa untuk tidak menginginkan sesuatu diluar batas yang bisa saya
usahakan.
Waktu itu saya menuliskan wish list seperti ini :
1.
Memiliki Kitab Tafsir Ibnu katsir
2.
Sirah Ibnu Hisyam 2 Jilid
3.
Pergi ke Cordova, Meddina Az Zahra, Andalusia, Spain
4.
Berangkat Haji beserta Orang tua
5.
Dll
Setelah menuliskannya di selembar kertas A4, kemudian saya print. Kertas
itu saya simpan saja diselipan sebuah buku tulisan Aidh al Qarny.
Selang waktu beberapa bulan, saya sudah melupakan keseluruhan wish list
yang pernah saya tulis. Saya beranggapan hal itu menjadi sebuah hal yang
konyol! Tapi, sudahlah. Kembali pada sifat saya yang dulu, takut berharap,
sehingga tidak mau menginginkan apapun karena perasaan tidak terpenuhi adalah
sesuatu yang sangat saya benci.
Malam hari ketika beristirahat sambil mendengarkan siaran sebuah radio,
saya tertarik untuk mengikuti sebuah perlombaan menulis yang diadakan radio
tersebut. Perlombaannya cukup mudah menurut saya, karena kita hanya perlu
menuliskan pengalaman kita selama menjadi pendengar radio tersebut.
Apa susahnya menuliskan sebuah pengalaman? Sebenarnya pada waktu itu saya
berniat untuk mengikuti lomba menulis tersebut hanya karena saya ingin tulisan
saya ‘dibaca’ saja. Selama ini saya kurang percaya diri dengan tulisan saya.
Maka banyak tulisan-tulisan saya yang melayang-layang tak tentu arah.
Satu hal yang membuat saya tertarik adalah karena disebutkan bahwa
hadiahnya buku! Entah kenapa saya tergila-gila dengan buku. Melihat berjajar
buku di Toko Buku saja sudah bisa mengalihkan perhatian saya dari apapun. Saya
betah berjam-jam mengelilingi rak-rak buku itu. Walaupun setelahnya merasakan
kesedihan yang dalam ketika pulang hanya bisa menenteng satu atau dua buah buku
saja.
Cita-cita memiliki perpustakaan pribadi jadi terasa amat sangat sulit.
Mulailah saya menuliskan pengalaman-pengalaman saya bersama radio itu.
Pada waktu itu saya tidak merasakan kesulitan apapun, mengalir begitu saja
tanpa hambatan. Dari mulai satu kalimat ke kalimat berikutnya, sehingga tanpa
sadar sudah empat halaman. Padahal saya pikir untuk perlombaan menulis semacam
itu paling hanya dua halaman saja yang diperlukan. Siapa yang mau membaca
pengalaman seseorang sampai berhalaman-halaman?
Dari mulai jam delapan malam sampai hampir menjelang jam sepuluh malam
saya menyelesaikannya. Kemudian keesokan pagi saya baru mengirimkannya via
email.
Selama jeda menuju pengumuman pemenang lomba saya merasakan hal yang
paling aneh karena baru pertama kali itu saya mengikuti lomba menulis. Saya
merasa tidak akan menang karena tulisan yang aneh semacam itu tidak akan
mungkin menarik minat panitia, bahkan untuk sekadar membaca juga mereka akan
bosan.
Tapi disaat yang sama saya juga sangat menginginkan hadiahnya. Walaupun
saya tidak tahu buku apa yang akan diberikan, tapi saya tetap sangat
menginginkan buku-buku itu. Waktu itu saya berpikir buku-buku yang akan
diberikan sebagai hadiah adalah buku-buku ke-Islam-an atau materi dakwah dari
radio tersebut. Yang penting judulnya buku!
Mulailah saat yang ‘deg-degan’… antara tidak PD dan Ingin. Hingga ketika
hari-hari saat akan dimumkan saya mengatakan pada diri saya sendiri “ Sudahlah,
tidak usah berharap. Pasti peserta lomba itu adalah orang-orang yang sudah
sering mengikuti lomba atau lebih dahsyat kisah maupun cara menuliskan
pengalamannya. Dibandingkan dengan saya yang baru pertama kalinya ikutan lomba
“
Saya ingat betul, pada waktu hari Jum’at pukul delapan malam saat
pengumuman dilaksanakan sebelum acara kajian malam dimulai. Berada disamping
radio itu persis! Pembawa acara menyebutkan satu persatu pemenang lomba dari
mulai juara ketiga, Bapak bla bla bla, juara kedua Ummu bla bla bla. Sampai
saat itu saya sudah hope less. Harapan
untuk menjadi juara tiga saja tidak kesampaian. Jadi tidak mungkinlah menjadi
juara dua apalagi pertama. Maka ketika saat pengumuman juara pertama, saya
sudah mulai akan beranjak dari radio tersebut, tapi saya penasaran juga siapa
yang menjadi juara pertamanya. Antara malas mendengar lagi dan penasaran
akhirnya saya tetap berada disamping radio.
“ Juara pertama…. Saudari Herriyati “ .
“ Aaaarrrgggggghhhhhhhhhhh….!!! “
“ Juara pertama…. Saudari Herriyati “ .
“ Aaaarrrgggggghhhhhhhhhhh….!!! “
Rasanya jantung mau copot! Keluarga yang ketika itu sedang menonton acara
teve menyangka saya terkena setrum listrik karena tiba-tiba berteriak sampai
membuat orang kaget.
Pada waktu itu saya tidak percaya betul, sampai saya menyuruh adik saya
untuk mendengarkan pengumuman itu bersama-sama ketika diulang di akhir acara
kajian malam itu. Ternyata pendengaran saya tidak salah.
Acara tabligh akbar yang nantinya akan dilaksanakan penyerahan hadiah
lomba berlangsung sangat meriah. Peserta yang hadir sangat ramai dan begitu
antusias mendengarkan tausyah. Tibalah disaat akhir pengumuman sekaligus
penyerahan hadiah. Saya hampir tidak bisa bernafas akibat detak jantung yang
begitu kencang karena harus berdiri dihadapan ratusan hadirin. Ketika tiba
giliran saya, saya melirik dan menimbang-nimbang kira-kira apa hadiahnya. Tanpa
diduga kotak hadiahnya besar dan berat! Sampai panitia mengatakan mereka saja
nanti yang membawakannya ke tempat saya, bahkan ketika diserahkanpun saya cukup
‘menyentuh’ karena sang penyerah hadiah yang memegangnya (Ust. Herman Saptadji,
syukron..)
Ketika sampai ditempat, teman-teman yang menemani saya pada waktu itu
ikut-ikutan riuh, “ Ayo, Ry,,, buka, buka “ tadinya saya berniat untuk membuka
hadiah dirumah saja. Tapi karena desakan mereka (heu..) akhirnya saya buka juga
hadiah itu.
Kotak hadiah yang besar itu, yang saya duga adalah kumpulan buku-buku
Islami, Majalah Intisari Hasmi atau materi dakwah perlahan saya buka dengan
sangat hati-hati. Ketika bungkus kado dilepas terlihat kotak kardus yang sangat
‘aneh’. Saya menyobek bagian perekat, dan… taadaaaa..
Satu set lengkap Kitab Tafsir Shahih Ibnu Katsir Sembilan jilid!
Satu set lengkap Kitab Tafsir Shahih Ibnu Katsir Sembilan jilid!
Subhanallah… Hanya Allah SWT yang mengetahui betapa saat itu saya ingin
meneteskan air mata jika saja tidak malu karena masih berada disekeliling
hadirin yang belum beranjak pulang.
Saya tidak dapat berkata-kata sampai teman-teman saya yang ramai
mengguncang-guncang bahu saya. “ Erry… Keinginan lo tercapai Ry “ , “ Ihh,
ngiri.. mau kitab tafsirnya.. “
Dengan perasaan bahagia yang tak terkatakan saya membawa pulang
kitab-kitab itu dengan dibantu teman-teman saya yang baik hati itu. Kotak
kardus kami tinggalkan, diganti dengan kantung plastik sehingga masing-masing
membawa beberapa buah kitab.
Sesampainya dirumah, tepatnya dikamar saya langsung meletakkannya di rak
buku dan memandanginya sampai lama. Ketika saya akan merapihkan buku-buku yang
lain selembar kertas terjatuh dari buku La Tahzan. Kertas wish list saya. And
guess what? Kitab Tafsir Ibnu Katsir berada dalam urutan pertama dari daftar
keinginan saya satu tahun lalu.
My First Wish List Terkabul!
Masya Allah, besar rasa syukur yang saya haturkan
pada waktu itu. Hanya dengan bermodalkan Empathalaman tulisan sederhana, sebagai gantinya Allah SWT menganugrahkan saya Sembilan jilid buku setebal
masing-masing Delapan Ratus halaman.
Mulai saat itu, saya tidak lagi meragukan bahwa
Allah SWT akan mengabulkan keinginan kita. Dan saya semakin terpacu untuk
memenuhi kamar saya dengan buku-buku yang bermanfaat.
( Semoga dengan ini bisa bertambah lagi ). (^_^)/
Tag :
Giveaway,
Pojok 'Ry'alita,
Ukhtuna, ana uhibbukum fillah..
By : Ave Ry“ Assalammu’alaikum ukh, kaifa haluky? “
“ Wa’alaikum salam, khair Alhamdulillah.
Anti kemana aja, udah 2 kali ana nggak liat anti di halaqah kita “
Aku menggeser sedikit tempat duduk untuk
mempersilahkan seorang gadis anggun yang mengenakan jilbab besar berwarna
hijau. Dalam senyum hatiku berkata ‘ngomong apa sih mereka nggak mudeng’,
bahasanya itu loh…
Biasanya aku tidak suka menguping
pembicaraan orang lain, masa bodoh saja. Tapi kali ini aku pertajam pendengaran
demi mendengar obrolan kedua gadis berjilbab besar disampingku. Agak risih
berdekatan dengan mereka. Bukannya risih dengan mereka, tapi aku mendadak risih
dan merasa tidak nyaman dengan jins ketat yang sekarang aku kenakan, baju
atasan yang walaupun longgar tapi pergelangan tanganku kerap terlihat. Belum
lagi jilbab ‘gaul’ yang kukenakan.
Pagi yang tiap kali menyapaku dibawah
atap Stasiun Kereta Api menuju tempat mata pencaharian memang selalu
menghadirkan adegan-adegan yang membuat setiap harinya terasa tidak mudah
terlupakan. Dalam diamku menunggu selalu kuperhatikan lalu lalang manusia yang
terlihat tanpa henti memadati stasiun ini. Bertemu dengan banyak orang,
mendengarkan sepintas percakapan, memperhatikan hingga tanpa sadar aku jadi
terbiasa menghapal karakter orang-orang ini mulai dari cara berpakaian mereka,
cara berbicara, hingga cara mereka menunggu datangnya kereta api sama
sepertiku.
Kedua gadis itu terus membayangi
langkahku menuju tujuan, bahkan aku beberapa kali melihat gadis-gadis seperti
mereka itu disekitar tempatku bekerja di dekat kampus IPB Dermaga. Berbagai
rasa bercampur baur, mulai dari iri, kagum, sampai aku pernah mengerutkan dahi
karena memikirkan ‘apa nggak ribet tuh pakai jilbab gede begitu, belum lagi
gerahnya minta ampun!’
***
“ Oh, ya? Boleh, saya memang sedang
mencari pengajian. Kapan? “
“ Sabtu ini, di Masjid Raya Bogor, jam
delapan. Nanti kalau Erry mau kita janjian disini aja “
“ Oke, sabtu ya jam delapan “
Aku ingat belum genap satu minggu aku
bertemu gadis berjilbab besar, tapi hari ini seorang gadis seperti mereka
bercakap-cakap dengan ramah dan mengajak untuk mengikuti kajian yang rutin
diadakan di Masjid Raya Bogor. Aku tidak tahu apakah ini keinginan atau do’a
yang terjawab atau tidak karena jauh sebelum inipun aku sangat ingin berkumpul
dengan mereka tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Teman-temanku saat ini tidak
tertarik kurasa jika aku membicarakan tentang dunia islam lebih dalam, makanya
keinginan seperti itu hanya mengendap saja jauh didasar sana.
***
“ Hari ini bertemu dengan dua orang
wanita sholehah yang masih muda-muda. Senang mendapat teman baru “
Status facebook di beranda yang baru
saja kubaca kontan membuatku nyengir sendiri.
‘dia belum tau kali gue ikut ngaji aja baru, pakai rok begini juga baru, hehe’.
Walau merasa kelewatan karena ke-Ge-eR-an sendiri tapi tetap senang rasanya
mendapat first impression yang diluar
dugaan itu. Wanita sholehah? Aamiin..
Aku belajar banyak dari si empunya akun Windi Sekenhom yang menulis status itu.
Imajinasinya luar biasa, sampai aku suka berkerut-kerut kalau mendengarnya
berujar. Kalau di rata-rata mungkin nilai confidence-nya itu Sembilan dari
sepuluh! Karakter manusia yang cenderung gampang down seperti aku ini memang payah! Tingkat kepercayaan diri yang
amat mengkhawatirkan, sampai seringkali ingin menenggelamkan diri didasar tanah
apabila berada di sekitar orang-orang yang tidak kukenal dengan baik. Perasaan
tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Itik buruk rupa yang bentuk juga
rupanya tidak mengundang selera.
“ Gue tau Lu bisa Ry, Lu bakalan jadi
blogger yang hebat. Jangan biarin rasa nggak pede Lu membuat Lu jadi down. Ayo
bangkit sahabat, Gue tau Lu bisa “
“ Gue juga pernah Ry punya perasaan
kayak gitu. Teman-teman gue semuanya udah jadi orang semuanya. Sedangkan gue
masih disini aja. Tapi terus gue mikir kalau kehidupan ini tujuan akhirnya
bukan itu Ry, tapi nanti di akhirat sana. Mau kemana kita, apa surga atau
neraka. Itu yang harus kita utamakan. Jangan ribut masalah dunia tapi kita
lalai sama cita-cita yang lebih utama bagi manusia, yaitu surga “
“ Percaya deh Ry, Allah itu punya
rencana bagi tiap-tiap hamba-Nya. Yang menurut kita bagus belum tentu bagus di
Mata Allah, begitu juga sebaliknya. Sama seperti Icha, kalau Icha sih maunya
nikah muda tapi apa boleh buat ternyata orang tua Icha melarang. Harus selesain
kuliah dulu, terus kerja, dll “
Windi, Rini, Icha.. Berteman dengan
mereka memberikan asupan vitamin yang sangat bermanfaat. Belum lagi Sisi
Marissa yang sudah membawaku ke berbagai tempat yang menumbuhkan semangat
ber-tholabul ‘ilmi.
***
“ Erry mau ikut liqo Cha. Cariin yah
tempatnya “
“ Tenang aja Ry, nanti Icha bilang sama murobbi
biar Erry bisa dapat liqo yang yang paling deket “
Satu tahun, tidak terasa dari percakapan
singkat di Stasiun Kereta Api, sekarang berubah entah berapa derajat dari mulai
penampilan sampai pandanganku terhadap sesuatu. Perlahan tapi pasti aku
mengulurkan jilbab, memperbaiki sikap dan menambah dosis santapan rohani.
Melihat, mendengar, memperhatikan,
menganalisa, memilah, menyimpulkan kemudian mencontoh. Hanya DIA Yang Maha
Mengetahui-lah betapa hati ini terpaut pada rumah-Nya dan manusia-manusia yang
memakmurkannya. Berada bersama mereka membuat kegelisahan dan kebingungan
menghilang, mengikis rasa keterpurukan dan ketidak-berhargaan.
Sisi, Windi, Icha, Rini, Isma, Weni,
Dolyna, Rima, Azira, masing-masing pribadi mereka adalah HERO bagiku. Sentuhan
kata-kata dan perbuatan mereka membantuku untuk membentuk diriku yang sekarang
ini.
***
“ .. Panggil aja Erry , “
“ Alhamdulillah, kita mendapatkan
saudara baru. Semoga bisa menjadi penyemangat buat antuna sekalian “
Tidak menyangka, aku ‘terdampar’ disini.
Disebuah rumah asri, mengikuti halaqah (perkumpulan) kecil yang di ikuti
wanita-wanita muda berjilbab besar. Masih tersenyum, teringat peristiwa yang
sudah berlalu hampir dua tahun lalu. Tidak ada perasaan minder sekarang, tidak
juga gelisah dan kebingungan.
“ Ukh, ahad nanti ikut ya ke Masjid
Istiqlal, rihlah.. “
Agak norak sih, dari lahir sampai
sekarang belum pernah ke Masjid terbesar se-Asia tenggara ini, padahal tempat
aku lahir dekat dengan Tugu Monas. Jadi ketika teman-temanku meledek aku
biarkan saja.
“ Mau nangis rasanya ukh.. Baca
bismillah dulu sebelum masuk lapaknya “
“ Haha, anti ini orang Jakarta tapi mainnya
ke Bogor terus sih.. “
“ Biarin lah, punya cita-cita Sholat di
Masjid Istiqlal udah tercapai, ntar Sholat Di Masjid Cordova terus terakhir
Sholat di Masjid Al-Haram “
“ Aamiin… “
Vita, Norma, Santi, Juju, Sari, Rena,
Widi, Hani, masing-masing pribadi mereka adalah HERO bagiku.
Sentuhan kata-kata dan perbuatan mereka membawa keceriaan dan penyemangat bagiku saat ini.
Sentuhan kata-kata dan perbuatan mereka membawa keceriaan dan penyemangat bagiku saat ini.
***
“ Assalammu’alaikum ukh, kaifa haluky? “
“ Wa’alaikum salam, khair Alhamdulillah.
Anti kemana aja ukh, dua pekan nggak ikut liqo “
Gadis muda dengan jilbab besarnya yang
melambai menepuk pundakku dari belakang.
Kupikir Allah membenciku, tapi ternyata
jalan-Nya memang agak berliku untuk menempatkanku di tengah-tengah manusia yang
berjuang untuk memperoleh keridhoan-Nya.
Ukhtuna, ana uhibbukum fillah..
Tulisan ini diikutsertakan pada Lovely Little Garden's First Give Away
Tag :
Giveaway,
Pojok 'Ry'alita,